Chapter 6: But Not For Me

99 12 33
                                    


Writer's POV

Next day, 07.10 a.m

Wonkyeong sedang berjalan di halaman depan rumah sakit ketika Sanghyuk menemukannya.

"Kau sudah selesai bertugas?" tanya Sanghyuk dengan sedikit terengah. Sepertinya pria ini habis berlari-lari dari parkiran yang terletak di samping rumah sakit.

"Iya. Kenapa kau ada di sini? Bukannya ini terlalu pagi untukmu?" Wonkyeong balik bertanya sambil mengingat-ingat jam kerja yang berlaku untuk pegawai non-shift seperti Sanghyuk.

"Aku hanya merasa bosan, jadi ke rumah sakit saja."

'Dia merasa bosan lalu memutuskan untuk berangkat ke rumah sakit.'

"Kau pasti sangat mencintai tempat ini," Wonkyeong bermaksud menyindirnya. Sanghyuk hanya tersenyum simpul.

"Bagaimana jika aku menemanimu sampai stasiun terdekat? Kau naik subway kan?" tawar Sanghyuk tiba-tiba. Wonkyeong sudah ingin menolak, kemudian terlintas sesuatu yang lain di benaknya.

"Bagaimana kau tahu itu?" tanyanya.

"Memangnya itu penting? Ayo, supaya kau bisa cepat-cepat beristirahat."

Sanghyuk berjalan menduluinya, menghindari pertanyaan-pertanyaan susulan yang mungkin akan dilontarkan Wonkyeong. Sanghyuk tidak mungkin bilang kalau dirinya telah mengetahui di mana persisnya wanita itu tinggal, dan tidak ada rute bus untuk menuju ke sana.

Wonkyeong berusaha menyusulnya. "Apa jangan-jangan kau selama ini menguntitku?"

"Huh. Yang benar saja..." Sanghyuk tersenyum sinis.

"Sudut bibirmu bergetar. Sepertinya itu memang benar."

"Tidak usah lihat-lihat bibirku!" Sanghyuk membuang mukanya. Ia tidak ingin Wonkyeong membaca ekspresinya lebih lanjut. Apalagi sekarang sepertinya pipinya sudah turut memerah. Ia betul-betul lupa Wonkyeong pernah mempelajari ilmu psikologi dan tidak menutup kemungkinan, cara membaca ekspresi seseorang.

Sementara itu Wonkyeong hanya tertawa pelan.

Lima menit berjalan di trotoar, Sanghyuk mengeluh, "Ukh, ternyata jauh juga."

"Ini sudah dekat, kok. Makanya, siapa yang menyuruhmu menemaniku?"

"Baik, baik." Sanghyuk akhirnya menyadari, memang dia sendiri yang memutuskan mengikuti Wonkyeong tadi.

Sanghyuk tak sengaja melihat mesin mainan beberapa meter di depannya. Ia pun menatap Wonkyeong.

"Sebagai permintaan maafku aku akan mengambilkan hadiah yang kau inginkan." Sanghyuk menarik tangan Wonkyeong sebelum wanita itu sempat bertanya.

Namun ia segera paham ketika Sanghyuk menariknya mendekati mesin pengambil mainan yang terletak di pinggir trotoar.

"Ayo, pilih salah satu," ujar Sanghyuk seraya merogoh-rogoh sakunya, mencari uang koin lima ratus won. "Aku akan mengambilkannya untukmu."

Wonkyeong menatap kotak berisi berbagai macam boneka dan mainan itu. "Kau yakin? Bukankah kau sangat payah bermain mesin crane?" tanyanya sinis ketika ingat terakhir kali melihat Sanghyuk mencoba mengalahkan mesin sejenis.

"Tidak ada salahnya mencoba lagi, kan? Sekarang cepat pilih." Sanghyuk mengacungkan uang koinnya. "Aku cuma punya satu kesempatan. Ayo."

"Huh... memangnya aku anak-anak? Sampai harus diberi mainan segala untuk bisa memaafkan..." gumam Wonkyeong, namun akhirnya ia menuruti kemauan Sanghyuk. Pilihannya jatuh pada Goomba, sebuah boneka berbentuk karakter musuh yang muncul pertama kali dalam game Super Mario Bros.

Escapism vol. 3: FasciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang