Writer's POV
"Menikahlah denganku, Wonkyeong," bisik Sanghyuk sambil mengelus pelan rambut wanita yang berada di pelukannya.
Wonkyeong mendongak untuk melihat wajah Sanghyuk. Di tengah keheningan dan kegelapan kamar pria itu, Wonkyeong dapat merasakan mata Sanghyuk bersinar dengan sungguh-sungguh, serta suaranya penuh dengan ketulusan.
"Kenapa aku harus menikah denganmu?" Wonkyeong balas berbisik.
"Akan ada begitu banyak alasan. Namun alasan yang paling kusuka adalah..." Sanghyuk beringsut, sedikit melonggarkan pelukannya. Satu tangannya melepas kondom dari kejantanannya. Dia menunjukkan kondom yang sudah terisi penuh itu pada Wonkyeong. "Agar aku tidak perlu repot-repot memakai benda ini lagi."
Plak! Sanghyuk otomatis mendapat pukulan kecil di lengannya.
"Mesum! Kau ingin membuatku hamil setiap kali bercinta, hah?"
"Apa yang salah dari itu..." Sanghyuk melemparkan kondom ke tempat sampah.
"Kau bodoh. Ingin membuat koloni?"
"Aish, itulah sebabnya ada obat kontrasepsi! Dokter satu ini benar-benar...!"
"Akan kupikirkan nanti. Aku tidur dulu." Wonkyeong menempelkan kepalanya di dada Sanghyuk.
Sanghyuk kembali mengelus rambut panjang Wonkyeong. "Kau tidak punya waktu untuk berpikir. Kita akan menikah besok."
"Dasar gila."
"Aku benar-benar harus menikahimu secepatnya dan bertanggung jawab atas anak yang ada di dalam tubuhmu itu!"
"Aku tidak bisa hamil sekarang. Bukankah kau masih memakai pengaman?" balas Wonkyeong.
"Benar, tapi aku menggunting ujungnya."
Wonkyeong menatap Sanghyuk lalu tertawa kecil. "Kau tidak mungkin melakukan itu."
"Bagaimana kalau ternyata aku melakukannya?" tantang Sanghyuk.
"Maka aku akan melakukan tes kehamilan," ujar Wonkyeong tidak mau kalah. "Jika hasilnya negatif kau harus mentraktirku es krim! Yang paling mahal!"
Sanghyuk terdiam selama Wonkyeong masih menghunuskan tatapan tajam padanya. Tangannya sibuk bermain dengan rambut Wonkyeong. "Kau benar-benar akan memeriksanya?"
"Tentu saja. Aku seorang dokter. Aku selalu percaya pada bukti nyata. Bukan pada laki-laki gila yang bilang telah menggunting ujung kondomnya. Jika terbukti kau berbohong, berikan aku es krim dari outlet yang pernah kita datangi sewaktu pergi ke Gangnam Department Store."
"Maksudmu yang menjual seporsi Banana Split seharga tiga ratus ribu won itu?"
"Yap. Aku kan sudah bilang, aku ingin es krim yang paling mahal."
"... satu scoop saja, ya?"
Wonkyeong pun tertawa puas. "Aku sudah tahu kau bohong. Kenapa kau masih saja berusaha menipuku? Aigoo... anak ini." Wonkyeong menepuk-nepuk pipi Sanghyuk yang bahkan sekarang tidak bisa menatapnya karena malu. "Sanghyuk-sshi, ternyata kau suka berbohong, ya? Tapi kau tidak pandai melakukannya. Karena itulah kau berbohong hanya untuk membuat orang-orang di sekitarmu terhibur, kan? Siapa yang mengajarkanmu hal jahil seperti ini, hm?"
"Aish hentikan!" Sanghyuk menggenggam tangan Wonkyeong yang ada di pipinya. "Aku minta maaf, oke? Aku benar-benar ingin bersamamu, dan aku ingin cepat-cepat menikahimu."
"Menyedihkan sekali," Wonkyeong menatap Sanghyuk, masih dengan senyum penuh kemenangan. "Seharusnya kau tidak perlu khawatir, karena cepat atau lambat aku pasti mau menikah denganmu. Aku bersumpah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Escapism vol. 3: Fascia
Fiksi PenggemarDo Wonkyeong, asisten dokter yang mendadak punya hubungan aneh dengan Sanghyuk, tiba-tiba saja memutuskan kontak tanpa sebab. Saat itulah Sanghyuk tahu dirinya hanya menginginkan Wonkyeong. Namun ia sudah terlambat. Hari-hari dilaluinya dengan upaya...