Chapter 13: Placebo Effect*

72 7 37
                                    

*Placebo effect = efek plasebo; plasebo sendiri adalah metode pengobatan yang sesungguhnya tidak memberikan dampak, tetapi bertujuan untuk mengontrol harapan untuk sembuh. (a novel by Kim Rang "Tell Me Your Wish", 2012)

Intinya adalah sebuah efek kesembuhan yang ditimbulkan dari sugesti karena terus menjalani perawatan/mengonsumsi obat. Namun pada kenyataannya perawatan atau obat tersebut tidak menghasilkan khasiat apapun.

--

Writer's POV

Terbangun di tengah kegelapan kamarnya, Sanghyuk otomatis ingin tahu pukul berapa sekarang. Jam yang diletakkan di atas nakas tidak terlihat olehnya. Bahkan, moodlight yang biasa menyala otomatis ketika gelap tidak membantunya.

Ia pun bangkit untuk menyalakan lampu. Namun sesuatu menahan lengan kanannya. Rahangnya hampir terjatuh ketika ia menemukan Wonkyeong sedang tertidur pulas berbantalkan lengannya. Sanghyuk berusaha mengingat-ingat kembali, bagaimana wanita itu bisa berada di sini, di rumahnya.

Lalu ia teringat, memang seharian ini Wonkyeong bersamanya, gara-gara radang usus sialan yang membuatnya tumbang. Setelah makan siang, ia sesegeranya tertidur dalam pelukan dokter konsulen IGD itu. Entah bagaimana caranya, hingga Sanghyuk-lah yang sekarang mendekap Wonkyeong, malah merelakan lengan kirinya menjadi bantal.

Radang usus sialan? Ya, tentu saja. Sanghyuk benar-benar tidak menyukainya. Karena dengan ini lagi-lagi ia akan terlihat lemah di mata Wonkyeong, walaupun sejujurnya wanita itu tidak pernah menunjukkan rasa keberatan.

Lamunannya terhenti ketika Wonkyeong menggeser badannya sendiri lebih dekat pada Sanghyuk. Pria itu pun tercengang. Padahal seandainya saja Wonkyeong tidak tertidur, bisa saja wanita itu akan langsung melompat dari tempat tidur dan membuat jarak sejauh mungkin dari Sanghyuk. Sanghyuk tersenyum, diam-diam berterima kasih pada kenyataan Wonkyeong telah berjaga semalaman penuh di IGD sebelum ini, sehingga sekarang ia kehabisan tenaganya. Secara tidak langsung mengizinkan Sanghyuk berlama-lama mengamatinya.

"Padahal, kau di sini karena ingin menjagaku," Sanghyuk mengelus pelan helaian rambut Wonkyeong. "Tapi yang terlihat di sini seperti aku yang menjagamu. Kau tertidur di pelukanku... dengan mudahnya terlelap setelah aku sendiri tidur karena pengaruh obat."

"Ya sudahlah... toh aku senang menjagamu. Memang itu kan tujuanku berteman denganmu. Walau kuharap suatu hari nanti kau mengizinkanku untuk menjagamu lebih dari sosok teman." Sanghyuk meneruskan monolognya. Ia tersenyum pahit di akhir.

Dirasakannya wanita itu beringsut dalam kungkungannya. Wonkyeong memindah posisi tidurnya menjadi telentang. Ia berusaha mengeluarkan separuh badannya dari selimut. Wajahnya mengernyit. Sepertinya ia kepanasan. Sanghyuk yang menyaksikan ekspresi lucu Wonkyeong langsung tersenyum geli.

'Ternyata kau tidur seperti bayi. Menggemaskan.'

Merasa gerakannya tidak akan mengganggu Wonkyeong, Sanghyuk kembali bangun dan menyalakan lampu. Ternyata sudah pukul sepuluh malam.

Ia masuk ke dalam walk-in closet lalu melepas kausnya yang basah terkena keringat. Memakai setelan piama yang nyaman sebagai gantinya. Ketika ia kembali ke tempat tidurnya, Wonkyeong masih terlelap dengan posisi sama. Begitu pula dengan wajahnya yang mengernyit, menandakan bahwa dia masih kepanasan. Sanghyuk menyalakan AC.

'Seharusnya tidak apa-apa, kan? Aku juga merasa kepanasan. Kurasa demamnya sudah selesai.'

Sanghyuk duduk di sisi sebelah Wonkyeong. Wanita itu benar-benar pulas. Dan Sanghyuk tidak akan membuang kesempatan berharga untuk memandangi Wonkyeong seberapa lama pun yang ia inginkan.

Escapism vol. 3: FasciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang