part 18

1.1K 79 13
                                    

''ve tunggu!"naomi dan shania menyusul veranda yang kini berlari tergesa-gesa menuju ruang jenazah,setibanya disana ve dihentikan oleh penjaga ruang itu.

"maaf,mbak apa--"belum selesai menjawab ve segera masuk kedalam dan menatap sosok tubuh yang kini tengah terbaring dengan kain putih menutupinya.naomi dan shania yang tak tau apapun kini menjadi gelisah saat perasaan tak enak menghampiri mereka

"dedek..."lirih ve yang kini sudah dibanjiri air mata berharap jika ini semua adalah mimpi semata

"ve .."naomi dan shania terkejut saat ve berucap demikian

''gak! gak dek bangun!''ve menjerit membuka kain putih itu hingga ia menutup matanya tak kuasa melihat wajah yang sudah hancur begitu pun dengan naomi dan shania yang kini benar benar tak percaya hingga seorang ibu dan anak menghampiri mereka

''maaf apa kalian keluarganya?saya dari atdi mencoba menghubungi keluarganya lewat hp anak itu''ucapnya memberikan ponsel  nabilah membuat naomi seketika jatuh luluh ke bawah dengan tangisan diamnya yang juga dilakukan shania

''gak..''gumam lirih shania mendekati mayat itu dan menutup matanya saat melihat hancurnya wajah mayat itu

''nabialah!''tangiusnya tumpah dan memeluk tubuh itu berusaha mengguncangkannya agar segera bangun


''bangun dek kakak mohon''ve memalingkan matanya tak kuasa menerima kenyataan ini

''kamu bialng kamu sayang sma kita kamu sudah nginkari itu semua dek,ayo bangun kakak mohon dek ayo bangun...''naomi terus menangis dan menggeleng dalam pelukan ve


disisi lain sosok gadis berparas ayu bergaun  putih itu menatap mereka dengan sendu ''maaf''lirihnya yang seketika menghilang dari tempatnya berada berbarengan teriakan shania



''nabilah!''

.


.


.


.

''kalian kenapa sih''bingung melody yang baru saja terbangun dari kritisnya saat melihat kedua adiknya yang tampak gelisah


ve dan shania terdiam dengan mata sembab lalu menggeleng dan tersenyum berusaha meyakini melody jika semua baik baik saja

sedangkan naomi hanya terdiam menatap tas nabilah yang dilumuri darah lalu menatap melody hingga sepintas ingatan dimana ia dan nabilah pernah berbagi cerita di balkon kamar nabilah

.

.

.

.

.

''bun,kalo suatu saat aku pergi dari dunia ini apa semua beban yaang aku pingkul hilang dalam sekejab?''tanya nabilah membaringkan kepalanya pada paha naomi


''maksud kamu''bingun naomi tak mengerti

nabilah bangun dari tidurnya menatap sendu naomi ''kalo aku pergi nanti aku harap bunda dan kakak akan mengiklaskan aku''

mendengar ucapan nabilah naomi menggelenmg paham akan alur pembicaraan nabilah

''kamu bicara apa sih dek?gak nusah aneh aneh deh''ujar naomi membuat nabilah tersenyum lalu kembal membaringkan tubuhnya pada naomi menatap bintang dilangit yang tampak bersinar terang

''aku cuman inginngasih tau klo aku bakal selalu ada disisin kalian''

.

.

.

.

.

''kalian gak bohong kan?nabilah mana''tanya melody semakn membuat shania dan ve  terdiam

''nab--''

''nabilah dirumah mel''ujar naomi memotong ucapan shania

melody mengangguk walau dalam hatinya ia merasa ganjal dengan melihat raut wajah sang adik yang tampak kusut

naomi mentap ve dan shania lalu mengangguk pelan disertai senyuman kecil

'' saat ni melody tak boleh tau tentang nabilah  untuk kesehatannya''batin naomi menatap sendu melody

.

.

.

.

.

.

maaf pendek soalnya cuman punya waktu segini untuk ke warnet aku usahain lanjut di waktu yang pas

see u

akhir dari kesedihankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang