Warning!! Typo bertebaran karena tidak sempat direvisi:'
••••••••••••
'Pak Aktha?! Ngapain dia disini? Gila. Jangan bilang tebakan gue tadi bener', Deia bermonolog dalam hatinya.
Ia termangu melihat sang Dewa Dosen berada di rumah neneknya dan lagi, orangtua Deia tampak tengah membicarakan hal serius dengan sang Dewa Dosen. Apa jangan-jangan Dewa Dosen mau nyabut nyawanya? Big no!
'Aduhh Dei, otak lo digunain dikit napa sihh?! Mana mungkin dia kesini mau nyabut nyawa lo, paling juga mau nagih utang...ehh'
"Bun... Ini ada apa?" tanya Deia masih dalam keadaan berdiri didepan pintu dengan wajah yang bingung seperti anak ayam kehilangan induknya.
"Duduk dulu sini nduk, ngga baik berdiri depan pintu gitu" ucap neneknya lembut.
Deia menuruti neneknya dan duduk disamping sang nenek dengan tangan yang menggantung manja di lengan neneknya.
"Nihh udah ada anaknya. Kita bisa tanya langsung" kata Bundanya.
Deia mengernyit bingung. Ia menoleh kearah sepupunya Fara. Fara yang mengerti maksud kakak sepupunya itu, hanya mengendikkan bahunya. Seolah mengatakan bahwa ia tidak tahu.
"Jadi gini nak, orangtua Aktha ingin mengambil kamu dari kami", jelas Ayahnya singkat.
Deia makin mengernyitkan dahinya, tidak mengerti maksud sang ayah yang menurutnya terlalu berbelit, walaupun kata-kata yang dikeluarkan singkat. Otak Deia sudah lelah dengan tugas kuliah. Mana bisa disuruh mikir lagi sekarang.
"Ara ngga ngerti maksud ayah" ucap Deia polos.
Ayah Deia terkekeh pelan. Ia sangat mengerti jika Deia pasti akan terkejut dengan perkataannya nanti, maka dari itu ia menjelaskan dengan cara halus, agar Deia tidak terlalu terkejut.
"Aktha ngelamar kamu. Masa gitu aja ngga ngerti sih nduk" ucap sang nenek lancar tanpa hambatan seperti jalan tol.
"HAH?!" Deia terkejut. Sangat terkejut. Ucapan neneknya terlalu frontal. Ia bahkan masih mencerna satu-persatu perkataan ayahnya sebelumnya.
"Jadi gini nak Dei, kami sebagai orangtua Aktha. Ingin melamar kamu, sebagai menantu keluarga kami" ucap ayahnya Aktha
Deia masih termangu ditempatnya. Ia masih merasa asing dengan keadaan ini. Tidak pernah terlintas dipikirannya jika ia akan dilamar begini. Apalagi orang yang melamarnya adalah orang yang paling ia hindari. Duhhh gimana nasib nya nanti.
"Eh itu... Saya.. Saya ngga tau harus bilang apa" cicit Deia dengan kepala tertunduk.
Gia dan Arif-orangtua Aktha- tersenyum ramah kepada Deia. Jelas mereka melamar Deia secara mendadak dan pasti gadis itu masih merasa asing dengan keadaan sekarang. Sebenarnya Aktha sudah melamar Deia sehari sebelumnya. Aktha pergi kerumah orangtua Deia seorang diri. Setelah menyatakan keinginannya. Orang tua Deia menyetujuinya dan hari ini, Aktha mengajak kedua orangtuanya untuk menemui Deia secara langsung.
"Tidak perlu di jawab langsung nak Dei. Kamu bisa jawab setelah 3 atau 4 hari kedepan. Kami tidak menuntut jawabannya sekarang. Tapi semoga pilihan nak Dei yang terbaik buat kita semua ya" ucap Gia -ibunya Aktha-
Deia tersenyum kaku. Ia menundukkan pandangannya tidak berani menatap kedepan. Karena ia tahu jika sang Dewa Dosen juga menatapnya. Ia risih. Kurang suka diperhatikan apalagi ada yang menatapnya begitu intens.
"Kalau begitu, kami mohon pamit ya pak, bu. Terimakasih karena sudah membukakan pintu rumahnya dan menyambut kami dengan baik. Kami mohon maaf bila mengganggu waktu kalian", ayah Aktha berpamitan dengan baik kepada keluarga Deia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Love
Fanfiction[CERITA PINDAH KE NOVELME] Bisa ngebayangin ngga tiba-tiba dosen kalian duduk diruang tamu kalian dengan tujuan ngelamar. NGELAMAR. Deia mengutuk perkataannya sendiri yang menjadi boomerang saat tiba-tiba dirinya dilamar oleh sang dosen killer bern...