Twenty

9.3K 477 22
                                    

Happy reading dan jangan lupa voteee!!

•••••••

"Kamu kenapa?"

Aktha jengah karena sedari dia pulang dari masjid Deia mendiaminya. Dia itu bukan cenayang atau sejenisnya, jika Deia mengira dia bisa menebak isi kepala Deia. Jelas Deia salah besar. Wanita itu ribet. Ngga bisa ditebak.

"Ngga papa"

"Saya ngga yakin"

Deia mengendikkan bahunya. Ia bangkit dari kasur dan pindah ke ruang TV. Aktha ikut menyusul Deia. Ia yakin jika ada sesuatu yang tidak beres, yang harus cepat diselesaikan.

Aktha duduk di samping Deia yang menonton sembari memakan ice cream.

"Kamu kenapa? Saya ada salah?" tanya Aktha

Deia mencoba memfokuskan dirinya pada layar TV di depan.

"Ngomong Dei.. Kasih tau saya kamu kenapa?"

"Pikir sendiri"

Tuh kan. Cewek emang ribet, maunya di mengerti terus. Dikira cowok tukang ramal apa?

"Saya bukan cenayang. Jadi tolong kamu jelaskan ke saya, kenapa kamu diam aja semenjak saya pulang dari masjid?"

Deia meletakkan mangkuk ice creamnya di meja. Tangannya menadah ke arah Aktha, membuat Aktha mengernyit heran.

"Apa?" tanya Aktha

"Hp Mas mana?"

"Ada di kamar"

"Bawa sini"

Aktha kembali ke kamar untuk mengambil hp nya dan memberikannya ke Deia. Aktha bertanya-tanya, apa yang membuat Deia marah karena sesuatu di hp nya? Padahal tidak ada apa-apa di hp nya.

"Nih" Deia menunjukkan balasan email Aldis tadi.

Ohh Aktha mengerti sekarang. Ternyata gara-gara dia mengirim email ke Aldis untuk mengajak bertemu?

"Saya jelasin"

"Ya harus itu" ucap Deia.

"Saya emang ngajak Aldis ketemuan"

Deia semakin mengerucutkan bibirnya.

"Tapi bukan ketemuan dalam artian karena kangen seperti kata dia" lanjut Aktha.

"Terus karena apa?"

"Karena ada yang perlu saya selesaikan dengan dia"

Deia menunduk, "Jadi Mas emang masih berhubungan sama dia?" tanya Deia dengan nada suara mengecil.

"Ya kami masih berhubungan, tapi dalam artian rekan kerja. Dia dosen di kampus tempat saya ngajar, jadi ngga ada yang lebih"

"Terus yang perlu diselesaikan itu apa?"

"Tindakannya waktu di rumah Mama, menurut saya itu harus di tegur"

Deia terdiam. Untung saja dia mau mendengarkan penjelasan Aktha juga. Emang dasar nenek lampir itu aja yang ke geeran tingkat dewa. Pake acara ngasih tau password apartement segala.

Ngomong-ngomong soal apart, Deia teringat sesuatu. "Mas pernah ke apart dia?"

"Iya. Dulu pernah beberapa kali"

"Berdua doang disana?"

"Iya, tapi pintunya di buka kok"

"Ya tapi kan tetep aja berdua"

"Udah lama. Ngga perlu dibahas"

Deia mendengus sebal, "Pasti grepe-grepe" gumam Deia. Namun masih dapat di dengar oleh Aktha.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang