Five

12.5K 640 1
                                    

Tanpa revisi. Sorry for typo:vv

••••••

Hari ini jadwal kuliah Deia tidak padat. Hanya satu matkul, dan untungnya bukan matkul si Dewa Dosen.

Ini sudah hari ketiga Deia bermain kucing-kucingan dengan sang Dewa Dosen. Setelah kejadian mengerikan beberapa waktu lalu, ia jadi tidak ingin bertemu si Dewa Dosen. Sampai-sampai perkembangan skripsinya saja tidak kunjung ada perubahan. Mentok di judul aja.

'Gimana mau mentok di judul. Ngadep si Dewa Dosen itu aja belum. Duhh gue ga siap buat ketemu dia. Semoga hari ini gue ga sial'

Arin yang sedari tadi memanggil Deia tapi tak kunjung dapat balasan, akhirnya menyenggol sedikit keras bahu Deia membuat sang empunya sedikit terkejut.

"Astagfirullah. Lo kenapa sih Nyenggol-nyenggol gue? Ada masalah sama gue?", omel Deia.

Arin mengaga tidak menyangka jika ia yang harusnya marah, malah dimarahin sama Deia. Dasar kembaran nenek lampir, sensi amat.

"Lo yang kenapa? Dari tadi gue panggilin malah asik ngelamun. Mikirin doi?", tanya Arin sembari menggoda Deia dengan menaik turunkan alisnya.

Deia yang melihat hal tersebut lantas bergidik geli. Ekspresi Arin seperti err...tau deh. Ga peduli.

"Lo gila? Sejak kapan gue mikirin dia. Bisa beku otak gue kalo mikirin dia. Jangan sampe dehh. Gue ga siap kalo otak gue ga bisa mikir lagi"

Arin menggeleng-gelengkan kepalanya sembari memasukan alat-alat tulisnya kedalam tas. Kelas telah usai, ia dan Deia tengah bersiap-siap untuk pulang. Tidak ada yang lebih indah dari pada pulang cepat karena jadwal kuliah yang tidak padat. Biasalah, Arin dan Deia itu penganut sistem kupu-kupu, kuliah-pulah-kuliah-pulang.

"Sampe segitunya ya buk hahaha. Tenang aja, lo ga perlu mikirin doi, biar doi yang mikirin lo hahaha", sontak saja Deia memukul lengan Arin dengan binder yang ada di pegangannya. Sedangkan Arin tertawa puas karena berhasil menggoda Deia.

"Gue mau pulang sekarang. Kalo lo masih mau ketawa-ketawa disini, biar mba kunti yang nemenin. Byee gue pulang"

Dengan cepat Deia melangkahkan kakinya keluar kelas. Tidak perduli dengan Arin yang meneriakan namanya di sepanjang koridor.

'Gila si Arin. Ga tau malu banget'

Deia melihat sekelilingnya, menjadi was-was takut bertemu dengan sang Dewa Dosen. Namun tak lama setelah itu, ketakutannya menjadi kenyataan. Deia melambatkan langkahnya saat ia melihat sang Dewa Dosen baru keluar dari salah satu kelas yang diajarnya.

'Astagfirullah... Kenapa gue harus ketemu dia sihh. Ini pasti karma gara-gara ninggalin Arin sendirian di kelas'

Langsung saja Deia memutar tubuhnya, kembali kearah kelasnya. Tapi mungkin keberuntungan sedang tidak memihak padanya.

Arin datang sembari meneriaki nama Deia dengan cukup keras. Membuat sang Dewa Dosen melirik kearahnya dan Arin yang berdiri tak jauh dibelakang Dewa Dosen.

"Astagfirullah. Suara lo cempreng banget sih! Orang-orang pada liatin nohh", sungut Deia kesal.

Arin melirik sekitar menyadari banyak orang yang menatap kearah mereka. Tidak lama setelah itu, Arin menarik Deia menjauh dari kerumunan orang-orang disana karena merasa malu.

"Lagian lo ninggalin gue gitu aja. Mana tadi sok nakut-nakutin gue lagi. Ntar kalo lo kena karma didatengin mba-mba kunti beneran, bisa mampus lo!"

Deia memutar bola matanya malas. Tidak ingin membalas perkataan Arin yang menurutnya memang tidak perlu dibalas. Yang Deia inginkan sekarang adalah segera pulang. Takut bertemu lagi dengan sang Dewa Dosen.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang