Nine

10.9K 623 7
                                    

Sorry for typo and happy reading.

••••••

Sedari tadi Deia merengut sembari membereskan barangnya untuk dibawa pindah ke rumah Aktha.

Sekali lagi, ia memandang kamarnya yang begitu dia sayangi. Nantinya, kamarnya ini akan dipakai oleh sepupunya Farhan.

Farhan akan tinggal disini menggantikan tugasnya menjaga sang nenek sekaligus karena Farhan pindah sekolah di Kota ini.

Deia sendiri tidak mengerti, kenapa Farhan mau pindah ke Jakarta yang jelas nyata merupakan kota terpadat dengan polusi udara yang kurang baik akibat banyaknya kendaraan.

"Kamu sudah selesai?" Aktha berdiri didepan pintu dengan bahunya yang bersandar dipinggiran pintu, lalu tangannya ia masukkan ke saku celana santainya.

Deia menganggukkan kepala dengan lesu. Lalu ia berdiri, mengambil tote bag nya dan menarik kopernya untuk dibawa keluar.

Aktha merebut koper tersebut dari Deia. Lalu ia membawanya menuju bagasi mobil tanpa banyak bicara.

Sampai didepan pintu rumah, Deia berpamitan dengan sang nenek dan sepupunya Fara, sedangkan Farhan masih mengurus kepindahannya dari sekolah lama ke sekolah barunya nanti.

Setelah selesai acara berpamitan, mobil Aktha melaju menuju rumah barunya yang kata Aktha hanya selang beberapa rumah dari rumah neneknya.

'Tapi ini udah jauhh. Dia ngebohongin gue?!'

"Bapak ngebohongin saya?" tanya Deia

Aktha menoleh sebentar, lalu menatap jalanan lagi, "Bohong apa?" tanyanya.

"Kata bapak waktu itu, rumah bapak cuma selang beberapa rumah dari rumah nenek saya. Kenapa ini jauh banget?"

"Memang selang beberapa rumah"

"Terus kenapa dari tadi ngga sampai-sampai? Rasanya udah setengah jam kita dimobil. Masa jauh banget sih?"

Aktha tersenyum simpul, "Saya ngga pernah bilang kan jumlah dari selang berapa rumahnya?"

Deia mengingat-ingat kembali. Rasanya Aktha cuma bilang selang beberapa rumah. Tapi tidak dengan jumlah rumahnya.

Deia menggeleng pelan, Aktha melihatnya dari ekor mata.

"Yaudah berarti saya emang ngga bohong sama kamu"

Deia mengernyitkan dahinya, "Maksud bapak saya kena tipu gitu?"

"Kan saya sudah bilang. Saya ngga bohong sama kamu. Nipu sama bohong memiliki makna yang sama berarti saya emang ngga nipu kamu"

Deia melongo mendengar penjelasan Aktha. Ia merasa dirinya dibohongi. Kekesalannya kini memuncak. Amarah dalam dirinya meronta-ronta minta dikeluarkan. Namun yang sekarang ia lakukan justru menatap jalanan dalam diam dengan raut wajah kesalnya.

'Ternyata gini yaa cara dosen nipu. Kayaknya tahun depan, gue mau qurbanin nih dosen' ucap Deia dalam hati.

Aktha tidak sama sekali menoleh ke Deia, walaupun ia tahu jika Deia sedang merajuk dengannya.

Mobil Aktha berhenti, disebuah rumah bertingkat 2 dengan nuansa cat berwarna putih. Serta pagar yang juga dicat warna putih.

"Tunggu sebentar, saya buka pagarnya dulu"

Aktha turun dari mobil lalu membuka gembok dipagar. Lalu memasukkan mobilnya ke halaman rumah tersebut.

Setelah itu, Deia segera turun dan menunggu Aktha dikursi yang ada diteras depan, tanpa mau membantu Aktha membawa barang bawaan mereka.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang