Ending(?)

4.2K 252 24
                                    

Happy reading dan jangan lupa votment.

°°°°°°°°°

Aktha membuka matanya dan melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul 4 pagi. Dengkuran halus membuat kepalanya menunduk melihat Deia yang masih terlelap nyaman di dalam pelukannya. Aktha menyingkirkan rambut yang menghalau wajah istrinya itu. Lalu tangannya menjawil hidung Deia.

"Sayang... bangun.." bisik Aktha.

Deia yang merasa terganggu dengan tangan usil Aktha, semakin menenggelamkan dirinya dalam pelukan Aktha.

"5 menit lagi., ucap Deia pelan.

Aktha terkekeh pelan, ia mengeratkan pelukannya pada Deia. Memejamkan mata sembari menikmati posisi mereka sekarang.

"Mas.." panggil Deia.

"Hmm?"

"Aku kangen nenek," ucap Deia sembari mendongak menatap wajah Aktha, mulai dari dagu, bibir, hidung, lalu naik ke mata laki-laki itu.

"Mau ke rumah nenek hari ini?" tanya Aktha. Mereka memang sudah lama tidak ke rumah nenek Hera karena masalah kemarin. Pasti Deia sangat merindukan neneknya itu.

"Mas ngga ngajar?" Aktha menggeleng. "Ini hari minggu, sayang.."

Oh iya. Deia sampai melupakan nama-nama hari saking larutnya dalam masalah. Belum lagi skripsinya yang semakin membuat kepala mau pecah. Lihat buku-buku tebal saja bawaannya sudah mual. Terus lihat rentetan tulisan tangan dosennya di proposal skripsi, malah semakin membuat otaknya panas.

"Kamu mau ke rumah nenek jam berapa?" tanya Aktha.

"Jam 10 gimana?"

Aktha mengangguk. Tangannya bergerak membawa helaian rambut yang menutupi wajah Deia ke belakang telinga. Menatap lebih leluasa ke wajah itu yang semalam pasrah di bawah kuasanya.

"Terserah kamu. Sekarang bangun, mandi, terus subuhan dulu."

"Mas duluan yang mandi. Aku habis mas aja."

"Mandi bareng mau?"

Sontak Deia memukul dada bidang Aktha dengan cukup kuat. Lalu menenggelamkan kepalanya di bawah tumpukan bantal.

"Byuntae banget sih mass.."

Aktha mengernyit mendengar kata aneh yang baru pertama didenger telinganya. "Byuntae apa?" tanyanya.

"Cari tau sendiri," ucap Deia masih di balik tumpukan bantal yang menutupi meronanya.

"Ya sudah, saya mandi duluan. Setelah itu kamu."

Deia baru menyingkirkan bantal di wajahnya setelah mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka lalu tertutup.

Ia bernapas lega. Kedua tangannya menangkup pipinya yang merona mengingat kejadian semalam.

"Astagaa gue bisa beneran gila ini," ucapnya pelan, kemudian kembali menenggelamkan wajahnya di antara tumpukan bantal sembari menepuk-nepuk bantal itu.

°°°°°°°°°

"Mas, toko nenek hari ini 'kan tutup." Deia tentu saja bingung saat mobil Aktha malah berhenti di depan toko neneknya.

Aktha melepaskan seatbelt-nya, keluar dari mobil dan menatap tanda nama besar pada sebuah restoran di seberang toko neneknya Deia ini.

"Mas mau makan di restoran itu? Kenapa ngga parkir di sana aja?" tanya Deia yang menyusul Aktha.

"Kita kesana dulu ya. Ada yang mau Mas pastikan."

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang