Eight

11.3K 544 16
                                    

Sorry for typo and happy reading.

••••••

Hari ini, Deia sudah mulai masuk kuliah seperti semula setelah sebelumnya ia berleha-leha dikasur empuk miliknya.

Setengah berlari, Deia menghampiri Arin yang berjalan lebih dulu didepannya.

"Rin tunggu" panggil Deia sedikit berteriak.

Arin berhenti berjalan dan menolehkan kepalanya ke belakang, "Buruan Dei. Bentar lagi jam Pak Herman"

Deia menganggukkan kepalanya, ia mempercepat langkah kakinya menyusul Arin. Lalu mereka berjalan cepat menuju kelas.

"Lo kemana aja Dei, kok baru masuk" tanya Tiara salah satu teman Deia saat ia memasuki kelas.

"Gue pulkam, Tir. Sepupu gue nikahan"

"Owhhh"

Deia mengambil bangku di sebelah Arin. Ia mengeluarkan buku catatannya, lalu menoleh kearah Arin, "Rin liat catatan selama gue ngga masuk dong"

Arin mengeluarkan bindernya dan memberikannya kepada Deia.

"Dei, kemarin Kak Tio nyariin lo"

Deia mengernyit heran. Tumben-tumbenan dirinya dicari oleh orang sekelas Tio. Si mantan wakil ketua BEM di kampusnya.

"Dalam rangka apa?" tanya Deia dengan nada acuh, ia melanjutkan menyalin catatan milik Arin.

"Ngga tau, kemarin sih dia bilangnya ada perlu sama lo"

"Owhh, kalo dia masih ada perlu. Pasti dia nyari gue lagi kok"

Arin mendekatkan dirinya ke Deia, dengan kedua tangan bertumpu di atas meja. Serta kepala yang menunduk memperhatikan Deia.

"Btw, sejak kapan kak Tio kenal sama lo?"

Deia melirik kearah Arin yang tampak sangat penasaran.

"Dia langganan di toko kue nenek gue"

Arin membulatkan matanya, "Kok gue baru tau sih?!"

Deia mengernyit heran, "Itu kan bukan urusan penting buat diceritain"

"Justru itu penting!" Deia terkejut, ia melirik ke sekitar. Tatapan aneh orang-orang melayang kearahnya dan Arin.

"Lo nyebelin banget sih" ucap Deia.

Arin sontak menutup mulutnya dan duduk dengan rasa sedikit malu, "Iya-iya maap aelah. Gue cuma kepo kok bisa dia kenal sama lo"

"Udah ah, bahasnya nanti aja. Tuh Pak Herman udah datang"

Arin mengerucut sebal. Kemudian mereka mengikuti matkul Pak Herman dengan malas. Memangnya siapa orang yang semangat belajar? Kecuali mereka dari golongan orang-orang sekelas Albert Einstein. Sayangnya Deia tidak berada dalam golongan tersebut.

Deia adalah orang golongan pemalas akut. Yang kalau Dosen menjelaskan, matanya malah sibuk menahan kantuk.

Apakah disini ada yang satu golongan dengan Deia?

•••••••

Jam menunjukkan pukul setengah 5 sore. Deia masih berada di toko kue neneknya. Seseorang berjalan menuju meja pesan, membuat Deia segera menghadap kedepan karena sebelumnya ia mengobrol dengan beberapa karyawan disana.

"Selamat datang. Mau pesan apa?" ucap Deia

"Biasa, mau ambil pesenan Mama"

Tio Perdana. Orang yang saat ini tengah menyodorkan struk bukti pesanan.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang