Tuan aksara

8 2 0
                                    

Kala rasa diserukan Tuhan pada manusia
Dua jendela sayu menatap kala gelap sentara makna
SeInsan yang mengungkung gerbang penjaga
Terluluh - lantahkan dalam senja Berkabut rupa.

Cahayanya meredupkan jingga yang sedang beradar gagah
Senyum tak sedikit pun ada dari bualan mata
Mencercah kisah yang berlabuh tak menentu arah
Pula bumi yang mengutuk punggung cakrawala.

SeInsan yang tak henti berkomat - kamit
Lidahnta kelu bercucuran liur tak kasat mata jemari lentiknya  tak henti mengukir kata
Hingga membentuk metafora cacat.
 
Lengannya berguncang hebat dalam setiap kalimat
Mencaci maki di setiap alpha dan beta
Yang musnah dari rangkaian cerita
Otaknya kini beku tak dapat menafsirkan apa - apa.

Nadi dan nada tlah beradu ganjil
Yang selalu genap berpandangan dengan mata ke mata
Kertas tipis tersenyum simpul
Menertawakan rasa yang tak menentu arah.

Pena, kertas, Aksara.

Mereka, kini sedang menertawakan ku
Sipena mencibir " lihatlah tuan kita! Sedang bingung rasa ia"
Sikertas menjawab " lupa dia, kita tercipta karna apa"
Siaksara "Jangan mau Tertipu lagi"

Karna, kita tercipta ketika Tuan melangkah pergi.

-Triwidianp
 

cerita yang terlupakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang