Seperti lidah yang dijulurkan langit merah

8 3 0
                                    

Sudah sepekan kita sudah tak bertemu, Tuan
Setelah kata akhir terucap, kita sudah tak bersua lagi, Tuan
Sebab Tuan memilih puan di seberang jalan
Puan manis dengan gemerlap jalanan.

Tak apa,
Masih banyak Tuan Seperti kau
Masih banyak lelaki yang seperti itu.

Bahkan aku merasa paling tolol akan hal itu.

Merasa paling mapan sampai lupa dari mana ia lahir
Merasa paling tampan sampai Buta mana yang salah dan benar.

Lelaki yang paling benar, padahal bodohnya bukan kepalang
Lelaki yang paling salah, padahal bahagianya bukan kepalang.

Lelaki itu sembraut dengan kertas putih ditangan
Asapnya ia biarkan pergi tinggi dengan tenang
Menembus garis batas khayalan
Euforia nya tlah buntung ditengah jalan.

Otak kecil nya tak layak lagi dipikirkan
Relung hati yang menyamar dalam dekapan
Renjana tlah ia biarkan
Tak peduli dengan dunia kenyataan.

Ia memilih tinggal dalam kepalsuan
Seakan dunia ini adalah kenestapaan
Pendengaraannya tlah ditutup rapat
Penglihatannya tlah tertutup rapat.

Bungkan dalam seribu bahasa
Ayam berkokok dari kandang pertobatannya
Jalan membentang ke cakrawala
Tak tersalurkan dari harapan belaka.

Ia memilih untuk mengakhiri
Mencoba menenangkan diri
Seperti lidah yang dijulurkan langit merah
memercikkan irama api Seakan menyanyikan kelahiran baru.

Cahayanya memberat di kedua mataku
Sedangkan hatiku menghampar tanpa ufuk.

-Triwidianp

cerita yang terlupakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang