15. Sakit

1.6K 142 16
                                    

Shingeki No Kyojin | Hajime Isayama

Happiness | Randa Liana

Genre : Family , romance , shounen-ai

Warning!! Bagi yang homophobic silahkan minggat , saya sudah peringatkan!!

'Sakit'

***

Suara jari bertabrakan dengan keyboard laptop terdengar keras, alis tebal coklat mengerut ke bawah, kacamata yang bertengger di hidung dinaikkan jari, mata menatap tajam layar bercahaya di hadapan.

Revi mengintip dari balik Psp, saat ini dirumah hanya ada mereka berdua. Eren yang tidak pergi ke rumah sakit dan lebih memilih mengerjakan pekerjaan di rumah sementara Revi yang sedang santai bermain game menikmati masa skors bagaikan liburannya. Pemuda itu tidak peduli jika dia ketinggalan pelajaran, toh pada akhirnya dia selalu peringkat pertama.

Eren terlalu serius hingga tak menyadari sang anak sulung terus menatapnya datar, sebenak ide muncul dalam kepala Revi. Handphone di buka, membuka aplikasi sms dan mulai mengetikkan pesan.

To : Pak tua
Pak tua

Sementara di sisi lain, terlihat Rivaille yang juga tengah sibuk-sibuknya dengan laporan yang menumpuk langsung mengernyit kesal mendengar handphonenya berbunyi. Dengan kesal dia membuka handphone miliknya dan langsung mengetikkan pesan balasan kepada sang anak.

To : Anak iblis
Apa bocah? Kau tau aku sedang sibuk, jangan buang waktuku dengan mengirim pesan tak berguna.

Revi mengernyit kesal, senyuman mirimg dan menyeramkan terpasang di wajahnya.

To : Pak tua
Ck, kapan kau melamar papa kembali?! Jangan menggantunginya terlalu lama sialan.

Revi melempar ponselnya kesal, bisa-bisa dia naik darah karena terus mengirim pesan dengan orang tua ketus seperti Rivaille.

Rivaille merasa dijatuhkan oleh anak sendiri, dia sungguh tersinggung dengan perkataan anaknya. Bukan maksudnya untuk menggantungkan Eren, tapi dia juga seperti di gantungkan walaupun dia belum mengutarakan janjinya. Terima kasih berkat pekerjaan setumpuk gunung berhasil membuat Rivaille stress.

Punggung bersandar pada kursi kerja, kepala mendongak atas menatap langit-langit berwarna coklat susu. Pesan terakhir Revi sukses membawa satu lagi beban dalam pikiran Rivaille.

Sementara itu Revi hanya mendengus kesal karena tak mendapat balasan dari ayahnya dan dia tau bahwa Rivaille hanya membaca pesannya. Kepala bersurai hitam sekali lagi menoleh pada sosok dewasa, terlihat Eren menghela nafas berat dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

Revi pun beranjak dari sofa dan berjalan menuju dapur. Tangannya terampil membuat teh, dan kemudian menyeduhkannya pada cangkir porselen yang ada. Dia meletakkan cangkir tersebut di samping tangan Eren, Eren menoleh dan menemukan raut wajah Revi yang hangat mengingatkan pada sosok yang dia cintai.

Revi duduk tidak jauh dari Eren dan hanya diam bungkam, keheningan menyambut mereka berdua. Jujur saja, mereka berdua jarang menghabiskan waktu berdua. Keduanya canggung karena tidak terlalu akrab meskipun status mereka anak dan orang tua.

"Papa..maaf.."

Eren menatap bingung anak sulungnya, "Maaf jika aku mengecewakan papa..."

Revi menundukkan kepalanya, meremas celana olahraga yang dia pakai. Raut wajah penyesalannya tertutup oleh surainya, Eren meminum teh seduhan Revi lalu mengelus pelan pucuk kepala anaknya tersebut.

Happiness⭑Riren [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang