Jess dan Fano,tidak sadar bahwa ada seseorang sedang mengintainya dan orang tersebut menelfon seseorang yang di panggilnya "Boss".
"Boss, nona Jess sedang di kantin kampus bersama orang yang ada di foto yang boss kasih."
"............"
"Siap,Boss."
*****************************************
Seorang laki-laki tampan sedang duduk bersama dua pria paruh baya yang tak kalah tampan. Seorang laki-laki muda yang tengah duduk itu mengepalkan tangannya, menahan emosi. Dua pria paruh baya yang sedang memerhatikannya hanya bisa menahan tawa nya.
"Om Jeno, aku gak bisa lama-lama di sini." Ujar laki-laki muda, karena dia tidak tenang meninggalkan kekasihnya di Indonesia. Pria yang bernama Jeno , hanya tertawa melihat kekasih dari anaknya yang gelisah.
"Loh, Saya gak suruh kamu kesini Satyr." Sahut Om Jeno dengan santainya menengguk minumannya."Iya Om, tapi saya kesini mau minta izin untuk melamar putri om Jeno." Tutur Satyr dengan memegang tangan Om Jeno, Om Jeno yang merasa tangannya di pegang oleh seseorang menoleh.
"Memangnya kamu sudah yakin dengan keputusan kamu,untuk melamar anak saya?.. Suga anak kamu tuh, heheh." Sahut Om Jeno dengan santainya, bukan karena tidak mengizinkan tapi mau lihat sampai mana keyakinan Satyr terhadap keputusannya."Satyr, ayah tanya sekali lagi sama kamu. Kamu yakin mau melamar Jess?." Tanya Om Suga kepada anaknya dengan serius.
"Iya Satyr serius yah, kenapa sih kaya gak yakin sama Satyr gitu?." Satyr berdecak kesal, karena kedua pria tua di depannya ini tidak ada yang percaya dengan keputusan Satyr.Gelak tawa pun memenuhi ruangan yang di dominasi berwarna putih dan biru dongkar. Satyr hanya bisa berdecak kesal untuk kedua kalinya, melihat Ayah dan Calon mertuanya tertawa.
"Nak, sebenarnya kamu tidak perlu meminta izin ku untuk melamar Jess. Kalian pacaran atau tidak sekarang , tetap saja kalian akan menikah karena almarhumah Mommynya Jess telah membuat kesepakatan untuk menjodohkan kalian berdua sejak kalian kecil." Jelas Om Jeno, yang membuat Satyr mengukir wajah bahagia.
Mungkin wajah bahagia itu akan segera di laminating oleh Satyr, Kalo itu bisa di lakukan.
"Jadi, Om Jeno setuju kalo aku melamar Jess?." Tanya Satyr sekali lagi untuk memastikan calon mertuanya.
"Setuju,tapi ada syaratnya." Ujar Om Jeno, ya meskipun wasiat istrinya untuk menjodohkan mereka. Tapi tetap saja, Jess itu anak kesayangannya.
"Syaratnya apapun itu, akan aku sanggupi." Sahut Satyr beranjak dari duduknya dan berdiri di tengah-tengah duaa pria paruh baya itu.
Satyr merangkul keduanya, berkata..
"Makasih Yah,Om." Ujar Satyr dan mencium kedua pipi pria itu. Kedua pria itu hanya terlonjak kaget mendapatkan perlakuan seperti itu dari Satyr. Satyr tidak jauh beda dari anak kecil yang baru saja mendapatkan permen sekarang.
Satyr kembali ke hotel, Satyr meninggalkan para papa untuk membahas masalah kantor yang menurut dia membosankan. Lebih baik dia memikirkan tentang Jess saja.
Ya ampun, Satyr lupa dia harus memastikan Jess terhindar dari para kutu-kutu yang harus di basmi.Satyr mengeluarkan benda pipih dari celana bahannya yang mahal, untuk menelfon sang mata-mata yanng sedang di tugaskan untuk memata-matai Jess.
"Troy."
"......."
"Jangan sampai Jess keluar atau pergi sendiri, Saya gak mau tau Jess harus selalu di antar oleh Patrick!." Tegas Satyr dan menggulung lengan kemejanya.
"..............."
"Saya akan pulang 2 hari lagi."
"................"
"Lakukan dengan baik, atau kepala mu taruhannya." Ujar Satyr menyeringai.
Setidaknya, Satyr merasa sedikit aman dan tidak terlalu khawatir dengan Jess. Jess, Jess dan Jess yang ada di fikirannya. Jika bukan karena syarat dari Om Jeno dan Permintaan dari Ayahnya, mungkin detik ini pun dia sedang berada di jet pribadinya untuk ke Indonesia.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Hmm,mumpung Satyr gak ada di Indonesia modus sedikit boleh kali ya,batin Fano.
Jess masih sibuk dengan baksonya, Fano sibuk dengan memperhatikan setiap sudut dan lekukan wajah dari gadis di sampingnya. Rasanya ingin sekali Fano menikmati setiap lekukan wajah Jess.
"Ekhem.." Fano berdehem untuk menyadarkan Jess, bahwa Jess sedang bersamanya sekarang.
"Hehhe, maaf maaf ya Fan, gua ampe gak sadar ada lu. Satyr nyebelin sih gak ada kabar , maklum gua kalo galau mendadak bawaanya pengen mukbang aja." Ujar Jess, dan menampilkan deretan gigi putih bersihnya.
"Hmm,iya gapapa." Sahut Fano, dengan sesantai mungkin. Padahal dalam hati udah kesel gak ketolongan. Jess ya tetap saja melanjutkan makan baksonya sampai habis dan menandaskan minumannya juga. Jess berfikir, jika Jess terlihat rakus akan membuat Fano ilfeel padanya tetapi tetap saja. Fano semakin penasaran dengan Jess, karena menurutnya Jess itu menantang.
"Jess, pulang bareng yu." ajak Fano pada Jess yang sedang mengelap mulutnya dengan tissue.
"Hmm, gak usah Fan, gua ada Bang Patrick yang jemput." ujar Jess berusaha menolak ajakan dari Fano.
"Sama aku aja." Hmm, Jess bingung itu pertanyaan atau pernyataan sih?. Belum sempat Jess menjawab pertanyaan dari Fano, Bang Patrick menelfonnya.
"Bang dimana?."
"............"
"Oke, aku oteway ya bang." Sahut Jess dan beranjak dari duduknya.
"Hmm Fan, gua duluan ya. Bang Patrick udah di parkiran soalnya, lain kali aja ya barengnnya." Ujar Jess dan Hi five dengan Fano. Fano masih terdiam melihat ke pergian Jess. Setelah punggung Jess sudah tidak terlihat dia berdecak.
"Ckk, gagal lagi."
Jess pulang dengan aman bareng Bang Patrick. Membuat seseorang kembali menelfon Satyr untuk melaporkan bahwa Jess sudah aman dari gangguan kutu liar.
*****
Semoga suka dengan part ini.
I luv u guys❤️Aku mau bikin QnA tapi masih bingung:)
Jika ingin bertanya tentang apapun itu bisa lewat DM wattpad atau kontak dibawah ini:
Ig : @sifasilv_Wa: 089632438058

KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Boyfriend
Ficción GeneralSepasang anak adam dan hawa yang memulai hubungan hanya karena permainan ToD dan persahabatan kedua orangtuanya, Jess dan Satyr. "Jangan kemana-mana disini aja, kalo kamu pergi aku mogok makan! " ujar Satyr yang membuatku selalu tidak bisa berkuti...