Happy Reading guys!, dont forget to vote and add your library:)))
----------
Satyr lebih baik Jess marah-marah dengannya, dibandingkan menggunakan jurus diam seribu bahasa---------------
Satyr melangkahkan kakinya menuju kamar Jess, jantugnya berdebar lebih cepat. Saat membuka pintu, Satyr melihat Jess yang sedang terlelap dengan sangat nyamannya.
Satyr tidak akan mengusiknya, meskipun rasa rindunya sudah memuncak setinggi gunung kerinci yang ada di Jambi.
Satyr mengelus rambut Jess dengan sayangnya, rasanya ingin saja dia membangunkan Jess dan memeluknya dengan erat.
Tapi Satyr sadar, bisa saja ketika dia membangunkan Jess nanti malah menjauh darinya, karena marah.Satyr duduk di tepi ranjang queen size milik Jess, dan meletakan bucket bunga di sebelah Jess di atas ranjangnya. Satyr merindukan wangi khas yang sering di pakai Jess, yaitu Strawberry dengan manis dan asam yang menggoda.
Jess merasakan ada sebuah tangan yang mengelus rambutnya, mengira yang melakukan itu adalah Gavin. Tapi tunggu, wangi ini wangi parfumnya Satyr. Jess sangat yakin, jika ini harum badan dari sang kekasih yang sudah lama tidak menguhubunginya, tepatnya sudah 5 hari.
Jess membuka matanya dengan perlahan,dia melihat samar-samar wajah yang selama ini meninggalkan jejak rindu yang membekas tanpa suatu kabar. Jika itu Satyr, Jess akan menyumpahinya dengan sumpah serapahnya.
"Hai Honey." Sapa Satyr dengan senyum pepsodent yang menghiasi wajahnya, membuat Jess jengah melihatnya.
Sudah hilang seperti di telan bumi, tiba-tiba datang dengan senyum tanpa bersalahnya. Aku senang dia kembali,tapi aku harus memberinya sedikit pelajaran, batin Jess.
"Hmm" Gumam Jess untuk menjawab sapaan Satyr.
"Honey, aku bawain kamu black rose loh." Ujar Satyr menunjuk arah dimana bucket black rose itu berada. Jess tidak menghiraukan Satyr, Jess lebih memilih beranjak dari kasurnya dan turun ke bawah untuk sarapan dan meninggalkan Satyr sendiri di kamarnya.
"Bi, bang Gavin kemana ya?" Tanya Jess kepada bi Darti, karena tidak menemukan Gavin dimana-mana.
"Den Gavin sudah berangkat kerja non, katanya ada meeting pagi-pagi sekali." Sahut bi Darti dengan melanjutkan mencuci peralatan sehabis memasak. Jess segera duduk di kursi meja makan untuk memulai sarapannya. Baru saja ingin memulai makan paginya, suara Satyr mengintrupsi Jess.
"Honey, aku gak di tawarin sarapan nih?" tanya Satyr kepada Jess yang sudah memulai sarapannya.
"Makan aja." Jess membuka suaranya kali ini, dan melanjutkan sarapannya. Satyr yang mendengar perkataan Jess , hanya bisa tersenyum dan mengikuti Jess untuk memulai sarapan.Tunggu, gua baru sadar kalo hari ini pakai kemeja dan celana bahan di tambah lagi sepatu pentopel, batin Jess dengan memandangi Satyr dari atas hingga bawah. Satyr yang merasa di perhatikan pun, ikut memperhatikan pakaiannya.
"Honey, kenapa ada yang salah?" Tanya Satyr dengan melirik pakaiannya kembali.
"Baju." Sahut Jess dengan cuek tanpa melirik sesdikitpun.
"Oh, gini honey. Aku abis dari Spain buat ketemu sama Ayah dan om Jeno." Jelas Satyr dengan mengikuti Jess yang berjalan menuju dapur untuk menaruh piring kotornya. Mendengar penjelasan dari Satyr membuat Jess melirik sedikit ke arahnya.Ngapain Satyr ketemu sama Daddy?, batin Jess. Jess mengambil air mineral di kulkas dan berjalan menuju ruang keluarga. Satyr mengikuti Jess, tapi sebelum menuju ruang keluarga Satyr mengambil rotinya di meja makan.
Satyr duduk di sebelah Jess yang sedang menonton kartun spons kuning, Satyr mnegelus rambut Jess dengan sayang, namun Jess menepisnya membuat Satyr berdecak.
"Ck, honey jangan cuekin aku, lebih baik kamu marahin aku, kamu pukul aku daripada kamu cuekin aku." tutur Satyr dengan nada yang manja dan bergelut di lengan Jess. Jess tetap fokus menonton kartun kesukaannya, sebenarnya gak tega melihat Satyr seperti ini, tapi Satyr juga tega ko sama Jess kemarin.
"Honey, jalan yuk aku kangen mau jalan sama kamu." Ujar Satyr dan merebahkan dirinya di pahanya Jess, Satyr tersenyum memandangi wajah Jess dari bawah adalah salah satu kebiasaannya. Bukan hanya dari bawah tapi dari segala sisi adalah kebiasaannya, memandangi Jess dapat mengurangi emosinya kala dia marah, menghilangkan capeknya kala dia sibuk dengan urusan skripsinya.
Merasa di perhatikan, Jess menutup mata Satyr dengan telapak tangannya. Satyr tersenyum di perlakukan seperti itu, karena Satyr tau Jess tidak suka jika di perhatikan terlalu lama.
Kartun spons kuning pun habis, dan Jess menjauhkan telapak tangannya dari mata Jess. Satyr tersenyum, karena Jess melihat ke arah Satyr.
"Ayukk." Kata Jess yang membuat Satyr bingung, karena Jess hanya bilang satu kata.
Melihat ekspresi bingung di wajah Satyr, Jess melanjutkan perkataannya.
"Jadi jalan gak?, kalo gak jadi yaudah aku mau pergi sama Fano." Satyr yang mendengar nama pria lain dari mulut Jess langsung beranjak dari tempatnya dan menarik tangan Jess.
"Tunggu, aku mau ganti baju. Emangnya kamu gak mau ganti baju?" Tanya Jess yang membuat Satyr menampilkan deretan giginya.
"Heheh, mau nanti aku di kira kakak kamu lagi." Sahut Satyr dan mengambil baju gantinya di mobil dan segera mengganti kemejanya dengan kaos polo warna hitam yang di padukan dengan celana chino panjang berwarna cream.Jess sudah selesai mengganti bajunya, berjalan mendekati Satyr. Satyr meneliti pakaian yang di pakai oleh Jess. Kemeja putih polos panjang sampai lutut dengan sneakers vans dan rambut yang di gulung memperlihatkan leher putihnya.
"Jess, are you serious?" tanya Satyr, karena Jess tau jika Satyr tidak suka melihatnya memakai pakaian yang terbuka. Hmm oke, kali ini gak terbuka banget tapi menurut Satyr ini terlalu imut. Satyr tidak mau ada banyak mata yang nantinya melihat Jess , karena keimutannya.
"Sure, whats wrong? aku gak pake yang terbuka ko." Sahut Jess dengan santainya dan berlalu mendahului Satyr yang masih diam. Satyr pun segera mengikuti Jess untuk masuk ke mobilnya.
"Jess, seenggaknya tutupi leher kamu. Jangan gulung rambut kamu seperti itu." Ujar Satyr dengan wajah datar dan dingin yang membuat Jess bergidik ngeri mendengarnya. Jess menutupi lehernya dengan scraf yang dia ambil di dashboardnya Satyr, ya memang itu miliknya.
Satyr menjalankan mobilnya, menuju seuah taman.
"Ke taman kan?" Tanya Satyr, yang dibalas gumaman oleh Jess.
Setelah sampai di taman, Jess segera duduk di sebuah bangku yang mengarah pada sebuah danau yang di sebrangnya terdapat sebuah bianglala besar. Satyr menghampiri Jess dengan membawa sebuah ice cream di tangannya.
"Nih honey." Satyr menyodorkan sebuah ice cream yang di berada di tangannya.
Jess menerima ice cream dari Satyr, dan memakannya dengan tenang. Satyr mengelus rambut sang gadis dengan sayang. Satyr teramat sangat rindu dengan Jess, ingin sekali mendekap Jess dengan durasi yang lama, jika saja gadis itu sedang tidak marah dengannya.
Akhirnya Jess membuka suaranya, setelah menghabiskan ice creamnya.
"Jelasin kemana aja kamu lima hari ini?" tanya Jess dengan berharap Satyr berkata jujur dengannya.
"Aku pergi ke spain untuk--" Satyr berhenti berbicara , karena ada suara lain yang memanggil kekasihnya."Jess!!" Panggil seseorang di sebrang jalan sana..
____________________________________
Siapakah orang itu? akan kah Satyr menceritakannya?
Apakah kalian rindu dengan canda tawa Jess dan Satyr?. Yang rindu vote dulu ceritanya, heheh:)))Terima kasih sudah membaca dan memvote <3

KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Boyfriend
Fiksi UmumSepasang anak adam dan hawa yang memulai hubungan hanya karena permainan ToD dan persahabatan kedua orangtuanya, Jess dan Satyr. "Jangan kemana-mana disini aja, kalo kamu pergi aku mogok makan! " ujar Satyr yang membuatku selalu tidak bisa berkuti...