MPP 18

2.9K 115 0
                                    

"Gapapa dek, yuk ah masuk teater. Udah di buka tuh." Ajak Gavin dan beranjak dari duduknya. Gavin masih menahan tawanya sejak tadi, karna smartphonenya masih bergetar menandakan beberapa pesan masuk yang pasti dari Satyr.

Biarin ajalah,biar Satyr ngerasain apa yang Jess rasain. Lagian ngerjain Satyr sedikit gapapa heheh, batin Gavin.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Di lain tempat, Satyr sedang membereskan pakaianya untuk kembali pulang ke indonesia. Syarat yang di ajukan oleh om Jeno tidak sepenuhnya dari om Jeno, Satyr merasa ada campur tangan ayahnya dalam syarat itu.

Menurut Satyr om Jeno tidak mungkin mengajukan syarat untuk dia melanjutkan perusahaan ayahnya. Dasar ayahnnya memanfaatkan keadaan, fikir Satyr ya bukan fikir author :).

Syarat yang di ajukan om Jeno sangat mudah menurut Satyr. Karena om Jeno menyuruhnya untuk menyelesaikan skripsi dahulu dan sidang baru boleh bertunangan dengan Jess. Skripsi Satyr sudah hampir 100%, hanya saja tinggal menunggu waktu untuk sidang. Yang kedua om Jeno menyuruhnya untuk membahagiakan Jess dan tidak menyakiti Jess, ini sangat mudah baginya karena Satyr juga tidak akan menyakiti Jess. Bahkan , Satyr amat sangat menjaga Jess. Terakhir adalah meneruskan menjadi CEO perusahaan ayahnya, ya memang harus seperti itu agar bisa memfasilitasi Jess dengan amat sangat baik.

Tapi alhamdulilahh juga Satyr telah mendapatkan restu dari keluarga Jess dan keluarganya. Tinggal menjalankan rencana melamar Jess dengan sangat romantis dan dengan cara yang antimainstream.

"Sial.. Gavin kemana nih sama Jess?" umpat Satyr, ketika melihat foto Gavin dan Jess di instagram.

Satyr langsung mengirimkan DM kepada Gavin, tapi tidak di balas oleh Gavin. Hal itu membuat Satyr mengirimkan DM sebanyak-banyaknya. Tapi tetap saja tidak dibalas oleh Gavin. Ya sudahlah, Jess pergi dengan Gavin yang notabennya kaka kandungnya bukan dengan si kutu Fano.

"Sudah empat hari aku gak ngehubungi Jess, gimana caranya agar dia tidak marah ya?" ujar Satyr sambil memasukan baju-bajunya ke dalam koper.

"Ahh.. Nanti sehabis dari airport aku akan mampir ke toko bunga, dan langsung menemui Jess di rumahnya." Satyr tersenyum dan semakin cepat memasuki bajunya, karena dia sudah tidak sabar untuk bertemu Jess.

Setelah selesai mengemasi pakaiannya, Satyr segera menemui ayahnya dan om Jeno yang sedang berada di Ballroom hotel. Sesampainya Satyr di Ballroom, ternyata sedang ada pertemuan antar CEO sedunia, gaya sekali pikirnya.

Ketika ingin melangkah keluar dari Ballroom, namanya di panggil oleh sang ayah. Satyr memang berniat untuk melanjutkan perusahaan ayahnya, tapi nanti tidak sekarang dan jadi jangan paksa Satyr untuk menyukai dunia bisnis untuk saat ini.

"Satyr!!" Teriak ayahnya , yang membuat Satyr memutar badannya dan berjalan menuju ayahnya dengan senyum palsu.

"Iya yah?" Sahut Satyr dengan singkat, dan berharap dia akan menemukan jalan untuk segera pergi dari sini.

"Ayah mau kenalin kamu ke kolega ayah, tidak ada bantahan." ujar ayah Satyr.

"Ladies and gentlement, He's my son Satyr Widiatmaja." Ujar Ayahnya Satyr, yang membuat Satyr menebarkan senyum palsu dan menjabat tangan para kolega ayahnya.

"And He's to be my son too." Tunggu itu suara Om Jeno, Om Jeno memperkenalkan Satyr sebagai anaknya juga?. Oh my god, Satyr yang mendengarnya langsung merasakan ada seribu kupu-kupu dalam perutnya dan Seribu bunga dalam ruangan ini.

(Lebay lu tyr, -author)

(Lo yang nulis ceritanya, lagian suka-suka gua -Satyr)

Setelah menjabat semua kolega ayahnnya dan om Jeno, Satyr segera pamit kepada keduanya untuk kembali ke indonesia.
"Ayah, Satyr akan pulang ke Indonesia sekarang." Tutur Satyr kepada ayahnya, dan mencium tangan ayahnya sebagai tanda bahwa dia pamit.

"Yaudah, ayah tau ko Satyr udah kangen sama Jess. Salam buat bunda ya nak, bilang ayah lagi senang kamu mau lanjutin posisi ayah, hehe." Goda ayahnya, yang membuat Satyr memutar malas bola matanya.

"Kamu pamit juga sana sama om Jeno." Perintah ayahnya.
"Iya dong yah, kan calon mertua Satyr." Ujar Satyr dengan amat sangat pecaya diri.

Satyr menghampiri Daddynya Jess untuk pamit pulang ke Indonesia.

Selama perjalanan terbangnya, wajah Jess selalu berada dalam benaknya. Satyr memandangi layar smartphonenya, melihat foto-fotonya bersama Jess membuatnya semakin rindu dengan tingkah lucu,sifat manja, dan cuek sang kekasih pujaan.

_____SKIP------

Burung besi yang membawa Satyr pulang kembali kerumahnya sudah mendarat dengan sempurna di bandara soekarno-hatta.

Satyr langsung bergegas untuk pergi dari airport dan menyerahkan semua barangnya agar di tangani oleh bodyguardnya saja. Sebelum menemui Jess, Satyr menyempatkan diri untuk membelikan se-bucket bunga black rose kesukaan Jess.

Setelah sampai di rumah sang gadis pujaan, Satyr bertemu dengan calon kakak iparnya.

Satyr masih kesal dengan Gavin, karena DM-nya yang tidak di balas oleh Gavin. Gavin hanya terkekeh melihat wajah kesal Satyr.

"Hey bro!, hehe biasa aja dong liatnya. Btw, Jess masih tidur jangan di ganggu, gua jalan dulu ya tyr." Ujar Gavin, menepuk bahu Satyr dan berbisik sesuatu yang membuat Satyr khawatir.

"Hati-hati tyr, Jess marah besar." bisik Gavin dan berlalu kemudian terkekeh melihat ekspresi Satyr yang menegang. Seorang Satyr, mantan berandalan SMA dan dingin dengan semua orang , seketika menegang hanya karna mendengar Jess yang akan marah besar dengannya.

Satyr sebenarnya tidak takut Jess marah, karena itu sudah pasti. Satyr hanya takut, jika Jess akan puasa bicara dengannya Satyr tidak akan kuat.

Satyr lebih baik Jess marah-marah dengannya, dibandingkan menggunakan jurus diam seribu bahasa.

********

Apa kabar guys? Semoga baik-baik sajaJangan lupa untuk tinggalkan jejak kalian dengan cara vote dan coment
Klik tombol bintang dibawah
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟

Selamat membaca.
Terima kasih 😊.

My Possesive Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang