Duabelas

23.6K 868 69
                                    

Marco mengerutkan alisnya. "Lalu? Kenapa mengatakanya padaku?"

"Em... Hanya memberitahu saja." Jawab Rossy tersenyum. "Aku sangat sulit bangun tidur. Jadi.. Bisakah nanti malam pukul 12 kau bangunkan aku."

"Aku tidak suka dimintai pertolongan." Marco berjalan meninggalkan Rossy yang tengah menunduk sedih.

Marco membuka kenop pintu. Namun ia berhenti saat akan melangkah dan menatap Rossy. "Dasar manja."

Marco pun berjalan keluar kamar.

Rossy mendesah pelan sambil menunduk. "Semoga saja aku bisa bangun nanti malam."

Disisi lain Marco berjalan kedalam dapur. Ia membuka kulkas dan meraih sekaleng minuman bersoda. Kemudian ia duduk dimini bar. Membuka dan meneguk seperempat minuman itu.

Marco tak seperti berandal pada umumnya yang suka minum-minum dan bermabuk-mabukan. Marco justru lebih menyukai jus atau minuman bersoda. Ia merasa tak perlu akan semua itu. Ia tak ingin hancur seperti ayahnya. Yah,meski terkadang ia masih senang membayar Kelvin untuk membunuh orang-orang yang menghalangi niatnya.

Kening Marco berkerut. Ia jadi ingat. Sebenarnya apa yang telah terjadi kepada Kelvin dan Rossy hingga Rossy menangis seperti tadi. Ditambah lagi Rossy kini tengah hamil.

Apa karena Kelvin menolak memberikan hadiah ulang tahun untuk Rossy?

Tapi tunggu. Marco jadi ingat. Ini adalah hari ulang tahun seseorang juga selain Rossy.

Marco menjadi heran. Bagaimana ulang tahun keduanya bisa jatuh dihari yang sama. Lalu bagaimana? Apa yang harus Marco lakukan?

Marco terus duduk melamun didapur. Hingga ia tak menyadari malam telah datang. Ia pun melangkah meninggalkan dapur. Berjalan keruang tv.

"Hujannya sudah berhenti." Marco bergumam melihat keadaan diluar melalui dinding kaca mansion nya.

Marco tersenyum kecil. "Dasar gila."
______________________________________________________

Jam menunjukkan pukul 23.45 malam. Rossy tampak bergelung nyaman diselimut tebalnya.

Hujan tadi menyisakan hawa dingin hingga membuat Rossy makin larut dalam mimpinya dan lupa kalau ia ingin bangun pada pukul 12 malam.

Pintu kamar terbuka. Sepasang kaki melangkah lebar dan pelan. Tak lama lampu kamar pun menyala membuat Rossy menutup matanya kian erat sambip bergumam pelan.

Marco menatap Rossy yang berguling kesana kemari.

"Dasar. Tadi bilang ingin bangun." Marco bergumam sambil menaruh sesuatu yang sedari tadi ia bawa dimeja disamling tempat tidur Rossy.

"Bangun!" Marco bersuara mencoba membangunkan Rossy. Namun Rossy tak bergerak sedikitpun.

"Bangun! Hey tukang tidur. Bangun! Dasar kerbau!" Alhasil Marco yang memang tak sabaran pun berteriak jengkel sambil menarik-narik selimut yang membungkus Rossy.

"Hoi kerbau betina!" Marco terus menarik selimut yang Rossy kenakan hingga benar-benar tak lagi menutupi tubuh Rossy.

Marco menelan ludah saat melihat pemandangan didepannya. Rossy yang tengah tidur dengan baju yang masih sama seperti tadi. Tapi bukan itu yang menjadi masalah. Baju yang Rossy kenakan tersingkap hingga menampakkan dada wanita itu. Membuat Marco menggeram sambil melempar kasar selimut itu ketubuh Rossy.

"Kumohon bangun." Marco pun berujar pasrah.

"Nghhhh..."

Marco menatap Rossy. "Sial! Diteriaki tak bangun. Dibisiki lirih baru bangun. Dasar aneh."

IM YOUR BITCH,MY MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang