Recomended Song
RM - Forever Rain ( piano instrumental )•••••
Taehyun meremat masker hitam di tangannya. Ia sudah siap ke rumah sakit, hanya tinggal menunggu Soobin yang masih harus membuat alasan agar mereka hanya akan pergi berdua saja.
Semalam ia menyetujui untuk pergi bersama Soobin setelah menerima begitu banyak kata-kata bujukan. Tapi, tiba-tiba sekarang dia merasa sedikit khawatir.
Bagaimana jika benar terjadi sesuatu?
Tidak, dia bukannya mengharapkan sesuatu yang buruk benar-benar terjadi. Tapi... Masalah yang datang padanya akhir-akhir ini bukan yang seperti biasa. Dia tidak pernah seperti itu sebelumnya.
Ini benar-benar bencana. Bahkan sekarang, dia jadi agak khawatir jika harus keluar asrama sendirian. Jika dia tiba-tiba jatuh, atau pandangannya buram, tidak ada yang bisa membantunya seperti ketika di asrama.
"Taehyun"
Sebuah tepukan ringan yang mendarat dibahunya membuat Taehyun sedikit berjingkat. Lelaki itu menoleh, mendapati Soobin sudah siap dengan pakaian yang agak tertutup. Berusaha sembunyi dari orang-orang yang mungkin mengenal mereka mengingat video dan foto mereka sudah tersebar sejak beberapa minggu lalu. Akan bahaya jika ada yang melihat mereka di rumah sakit, 'kan?
"Kamu sudah siap? Ayo berangkat sekarang"
"Yang lain?"
Soobin yang hendak memutar gagang pintu menoleh sekilas. "Mereka sedang keluar. Mungkin membeli sesuatu. Kita tidak akan lama," ujarnya sebelum melangkah keluar disusul Taehyun yang kemudian memakai maskernya.
Sepanjang perjalanan yang tidak begitu jauh mereka hanya saling diam. Namun, Soobin tau ada yang sedang Taehyun pikirkan. Dia juga memikirkan hal yang sama. Dia hanya berharap kekhawatiran mereka hanya sebatas rasa khawatir yang tidak akan pernah terjadi.
Semua ini tidak mudah, untuk mencapai saat ini bukanlah perkara mudah. Mereka harus selalu menunjukkan kemajuan jika ingin dipertahankan, dan Soobin bersyukur mereka telah melakukan yang terbaik sejauh ini.
Jika sampai ada yang melangkah mundur di antara mereka, orang yang akan ia salahkan pertama kali adalah dirinya sendiri. Dia bukan yang tertua, tapi dia yang diberi tanggung jawab untuk memimpin, jadi dia harus melakukannya dengan baik. Mereka harus bersama sampai hari debut, pun harus mengecap kesuksesan bersama.
"Hyung!"
Soobin tertarik ke alam sadar begitu suara Taehyun terdengar agak nyaring. Ia melihat Taehyun yang memilih duduk di gundukan salju tanpa mempedulikan orang-orang yang memperhatikannya.
"Kambuh lagi?" tanyanya.
Taehyun mengangguk pelan.
"Kenapa sekarang jadi lebih sering ya?" monolog Soobin sementara ia memposisikan dirinya di depan Taehyun. "Ayo naik!" titahnya.
Taehyun tanpa berpikir panjang segera menurut. Tidak ada waktu untuk acar menolak dan memaksa karena akan mengganggu orang-orang yang berlalu-lalang.
Taehyun melingkarkan tangannya dileher Soobin. Pandangannya mengarah pada jalanan yang sedang lengang. Mengasihani dirinya yang malang.
'Jangan sakit. Aku harus debut'
—DREAM—
Suara sepasang langkah yang beriringan menggema di lorong rumah sakit. Saat itu masih siang, jadi kondisinya agak ramai, tapi tetap saja di antara keduanya hanya ada keheningan.
Bahkan setelah bertemu dokter, keduanya masih belum bisa bernapas lega. Hasil tesnya baru bisa diambil dua hari lagi.
"Hyun," Taehyun menoleh ketika Soobin memanggilnya. "Kamu harus mengajakku ketika mengambil hasil tes nanti"
"Jika aku ingat, Hyung" Taehyun meringis. "Aku bahkan tidak yakin akan mengingatnya"
"Jangan bilang seperti itu. Kamu bersikap seperti pengidap alzheimer saja."
"Aku malah hanya menganggapnya pikun biasa" Taehyun tergelak kecil. "Aku perlu memikirkan hal-hal yang baik agar tidak mengacaukan latihan lagi"
Soobin hanya menanggapinya dengan senyum tipis. Bisa-bisanya Taehyun masih bisa bercanda disaat seperti ini. Padahal dia saja sudah kelewat pusing memikirkannya. Dan sejujurnya... Dia juga takut.
Soobin mengalihkan pandangan ke arah lain, yang jelas tidak pada Taehyun yang memperhatikan sekitarnya sambil tersenyum tanpa beban. Karena demi apapun, itu malah membuat hatinya berdenyut nyeri.
Namun sial, Soobin malah mendapati pasien yang sedang berjalan-jalan menggunakan kursi roda. Seketika itu pikiran buruk langsung berseliweran dikepalanya.
Soobin mendesis, menggeleng kuat sambil merutuki diri karena memikirkan hal bodoh seperti itu.
Taehyun akan baik-baik saja bahkan sampai mereka dewasa.
"Hyung"
"Hm?"
Taehyun menjeda sebentar. "Apa menurut Hyung aku akan tetap dipertahankan?"
"Apa yang kamu bicarakan? Tentu saja!" Soobin sedikit kesal. Tidak menyangka Taehyun akan melontarkan pertanyaan yang ia sendiri sedang khawatirkan.
"Bagaimana jika aku terus menerus membuat kesalahan? Bagaimana jika nanti aku melupakan koreografi dan lirik? Bagaimana jika aku dikeluarkan dari grup?" Taehyun menghela. "Bagaimana jika TXT tidak debut karena aku?"
Soobin menghentikan langkahnya. Taehyun mengikut, kemudian berbalik menghadap Soobin yang menatap lurus padanya. Tatapan yang jelas berbeda karena sukses membuat Taehyun bergidik ngeri.
"Jangan mengatakan hal konyol seperti itu, Kang Taehyun. Aku sudah bilang kita akan debut. Jika aku mengatakan kita akan debut, artinya kita akan benar-benar debut. Aku yang memimpin kalian, kamu meragukanku? Apa kamu pikir yang aku katakan hanya lelucon bodoh?!"
Taehyung menggeleng kuat. "B-bukan begitu, Hyung" kepalanya tertunduk lesu. "Maaf"
Soobin menghela napas kasar. Seolah baru sadar bahwa dia baru saja meluapkan emosinya di depan Taehyun, langkahnya perlahan mendekat. Menarik Taehyun kemudian memeluknya dengan perasaan bersalah yang menumpuk.
"Maafkan kata-kataku. Aku tidak bermaksud, sungguh."
Taehyun mengangguk samar tanpa menyahut. Soobin tau Taehyun tidak akan mudah marah pada apapun. Soobin jadi merasa tidak enak karena tidak bisa menahan emosinya sendiri. Padahal dia tau Taehyun memang sering mengkhawatirkan sesuatu sejak saat itu.
Sungguh, dia hanya tidak mau mendengar kata-kata seperti itu keluar dari mulut Taehyun. Taehyun yang selalu bersikap dewasa meski dia termasuk anggota paling muda, Taehyun yang selalu optimis dan punya semangat yang menggebu-gebu, sekarang justru seperti orang yang hampir putus asa.
Soobin hanya takut akan kemungkinan buruk menyebalkan di dalam kepalanya. Soobin hanya takut tidak bisa menepati janjinya untuk membuat mereka debut dan sukses bersama. Dan pada saat seperti inilah, Soobin merasa posisi sebagai pemimpin terlalu berat untuknya.
—DREAM—
Makasih untuk dukungan kalian, gaiseu🙇 komentar kalian itu seperti vitamin penambah energi dan imajinasi:') walau gak selalu bisa fast update, tapi seenggaknya masih ada harapan buat selesai, 'kan?:"
Dimohon untuk tidak tegang ya:')Yang kapalnya Taebin ikut daku berlayar yuk🚣
I PURPLE U 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ One DREAM | Kang Taehyun
Fiksi Penggemar[Tomorrow by Together] "Aku keluar dari TXT" Satu kalimat yang mampu meruntuhkan dunia tepat di atas kepala. Mereka akan menunjukkan, bagaimana meraih impian tak semudah membalikkan telapak tangan. Bahwa berani bermimpi artinya siap menanggung segal...