(Now playing : Jin - Tonight)
***
Semua sudah tertidur, hanya menyisakan Kang Taehyun yang masih betah memandang kosong ke ranjang atas dimana para hyung tertidur. Ia tidak bisa terlelap meski kini sudah lewat tengah malam. Entah kenapa, setiap kali matanya terpejam, perkataan Dokter Seok kembali berputar dikepalanya, juga bagaimana pria itu menatapnya iba seolah kematian akan menjemputnya besok.
Taehyun merasa frustasi dan kesal setiap kali mengingatnya. Takdir seolah benar-benar menentang keinginannya.
Taehyun beranjak perlahan dari posisinya, ia harus melakukan sesuatu untuk mengalihkan pikirannya. Mungkin menari, mumpung dia masih bisa menari. Namun sebuah suara tiba-tiba menahannya. Taehyun sempat membatu, sebelum menyadari Soobin tengah mengintipnya dari ranjang atas.
"Kamu belum tidur? Mau kemana?" suaranya terdengar normal. Artinya Soobin juga belum tidur sejak tadi.
"Aku...." Taehyun tidak tau harus menjawab apa. Tidak mungkin dia jujur mengatakan akan berlatih di tengah malam begini, Soobin pasti akan menceramahinya sampai dia ketiduran.
Alih-alih menuntut jawaban, Soobin memilih turun dari ranjang atas. Duduk di ranjang bawah di sisi Taehyun yang tengah bersandar pada kepala ranjang. "Hyun"
"Ya?"
"Bagaimana hasil pemeriksaannya?"
Taehyun terdiam beberapa saat. Ia pikir Soobin sudah melupakannya, padahal ia sudah kegirangan karena tidak perlu menyusun kebohongan yang lebih jenius untuk menyembunyikan kenyataan itu dari Soobin. Ah, itulah kenapa PD Nim menunjuk Soobin sebagai pemimpin.
Multiple Sclerosis... Tidak bisa disembuhkan.
"Aku baik-baik saja, Hyung" Taehyun menarik senyum kecil, tapi diam-diam ia memainkan ujung baju tidurnya. Sejujurnya ia tidak yakin ini akan berhasil.
"Kalau begitu kenapa gak memberitahuku sejak awal? Kenapa menungguku bertanya?"
Benar, 'kan? Memang sesulit itu menyembunyikan sesuatu dari Choi Soobin.
"Aku...." Taehyun meringis, menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Aku lupa, Hyung"
Baiklah, apa itu sudah sedikit lebih pintar?
Soobin manggut-manggut. "Eoh."
Namun entah kenapa Taehyun masih dibuat menahan napas dengan tatapan Soobin yang masih terasa mengintimidasi.
"Aku mau lihat hasilnya?" Yang lebih tua menyodorkan tangannya.
"Anu... Hyung, aku lupa menaruhnya dimana," cicit Taehyun.
"Begitu, ya? Kalau begitu aku akan membantumu mengingatnya," sahut Soobin. "Itu. Di bawah bantalmu" pandangannya mengarah pada sesuatu berwarna cokelat yang menyembul dari bawah bantal Taehyun. Amplop.
Lagi-lagi Taehyun dibuat meringis. Dia benar-benar terlalu bodoh untuk berbohong. Eh? Taehyun hanya terpaksa kok. Jangan menganggap Taehyun tukang bohong. Ibunya mengajarinya untuk jujur, tapi kali ini situasinya beda makanya Taehyun terpaksa. Tapi toh percuma saja, Soobin jauh lebih pintar mengungkap kebohongan.
"Kamu menyimpan sesuatu. Aku tau" ujar Soobin lagi. "Kenapa kamu berbohong?"
Taehyun hanya menunduk. Terlalu sulit menjelaskan. Lidahnya kelu.
"Kamu gak baik-baik saja, 'kan?"
Demi Tuhan, Soobin ingin sekali memukul mulutnya setelah melontarkan kalimat itu. Terlalu kejam. Tapi bagaimanapun gelagat Taehyun terlalu mudah dibaca olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ One DREAM | Kang Taehyun
Fiksi Penggemar[Tomorrow by Together] "Aku keluar dari TXT" Satu kalimat yang mampu meruntuhkan dunia tepat di atas kepala. Mereka akan menunjukkan, bagaimana meraih impian tak semudah membalikkan telapak tangan. Bahwa berani bermimpi artinya siap menanggung segal...