Sudah hampir pukul setengah delapan malam namun belum benar-benar ada pembicaraan yang memuaskan. Junhoe kini sudah lebih tenang setelah sempat terisak karena tak mampu menahan gemuruh di dadanya, sementara Bobby masih geming menatap lurus ke depan memperhatikan gemerlap lampu berwarna-warni bermain peran sebagai pembuka sebelum disusul keindahan pertunjukkan air mancur di sana. Dulu, mereka menantikan momentum tersebut dengan suka cita dan canda tawa, tapi kini hanya hening.
"Ekhem", Bobby berdeham, mencoba untuk kembali memulai, "June..." ucapnya masih sedikit ragu-ragu.
"Hm?" balas Junhoe bergumam.
"Aku sayang kamu", respon Bobby cepat seakan tak ingin kembali kehilangan kesempatannya. Mendengar hal itu membuat Junhoe terkesiap, tubuhnya menegang, Ia hampir menaruh harapan lagi sampai saat pria bermata sipit itu melanjutkan kalimatnya, "sebagai Adik.", dan Junhoe semakin yakin bahwa Ia telah kalah, "aku salah, ya aku tahu. Maaf. Tapi aku ngerasa harus bertanggung jawab sama kamu"
"Untuk apa?" tanya Junhoe lirih.
"I thought that I must protect you, heal you after what I did. I mean, I have to take the responsibility of your broken heart. At least until the scars fade away" ucap Bobby penuh atensi.
Junhoe hanya tersenyum remeh sebelum menjawab, "gak perlu, I'm okay".
"He feeling guilty", ucap Bobby melanjutkan, "he want to break up with me"
"You're an asshole though" balas Junhoe langsung.
"Hey!" sergah Bobby dengan nada protes menatap Junhoe yang ada di sampingnya.
"What? I just tell the truth" Junhoe dengan nada santai.
"Can't you guys befriend again?" tanya Bobby ragu, karena sebetulnya Ia sudah jengah melihat sang kekasih yang terus merasa bersalah.
"I let him to be with you after all, I think that is reason enough to tell that I stand friendship over everything", balas Junhoe yakin, Ia pikir sudah saatnya untuk melepaskan, "aku tahu aku sudah kalah" lanjut Junhoe tersenyum.
"Seriously?"
"Hm", Junhoe mengangguk sambil tersenyum, "boleh dengar sekali lagi?" tanya Junhoe.
"Apa?" Bobby balik bertanya.
"Pilihanmu. Aku atau dia?", tanya Junhoe serius membuat Bobby membelalakkan matanya, "no, don't get me wrong. Aku cuma mau meyakini hatiku" jelas Junhoe sebelum diminta.
Bobby menatap wajah Junhoe lekat, menghela napas sebelum kemudian membuka mulutnya dan berkata, "maaf, tapi hatiku berpaling. Kau tahu jawabannya dan aku percaya aku harus memilihnya. Karena tak akan pernah ada cinta kedua, ketiga, keempat dan seterusnya ketika aku benar mengasihi pertamaku."
'Ah, masih jawaban yang sama' pekik Junhoe dalam hati ketika mendengar penuturan Bobby, pria itu benar-benar mengasihi karibnya. Ia kemudian tersenyum memandang Bobby, "sampaikan salam ku kak. Aku ikhlas dan aku juga merindukannya" Junhoe kini menunduk, menatap ujung sepatunya seakan merutuk seandainya Ia bisa lebih cepar merelakan mungkin tak akan cerita rumit lainnya memghampiri kehidupannya.
"Aku antar pulang?" tawar Bobby.
"Gak usah, mending Kak Bob samperin Bambam. Aku masih mau di sini" ucap Junhoe tersenyum.
"You sure?"
"I am"
"Okay then, aku duluan ya. Jangan kemaleman pulangnya and take care" ucap Bobby mengusak sayang rambut legam Junhoe dan masih dihadiahi dengan senyum merekah dari wajah menggemaskan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Couples! (Crack Pair)
FanfictionBecause every relationship has their own story and the couples here want to tell you all about them. Enjoy!❤ ----------------------------- CRACK AT IT FINEST! : • CRACK PAIR • CRACK POSITION DON'T LIKE, DON'T READ!❤ HIGHEST RANK : #1 IN CRACKPAIR...