Dua Empat

1.7K 218 90
                                    

Sabtu itu baru menunjuk pukul sembilan di pagi hari ketika langkah kaki terseok-seok berlari menyusuri susunan granite bercorak alur abstrak terkesan mewah, napasnya tertahan ketika memasuki kubus tak lebih dari empat meter persegi luasnya, rencananya untuk runtuh begitu saja ketika split door tertutup tak bisa Ia lancarkan karena ada seorang wanita paruh baya yang sudah lebih dulu berada di sana, bukan tetangga lantainya namun Ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja saat ini, meski harus memekik menahan sakit luar biasa dari dadanya yang bergemuruh cepat.

'Ting' Jaebum tak pernah tahu bahwa dentingan yang sehari-hari selalu Ia hiraukan bisa terdengar seindah ini. Ia langsung melangkahkan kakinya terburu, seakan menyelematkan diri dari suasana canggung selama beberapa detik bersama wanita yang Ia tahu bertanya-tanya ketika melihat wajah sembab memerah miliknya serta penampilannya yang berantakan.

'Bip-bip-bip-bip-bip-bip'

'Kriek'

'BRAK!'

Punggungnya menyandar lemah pada pintu, perlahan merosot terduduk merasa tak sanggup lagi untuk menahan semua beban yang dirasakan. Tangisnya pecah, memilukan, tersedu hampir meraung sambil sesekali memukul dadanya untuk menghilangkan sesak. Ia merasa sendiri, kekasihnya bahkan juga tak mempercayainya, lalu apa yang bisa Jaebum harapkan lagi?

Hampir setengah jam lamanya Ia berada pada posisi yang sama dan tak ada tanda-tanda Seungyoon akan menghampirinya untuk sekadar menenangkan, sampai Ia akhirnya mengusap kasar wajahnya, menghapus setiap jejak basah bak aliran sungai mini yang mengering, kembali menstabilkan tubuh untuk beranjak menuju kamar mandi yang sialnya baru Jaebum ingat memiliki cermin sebidang penuh menutupi dinding.

Jaebum kini berdiri menatap pantulan diri yang disadari sangat berantakan. Surai legamnya mengaut tak beraturan, ditambah dengan kemeja putih yang sudah kusut kehilangan pengaitnya pada tiga teratas membuat siapa pun dapat melihat dengan jelas bercak-bercak kemerahan di sepanjang leher dan dada putihnya, jeans yang dikenakannya pun bahkan tak terkancing dengan benar. Bibir tipis membengkak kemerahan, wajah sembab yang juga didominasi dengan warna senada membuat Jaebum ingin berpaling, Ia bahkan tak sanggup menatap pantulan dirinya sendiri dicermin. Tangan kanannya terangkat, perlahan dengan gemetar berusaha untuk menyentuh bercak-bercak yang tak diinginkannya berada di sana dan tanpa Ia sadari sebulir air mata kembali terjatuh dalam diam ketika kepalanya lagi-lagi memutar memori menakutkan yang terjadi beberapa saat lalu dan tubuhnya bereaksi dengan pasti, bergetar hebat tak terkontrol disertai tangis yang kembali pecah. Jemari-jemarinya kini merengut rapat kemeja yang dikenakannya seakan menjadi tameng pertahanan terakhir untuk melindungi diri. Ia tak ingin siapa pun menyentuhnya lagi secara paksa, terlalu menyakitkan dan Ia merasa kotor.

Sementara Seungyoon baru saja melangkahkan kakinya memasuki apartemen bersama mereka, mencoba berdiri tegap seakan tak terjadi apa-apa, meski tak bohong beribu pertanyaan memenuhi pikirannya, rasa kecewa menyelimuti dirinya dengan hati yang bergemuruh menahan amarah membuncah selayaknya bom waktu yang bisa kapan saja meledak, deru napasnya masih terdengar menggebu meski sudah berusaha untuk menjadi normal. Gemericik air terkucur menjadi satu-satunya hal yang menyapa pendengarannya setelah memasuki unit apartemen miliknya dan sang kekasih. Tak ingin ambil pusing, Seungyoon langsung menyibukkan diri masih berusaha untuk meredam emosi.

Sampai suara pintu kamar mandi terbuka setelah hampir tiga puluh menit lamanya Seungyoon berkutat dengan beberapa barang yang disiapkan. Punggungnya terasa dinging dan kaku, seakan paham bahwa ada sepasang mata yang memperhatikan setiap gerak-geriknya. Jaebum berdiri tak jauh dari posisi kekasihnya saat ini, rambutnya masih basah dengan tubuh terbalut bathrobe Ia hanya mampu terpaku di tempatnya, tak memiliki keberanian untuk mendekati Seungyoon.

"Aku ke Busan. Mungkin tiga hari atau paling lama seminggu" seakan mengerti dengan tatapan penuh tanya Jaebum yang berada di balik punggungnya, Seungyoon angkat bicara. Sementara Jaebum jadi tertunduk dan menggigit bibir bawahnya keras.

The Couples! (Crack Pair)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang