[FOLLOW AKUN INI TERLEBIH DAHULU SEBELUM BACA]
Nyari/Suka cerita yang isinya bikin baper, bikin nangis, bikin salting, campur aduk, marah, cerita ini jawabannya heheheh...
Please kalo nggak suka alurnya jangan banyak komentar, cukup skip aja berarti...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chapter 12 | Berbalik
Di pagi hari, hujan deras membasahi kota. Gemericik air hujan berpadu dengan dentuman petir yang menggetarkan suasana. Della terbangun dari tidurnya ketika suara petir menyentaknya. Sepasang matanya yang lentik terbuka lebar, mengamati kamar yang remang-remang diterangi cahaya redup dari luar jendela.
Della keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju ruang tamu. Di sana, ia melihat putranya, Arthan, tertidur di sofa. Tetapi nampaknya ada yang berbeda, Arthan terbaring dengan wajah yang sedikit pucat.
Della mendekati sofa dengan langkah perlahan, Ia berlutut di samping Arthan. Ia menyapu rambut putranya yang basah dengan keringat dari dahinya dan menempelkan tangan ke keningnya untuk memeriksa suhu tubuhnya. Kekhawatiran Della terkonfirmasi ketika ia merasakan panas menyengat di bawah tangannya. Arthan demam, dan napasnya terdengar sedikit berat.
Della segera bangkit, mencari termometer dan kain basah. Di dapur, ia membasahi kain dengan air dingin dan kembali ke ruang tamu. Setelah meletakkan termometer di bawah lengan Arthan, ia dengan lembut menepuk-nepuk dahi dan lehernya dengan kain dingin, berusaha menurunkan suhu tubuhnya.
"Than?" suara lembut Della membangunkan Arthan.
Arthan membuka matanya perlahan, kebingungan terlihat di matanya yang masih lelah. "Engh.., Mama?"
"Kok tidur di sini? Badan kamu panas. Kamu masih pake baju semalem? Kamu dari mana, sih."
"Terus kenapa ini bau alkohol. Kamu abis mabuk ya?!"
Arthan mengerang pelan, mengangkat tangannya untuk memegang kepalanya yang terasa berat. "Aduh, pusing Ma. " jawabnya jujur
Della menghela napas, berusaha menahan rasa kecewa yang bercampur dengan kekhawatiran. "Mama lagi gak mood marahin kamu sekarang. Tapi kenapa kamu bisa sampai begini? Ada apa, hm?"
Arthan menutup matanya sejenak, mencoba meredakan sakit di kepalanya sambil mencari kata-kata untuk menjelaskan situasinya. "Gak ada." hanya dua kata itu yang bisa telontar dari mulutnya.
"Mama gak pernah liat kamu kaya gini, loh. Ini pertama kali nya. Kamu mau bikin Mama kecewa, Than?" kata Della pelan.
Arthan menghela napas dalam, menyadari bahwa ia telah mengecewakan ibunya. Perasaan bersalah menggerogoti dirinya, namun ia masih terlalu bingung dan lelah untuk bisa memberikan penjelasan yang jelas.
"Iya,.. Maaf, Ma." katanya pelan, suaranya serak.
Della tak ingin ambil pusing, lebih baik ia membawa Arthan ke dalam kamar sebelum Deon melihat putra nya ini pulang dalam keadaan mabuk. "Yaudah, sana masuk kamar. Kalo Papa tau, bisa panjang urusannya."
"Tau apa, sayang?" suara berat tiba-tiba muncul dari tangga.
Della dan Arthan menoleh ke arah tangga. Deon berdiri di sana, ekspresinya campur aduk antara kekhawatiran dan ketidakpuasan. "Eh, ini kenapa kamu pulang dalam keadaan seperti ini?" tanya Deon dengan nada serius. Kali ini ia beneran mode serius.