note: kalo ada bahasa yang kurang dimengerti / typo bisa langsung komen ya<333
Guys aku beneran minta tolong sama kalian buat terus support cerita aku dengan kalian vote & komen & share cerita ini juga bener-bener buat aku seneng kokkkkkk🫶🏼
At least aku dapet feedback baik dari pembacakuuu
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA!!!
Chapter 20| Kebimbangan
"A-aku buat nasi goreng. Kamu mau?" tanya Natalya dengan nada gugup, mencoba memecah keheningan di antara mereka.
Pagi ini, Natalya sudah siap berangkat sekolah, walau suasana di rumah terasa kaku. Sejak semalam, Arthan belum mengeluarkan satu kata pun. Meskipun begitu, Natalya tahu Arthan sempat mengobati lukanya saat dia tertidur. Sikap dinginnya nggak bisa menutupi perhatian yang masih ada, tapi jelas cowok itu masih marah.
Arthan meliriknya singkat, menatap nasi goreng yang disiapkan Natalya, lalu menggeleng pelan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Setelah Arthan menolak tawaran Natalya, gadis itu hanya menunduk, menelan rasa kecewa yang muncul di dadanya. "Okay..." gumamnya pelan, suaranya hampir tak terdengar.
"Mmm.. makasih udah obatin aku semalem."
Arthan mengangkat alisnya sebelah.
"Plesternya lucu, a-aku suka," Natalya melanjutkan dengan canggung.
Masih tidak ada jawaban dari Arthan. Sambil membereskan piring di meja, Natalya mencuri pandang ke arah Arthan, berharap ada perubahan di ekspresi cowok itu—tapi Arthan tetap diam, wajahnya tetap datar seperti sebelumnya.
"Aku... aku mau berangkat sekolah dulu," ucap Natalya. Namun, Arthan hanya mengangguk pelan tanpa berkata apa-apa.
Perlahan, Natalya melangkah ke pintu. Tepat sebelum keluar, ia berhenti sejenak, menunggu, berharap Arthan akan memanggilnya atau mengatakan sesuatu—tapi keheningan tetap mengisi ruang di antara mereka. Dengan napas panjang, Natalya akhirnya membuka pintu dan melangkah pergi,
Sepeninggalan Natalya, Arthan masih duduk di kursinya, menatap piring nasi goreng yang dibiarkan utuh di meja makan. Dia menghela napas dalam, menyadari ada perasaan bersalah yang perlahan muncul di hatinya. Matanya menatap nasi goreng itu, aroma yang sempat ia hirup saat Natalya memasaknya kini terasa menggoda.
"Boong kalo gue nggak mau!" gumam Arthan kesal pada dirinya sendiri. Dengan gerakan cepat, dia mengambil piring tersebut dan mulai menyantapnya.
Dia meletakkan sendok, menatap piring yang kini hampir kosong. "Hubungan gue gini-gini aja ya?" gumamnya sambil menyandarkan tubuh ke kursi.
Arthan mendesah panjang, bangkit dari kursinya. "Dasar bego," umpatnya pada dirinya sendiri.
Arthan meraih helmnya, memakainya dengan cepat, dan kemudian melangkah keluar dari rumah. Arthan menuju ke motor kesayangannya, bersiap untuk berangkat ke sekolah. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat Pak Ali, supir pribadinya, masih asyik bermain dengan burung peliharaannya di halaman.
"Pak Ali, kenapa masih disini?" tanya Arthan heran, memperhatikan sekelilingnya. Ia tidak melihat tanda-tanda Natalya masih berada di situ.
Pak Ali terkejut, langsung membilas tangannya dengan kran yang berada tak jauh dari situ. "E-eh, Mas Arthan. Emangnya saya harus kemana, Mas?" tanya Pak Ali dengan hati-hati, mencoba mengingat kembali jadwal yang sudah diatur.
Pak Ali menggaruk tengkuknya, "T-tadi berangkatnya sendiri, Mas. Naik ojek online."
Arthan merasa kaget, "Kok bisa? Seharusnya Bapak yang antar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fidanzata (New)
Novela Juvenil[FOLLOW AKUN INI TERLEBIH DAHULU SEBELUM BACA] Nyari/Suka cerita yang isinya bikin baper, bikin nangis, bikin salting, campur aduk, marah, cerita ini jawabannya heheheh... Please kalo nggak suka alurnya jangan banyak komentar, cukup skip aja berarti...