[A REMAKE STORY BY GRETTAMA]
After Kiss Goodbye
❝A simple kiss to make this story ends. After kiss, goodbye.❞
Trafalgar Law - Monkey D. Luffy
.
.
.
.
.
.( Nami & Luffy )
'Because I can't go to the future... without knowing the meaning of the words that you told on that day...'.
.
.
Monkey D. Nami menatap keluar jendela. Awan mendung bergelung di kejauhan, siap mencurahkan hujan deras kapan pun. Ia duduk di tepi tempat tidur berseprai putih, mengabaikan aroma tajam dari obat-obatan di ruangan yang hampir seluruhnya didekorasi dengan warna putih itu. Jemarinya bergerak pelan, menggenggam tangan seorang pria yang tertidur lelap di sebelahnya, Monkey D. Luffy. Sahabatnya. Suaminya. Cintanya.
Luffy tertidur lelap, wajahnya begitu damai seakan tidak terjadi apapun. Tapi Nami tahu telah terjadi perubahan besar pada fisik suaminya itu. Kanker mengubah segalanya. Kulitnya yang semula berwarna coklat bersih kini memucat, dan mata gelap dibalik kelopak yang sedang terpejam itu, biasanya memancarkan semangat dan harapan, tapi kali ini hanya ada keputusasaan. Nami bahkan sudah tak pernah melihat senyum terkembang di wajah Luffy lagi.
Air mata jatuh membasahi pipi putih Nami bersamaan dengan turunnya titik hujan pertama.
"Nami..." bibir Luffy bergerak perlahan, menyebut nama istrinya dengan suaranya yang melemah itu.
Nami cepat-cepat menghapus air matanya. Ia tidak ingin Luffy melihatnya menangis, suaminya itu selalu berkata kalau senyumanlah yang harus mengiringi kepergiannya, dan Nami sebisa mungkin akan mengabulkan hal itu, walaupun itu adalah keinginan terakhir Luffy.
"Ya?" tanggap Nami, memaksakan seulas senyum.
Luffy membuka matanya, cercah semangat di sana hampir sirna. "... Ada sesuatu yang harus kau tahu... tentang masa laluku..."
Nami sedikit terhenyak. 'Ada yang masih belum ia katakan padaku selama lima tahun masa pernikahan kami?'
"Apa itu?"
Luffy melepaskan tangannya dari genggaman Nami. "Tolong... ambilkan sebuah buku... di tasku..."
Nami menoleh ke atas bufet di samping kepala tempat tidur Luffy. Di atasnya terletak sebuah tas yang Nami sadari sebagai tas kesayangan suaminya, sejak mereka sama-sama kuliah di Juilliard School of Art delapan tahun yang lalu. Nami bangkit dan mencari buku yang dimaksud Luffy. Ia sedikit tertegun ketika melihat satu-satunya buku yang ada di dalam tas adalah...
"Ini?" Nami mengeluarkan buku harian biasa bersampul kulit dari dalam tas. Setahunya, buku harian itu datang setahun setelah pernikahan mereka melalui paket. Dan ia masih ingat dengan jelas ekspresi suaminya begitu melihat buku itu. Luffy terdiam selama beberapa menit sambil memandangi sampulnya, dan kemudian langsung memasukkannya lagi ke dalam kotak pembungkusnya tanpa membacanya terlebih dahulu. Ia melarang keras Nami untuk menyentuh buku itu, apalagi membacanya. Sedangkan Luffy sendiri juga melakukan hal yang sama. Mereka tak pernah mengungkit-ungkit buku harian itu lagi setelahnya.
Tapi entah kenapa hari ini Luffy memintanya untuk...
"Bacakan untukku, Nami."
Nami memandang Luffy heran. Ia kembali duduk di sisi suaminya, tapi sama sekali belum melaksanakan perintahnya. Ia ragu.
Luffy menghela napas pelan, dan menggenggam tangan Nami. "Ada sesuatu tentang masa laluku... yang harus kau tahu... dan satu-satunya cara hanya dengan... membaca buku itu..."
Nami mengalihkan pandangannya dari mata gelap Luffy ke buku harian di pangkuannya. Ia yakin sepenuhnya tak ada rahasia di antara mereka berdua, tapi pada kenyataannya Luffy masih menyembunyikan sesuatu darinya. Ia benar-benar ingin tahu... tapi kalau Luffy menyimpannya dalam-dalam selama ini, ia ragu, apakah ia benar-benar ingin tahu? Ia takut. Ia takut kalau ia tidak bisa menerima kenyataan yang disembunyikan suaminya. Ia takut kalau kenyataan itu terlalu menyakitkan.
"Baby... let the story begin... "
Nami menatap mata suaminya, bimbang. Tapi akhirnya ia membuka sampul buku harian itu, dan menghadapi halaman pertama penuh tulisan rapi.
"Tolong bacakan untukku..." ulang Luffy, memejamkan matanya. Sekilas, Nami melihat seulas senyum samar di wajah suaminya, membuatnya menggenggam tangan Luffy lebih erat, dan ia mulai membaca.
"Law's journal, sebelas Januari, dua ribu sembilan." Nami berhenti membaca. Ini buku harian sepuluh tahun yang lalu. Ia menatap suaminya yang masih memejamkan mata, seakan meresapi apa yang dibacakan oleh Nami. "Siapa itu Law, Luffy?"
Luffy hanya tersenyum kecil. Senyum tulus pertama yang Nami lihat sejak enam bulan yang lalu, ketika Luffy pertama kali divonis mengidap kanker mematikan. "Kau akan tahu kalau kau menyelesaikan membaca buku harian itu... jadi, selesaikanlah apa yang sudah kau mulai..."
Nami kembali menunduk menatap buku harian, merasa tak ada gunanya bertanya lebih lanjut. Luffy tampak sedang menantikan sesuatu, sesuatu yang hanya ada dalam buku harian itu. Nami tak punya pilihan lain selain meneruskan. Ia berdehem pelan, dan kembali membaca tulisan rapi yang tertera di tiap lembaran buku harian. "Law's journal, sebelas Januari, dua ribu sembilan..."
BERSAMBUNG
P.S: Hallo, saya Boni. Tidak terasa sudah sepuluh tahun sejak cerita ini ditulis oleh Grettama-san, dan selama itu pula saya masih belum bisa move on dari cerita ini sampai sekarang, cikal bakal saya terjun di dunia boys love (terima kasih Grettama-san atas karyanya yang indah sampai-sampai saya jadi fujoshi karena ini) *curhat* XD
Karena alasan itu juga mengapa saya sangat ingin meremake cerita ini dengan pair LawLu, saya ingin mengajak anda bersedih ria *gak ding* menikmati karyanya yang *menurut saya* luar biasa bagus ini.
Saya harap ada yang mengharapkan kelanjutannya, jika ada maka akan saya lanjut secepatnya.
Selamat menikmati cerita ini Minna-san, dan sampai bertemu di chapter berikutnya ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
After Kiss Goodbye (REMAKE)
Fanfic[ LawLu ] A simple kiss to make this story ends. After kiss, Goodbye.