Bagian 13

636 85 5
                                    

❨ Luffy ❩
Law, jenius dalam musik, seorang yang sangat perfeksionis, namun sama sekali tidak peka. Luffy tak mengerti bagaimana bisa dia dikaruniai kejeniusan dalam bermusik tanpa hati yang sensitif. Luffy tertawa geli, dan kemudian menyesalinya karena itu membuat dada kanannya terasa sakit. Ia menekankan telapak tangan kanannya ke dadanya, tempat dimana paru-parunya, sumber penyakitnya, terletak. Kali ini Luffy tersenyum geli karena sesuatu yang lain, menyadari bahwa dirinya sendiri lah yang menyebabkan ia terbaring lemah dengan penyakit yang nyaris tak bisa disembuhkan lagi ini.
Luffy memandang sebuah potret berbingkai putih yang diletakkan Nami di meja kecil di samping tempat tidurnya beberapa bulan lalu, tepat ketika ia pertama kali menjalani rawat inap di rumah sakit. Potret dirinya dengan Nami yang sedang tertawa bersama di hari pernikahan mereka. Luffy tersenyum memandang foto itu, tiba-tiba teringat kalau Nami selalu menjulukinya 'kereta api'. Haha. Luffy telah menjadi seorang perokok berat selama sepuluh tahun terakhir. Sepuluh tahun…
Luffy tak perlu diingatkan dengan sentilan kecil di hatinya untuk menyadari apa arti 'sepuluh tahun' itu. Perpisahannya dengan Law. Ya, sudah sepuluh tahun berlalu sejak itu.
Awan mendung masih menggantung di langit, menutupi warna birunya yang sebenarnya sangat Luffy sukai. Pria itu menghela napasnya, mencoba meredakan rasa sakit yang masih tetap menusuk paru-parunya.
Mungkin memang bukan keputusan yang benar untuk menyuruh Nami membaca buku harian itu sekarang, ketika ia sedang berada di ambang kematian seperti ini. Luffy mendengus geli, menurunkan tangannya dari dadanya dan menggenggam leher biola putih yang masih tergeletak di pangkuannya. Tapi Luffy tak bisa menundanya lebih lama. Bagaimanapun Nami harus tahu. Ia tak ingin Nami baru tahu bertahun-tahun kemudian setelah kematiannya, dari orang yang salah mungkin, dan saat itu Nami pasti akan sangat membencinya…
Luffy tersenyum getir. Dia sangat egois memang. Dulu ketika pertama kali buku harian itu datang padanya, ia menyuruh Nami untuk tidak menyentuhnya sama sekali. Saat itu ia tak ingin kenangannya bersama Law kembali. Kenangan yang pasti akan membangkitkan sesuatu yang lain dalam diri Luffy. Ia tak siap untuk menghadapinya lagi, ketika hidupnya sudah mulai teratur. Ia memikirkan perasaannya sendiri saat itu. Begitu pula sekarang. Ia hanya tak ingin Nami membencinya.
Luffy menghela napas. Kalau sekarang Nami membencinya, paling tidak Luffy masih bisa memberikan penjelasan dan wanita itu masih akan mendengarnya. Barulah setelah itu ia bisa pergi dengan tenang.
Luffy memainkan jari-jarinya di atas senar biolanya perlahan. Tanpa sadar ia sudah meletakkan biola itu di pundaknya, dan memainkan whither grief. 'The memories are by our side, forever and ever.'

Law's journal, October 8th, 2010
Tak ada yang salah di mataku sejak Juli. Bahkan cuaca buruk musim gugur juga tidak mengangguku. Aku bahkan sudah nyaris melupakan mobilku yang masih menginap di tempat Kid. Aku tidak berniat untuk dekat-dekat dengan orang itu, atau Charlotte Pudding, sampai beberapa tahun ke depan. Toh Luffy tidak keberatan dengan motorku. Malah kadang ia yang mengendarainya untuk jalan-jalan sementara Sunny berlarian di sampingnya. Ide gila, mana ada majikan yang senang melihat anjingnya kecapekan berlari mengikuti Ducati? Tapi ternyata Sunny lebih gila dari majikannya karena anjing itu menyukainya.
Hah. Aku sudah menghabiskan beberapa baris jurnalku untuk menulis hal tak penting tentang Luffy dan Sunny.
Tunggu.
Aku menyadari sesuatu.
Rupanya aku sudah menghabiskan berhalaman-halaman jurnalku hanya untuk menulis tentang Si Bodoh itu. Hahaha. Sangat menggelikan. Tidak heran kalau mungkin pada suatu hari nanti, ada yang memungut jurnalku ini di jalanan, iseng membacanya, dan mungkin akan menuangkannya dalam bentuk cerita. Siapa tahu kisah hidupku bisa jadi novel laris, atau paling tidak, sebuah fanfiction (aku tahu tulisan jenis itu sedang populer sekarang ini) yang dibaca banyak orang. Dan kali ini aku memang akan menulis tentang dirinya lagi.
Tidak, jangan salah sangka dulu, aku tidak akan menulis tentang kesalahan kesepuluhnya. Kesalahannya yang paling parah dan mengubah hidupku selamanya. Aku akan menyimpan itu untuk nanti. Kali ini aku sudah benar-benar yakin akan kesalahan terbesarnya dalam hidupku itu, dan aku tinggal menunggu saat yang tepat untuk mengatakannya.
Aku tadi sedang menulis tentang tak ada yang salah di mataku sejak bulan Juli. Dan aku benar. Tapi aku tahu ada sesuatu yang salah pada bagian lain di tubuhku sejak Juli, salah satu alasan kenapa kesalahan terakhir Luffy itu masuk dalam kategori : unforgiveable.

After Kiss Goodbye (REMAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang