16 - Sulit

140 7 0
                                    

Halooooo

Dah lama tak jumpa yaaaaaa

Yukkk kita lanjutttt

Alin turun dari dalam mobilnya sambil membenarkan rambut panjangnya yang selalu ia gerai. "Nanti gausah jemput gue, Don. Gue pulang sama Jodi." Ucapnya dari balik kaca mobilnya yang terbuka sejak tadi.

"Iya, bawel." Jawab Doni agak jutek. Tapi memang seperti itu ekspresi wajahnya. "Kalo papah nanyain, bilang aja gue nyukur rambut ditempat biasa. Jangan bilang gue ngayap." Ucapnya mengingatkan pada Alin, kakak satu-satunya itu.

Dan Alin menjawab hanya dengan tangan kanannya yang ia simbolkan "oke" dengan seuntai senyuman kecil dibibir tipisnya.

Kaca mobil mulai bergerak untuk menutup, barulah Doni pergi meninggalkan Alin yang tadi minta diantar kerumah Jodi karena sudah ada janji untuk menemani Jodi latihan skate malam ini.

Alin berbalik untuk melangkah masuk kedalam rumah Jodi yang terlihat masih sepi karena Ibu yang masih belum pulang juga dari Jogja. Sudah hampir seminggu. Ditambah Dinda yang sepertinya belum pulang kerumah. Mungkin karena masih ada tugas kampus.

Langkah Alin terhenti karena ternyata sudah ada Jodi yang sedang duduk dikursi teras rumahnya sambil bermain game dengan sebatang rokok ditangan kanannya yang sudah ia hisap. "Kamu nungguin aku?" tanya Alin saat sudah berdiri dihadapan Jodi.

Kepala Jodi yang sedaritadi menunduk fokus menatap layar handphone nya, kini mulai terangkat untuk melihat sosok kekasihnya yang sedang tersenyum sambil menatap kearahnya. Tapi melihat Alin yang hanya memakai tangtop berwarna hijau gelap dengan celana kodorainya, membuat Jodi menjadi sedikit tidak suka.

"Kamu kok pake bajunya kaya gitu sih?"
"Emang kenapa?" Alin malah bertanya balik sambil memperhatikan pakaiannya yang menurutnya tidak ada yang salah.

Jodi mematikan puntung rokoknya diasbak hitam yang berada diatas meja sebelah kanannya kemudian ia berdiri untuk menyamai tinggi badannya dengan Alin tapi tetap saja ia lebih tinggi dari gadisnya itu. "Aku kan udah pernah bilang sama kamu, jangan pake pakaian terbuka kalo kita mau pergi." Ucapnya sedikit menasihati sambil melepaskan jaket kulitnya yang berwarna hitam.

Alin terdiam sesaat Jodi memakaikan jaket kulitnya dikedua bahu Alin. "Tapi kemarin-kemarin kamu ngebolehin."

"Itukan kamu pergi berdua doang sama aku, Lin. Tapi kan sekarang kamu mau nemenin aku latihan. Kalo misalnya mereka-mereka gagal fokus ke kamu, gimana?" jelas Jodi dengan tatapannya yang seakan menyihir Alin menjadi diam.

Lalu kemudian Alin tersenyum mendengarnya. Rasanya benar-benar sangat teduh mendengar ucapan dari Jodi yang membuat Alin merasa bahagia dalam sekejap. Lelaki itu selalu tahu bagaimana membuat Alin tersenyum walau hanya dengan sebuah kata-kata.

"Ayo, nanti keburu malem." Ajak Jodi yang lalu mengambil papan skate hitam polosnya yang sejak tadi disandarkan di dinding teras rumahnya.

Alin membenarkan memakai jaket kulit hitamnya lebih dulu, kemudian ia menyusul Jodi yang sedang menstater vespa hitam berlist putihnya. "Ini mobil siapa, Di?" tanyanya saat melihat mobil classic corolla berwarna merah marun yang sudah terparkir dibagasi rumah Jodi yang tidak terlalu luas ini.

"Itu mobil Om Rendi. Katanya ditinggal disini dulu. Soalnya dia gakuat pulang ke Jogja bawa mobil sendirian. Takut capek dijalan." Jawab Jodi saat sudah menstater vespanya. "Kalo ada aku kan, kita bisa ganti-gantian nyetirnya jadi gak terlalu capek."

Kepala Alin hanya mengangguk-ngangguk saja.

"Sekarang naik vespa dulu, besok baru aku ajak kamu naik mobil. Gapapa kan, Lin?"

Break! (Terimakasih Tuhan, dia begitu indah) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang