26 - Ke-gep?

124 6 0
                                    

​halooo gaissss

Aku hadirr mau ngelanjut cerita baal ini hehe

Pasti pada gak penasaran kan sama ceritanya? kwkw iyaiya gapapa dimaklumin kok.

Yang penting dibaca aja ya:)

K
U
Y
Y
Y

❄️

Akhirnya langkah Alin terhenti tepat disebuah pintu bercat biru telur asin ini. Sebuah pintu rumah yang selalu Alin jumpai setiap kali ia datang berkunjung kerumah ini. Rumah yang sudah ia anggap sebagai rumah keduanya.

Rumah yang selalu ia rindukan walau hanya sekedar mampir sebentar. Rumah yang didalamnya memiliki begitu banyak cerita manis-pahit hubungannya bersama dengan Jodi. Rumah yang selalu ia impikan akan menjadi tempat tinggalnya kelak sampai menua bersama dengan Jodi.

​Tapi itu dulu. Sebelum hubungan mereka berakhir. Karena mungkin sekarang adalah terakhir kalinya Alin datang berkunjung kerumah Jodi. Tapi pertama kalinya Alin datang kerumah ini dengan statusnya yang sudah berbeda, yaitu; mantan kekasih Jodi.

​Sakit.

​"Eh, Kak Alin. Sini Kak masuk."

​Dinda langsung menyapa dengan ramahnya saat ia membuka pintu rumahnya yang tadi sempat diketuk beberapa kali oleh Alin.

​"Engga usah, Din." Tolak Alin pelan dengan seuntai senyuman kecil. Lalu ia mengeluarkan sebuah handphone berwarna hitam dari dalam tas kulitnya. "Nanti tolong kasih ini ke Kak Odi ya. Waktu itu ketinggalan."

​Dinda menerima handphone sang Kakak tanpa rasa curiga sedikitpun, walaupun memang ia sempat memperhatikan handphone sang Kakak. Tapi didalam hatinya, Dinda berpendapat kalau Abangnya memang pelupa.

​"Aku pamit pulang dulu ya, Din."

​"Lho, kok pulang Kak? Biasanya juga main dulu disini. Kan udah lama juga Kak Alin gak mampir kerumah. Ibu juga nanyain Kak Alin terus ke Kak Odi."

​Kedua mata Alin langsung menatap lekat kearah Dinda. Mendengar ucapan dari Dinda barusan, membuat Alin menjadi agak berat untuk pergi dari rumah ini sekarang karena alasan teringat dengan Ibu yang sudah sangat baik pada Alin selama ini walau anaknya sudah mengkhianatinya sebegitu parahnya. Dan pasti Ibu akan merasa kecewa pada Alin karena sudah meninggalkan putranya.

​Nyesek juga kalo dirasain.

​"Ngh, aku mau berangkat kerumah sakit soalnya, Din." Kata Alin ragu. Yang sudah pasti berbohong.

​"Gamau nunggu Kak Odi pulang dulu? Nanti Dinda telfonin biar Kak Odi langsung pulang. Soalnya Ibu juga lagi ada pengajian, tadi baru aja berangkat."

​Jadi Jodi sedang tidak ada dirumah.

​Pagi-pagi seperti ini tidak ada? Pasti pemuda itu tidak pulang tadi malam dan tidur ditempat temannya, Dicky.

​Memangnya rumah siapa lagi yang selalu menjadi tempat singgahan Jodi dikala ia sedang tidak mood berada dirumah atau sedang ada masalah seperti ini selain rumah Dicky, teman karibnya itu?

​Sudah dapat ditebak.

​"Aku buru-buru soalnya, Din. Titip salam aja ya buat Ibu." Tolak Alin halus diiringi dengan seuntai senyuman kecilnya. Padahal dalam hati, Alin merasa sangat tidak enak harus membohongi Ibu.

​"Iyaa Kak, nanti Dinda sampein ke Ibu ya. Kakak hati-hati berangkatnya."

​"Makasih ya, Din. Aku pamit pulang dulu."

​Setelah itu Alin berbalik untuk berjalan pergi meninggalkan teras rumah Jodi. Berjalan pelan dengan kepala sedikit tertunduk dengan pikirannya yang mulai memikirkan soal Ibu nya Jodi. Dan hati Alin mulai merasa berat meninggalkan sosok Ibu yang sudah ia anggap sebagai Mama nya sendiri.

Break! (Terimakasih Tuhan, dia begitu indah) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang