halooo gaisss, ketemuu lagi sma ceritaa abal ini yg gak kelar2 kwkw
gapapa ya dilanjut terus biar cepet kelar hehe
K
U
Y
Y❄️
"Karena cinta dan bego itu beda tipis."
"Bener kan apa yang gue bilang? Coba elu dengerin apa kata gue, Lin. Pasti lu gak bakal separah ini." Ucap Imel dengan nafsunya saat mengatakannya pada Alin. "Walaupun gue gak bilang kalo Jodi bakal ngeduain lu sih—tapi kan intinya gue udah pernah bilang kalo Jodi itu gak baik buat lu." Lanjutnya sambil berjalan dilorong rumah sakit karena mereka baru saja selesai makan dari kantin.
Alin memilih untuk diam, tidak menanggapi ocehan temannya itu. Sebenarnya Alin sangat malas menceritakan apa yang terjadi dengan hubungannya beberapa hari ini pada Imel. Karena Alin sangat tahu, pasti temannya itu akan mengoceh panjang lebar. Tapi yaa—namanya teman, mulut Alin rasanya gatal ingin bercerita pada Imel.
"Tapi kalian masih berhubungan?" tanya Imel, mencoba untuk bertanya lebih detail lagi pada teman karibnya ini.
"Masih." Jawab Alin singkat dengan suaranya yang terdengar pelan.
"Kok-"
"Tapi udah beberapa hari ini gue gamau ketemu sama Jodi." Alin langsung memotong ucapan Imel, yang Alin sudah tahu pasti temannya itu akan mengoceh lebih keras lagi.
"Putusin aja kalo kaya gitu, Lin! Nanggung banget." Balas Imel dengan nada suaranya yang terdengar begitu ketus.
Alin diam sebentar dengan kepalanya yang sedikit menunduk. "Gue gabisa. Gue sayang."
Alasan klasik kalau menurut Imel.
"Tapi gak dibegoin kaya gini juga, Lin!" balas Imel dengan lirikan sinisnya pada Alin. sedikit menahan rasa kesal yang bercampur rasa greget juga sebenarnya mendengar jawaban klasik dari temannya itu.
Alin hanya diam.
"Lu udah berapa lama sih sama Jodi?"
"Tiga tahunan."
"Jodi sering main kerumah lu?"
"Jarang. Gue yang selalu kesana."
Langkah Imel langsung terhenti mendengar jawaban Alin yang terakhir. Menatap temannya itu yang masih terus berjalan dengan langkah pelan, tanpa sadar tidak ada Imel yang ikut berjalan disampingnya.
Jawaban Alin, membuat Imel mengerti dengan semua alasan Alin selama ini yang mungkin selalu Alin tutup-tutupi dari semua orang.
Tapi langkah Alin juga ikut terhenti saat ia sadar kalau tidak ada Imel disampingnya. Ia memutar tubuhnya ke belakang dan melihat Imel yang sedang menatapnya dengan tatapan tak biasa. "Lu kenapa, Mel? Kesambet?"
Tersadar dari lamunan kecilnya, Imel kembali berjalan mendekat kearah Alin. "Gue mau ngomong." Ucapnya pelan.
"Kan daritadi juga udah ngomong, Mel." Balas Alin. Dan Alin tidak tahu kenapa temannya itu menatap Alin begitu dalam. Wajah Imel yang tadinya begitu nafsunya mendengar cerita dari Alin, kini mulai berubah.
Imel melangkah lebih dekat pada Alin kemudian membisikkan sesuatu pada Alin, yang membuat Alin langsung tersentak kaget saat mendengarnya.
"Lu kata siapa?"
"Tanpa lu cerita, gue udah bisa nebak kok, Lin."
Alin lagi-lagi diam.
"Gaperlu takut Lin, selama gak ninggalin bekas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Break! (Terimakasih Tuhan, dia begitu indah)
Любовные романыSampai akhirnya lelaki itu datang kembali ke dalam kehidupannya masih dengan perasaan yang sama dan untuk seseorang yang sama juga tentunya. Lelaki itu seakan membawa hidup yang baru lagi untuk Alin. Seakan lelaki itu seperti dewa penolong yang mamp...