31 - Berbeda

135 6 0
                                    

long time nosiiiiiii gaissss

hehehe

jadwalkuh terlalu sibuk

💦

💦

Mobil sedan corolla klasik milik Jodi terparkir tepat dihalaman rumahnya yang tidak terlalu besar ini. Jodi keluar dengan tas ransel navy nya yang sengaja ia lingkarkan hanya dibahu kanannya. Dan aroma masakan dapat tercium oleh Jodi walau ia belum masuk ke dalam rumahnya.

"Paling Dinda yang lagi masak."

Karena sejak kemarin malam, Dinda sempat menghubunginya tapi ponsel Jodi sengaja tidak ia nyalakan. Beberapa hari ini Jodi memang belum pulang kerumah karena lebih memilih untuk menginap dirumah Dicky. Seperti biasanya.

Tapi langkah Jodi langsung tertahan diambang pintu rumahnya yang sengaja dibuka lebar-lebar. Seorang gadis dengan rambut panjangnya yang dikuncir kuda sedang memasak didapur rumahnya. Seorang gadis yang tentu saja sangat Jodi kenal. Seorang gadis yang begitu sangat Jodi rindukan.

Itu pasti Alin.

Kemudian, dengan jantungnya yang berdegup kencang karena rasanya seperti tak percaya kalau Alin berada dirumahnya sekarang. Tanpa perlu bersusah payah Jodi meminta gadis itu untuk datang kerumahnya.

Sekarang Alin terlihat lebih feminim dari biasanya. Tidak pernah Alin memakai dress kalau tidak ada acara penting, saat masih bersama dengan Jodi dulu. Mungkin Gilang sudah mengubah Alin menjadi sedikit lebih anggun.

"Yang pada intinya sama. Aku akan tetap menyayanginya. Bagaimanapun dia."

"Ada yang kurang gak ya?" Alin.

Jodi langsung memberikan sebuah sendok yang berada dimeja makan dapur rumahnya, saat Alin bergumam sendirian. Seperti Jodi tahu apa yang dipikirkan Alin, gadis itu langsung mengambil sendok yang diberikan oleh Jodi tanpa melihat kesamping kirinya, siapa yang sudah berdiri disana.

"Kamu ngapain dirumah aku?" tanya Jodi saat Alin langsung menoleh kesamping kirinya, dan sudah ada Jodi disana.

Alin heran saja siapa yang memberikannya sendok, karena Dinda sedang mandi. Dan Ibu sedang ada pesanan catering diluar.

"Ngh, tadi, Dinda telfon-"

"Kemana aja lu Kak baru pulang sekarang?"
Dinda memotong ucapan Alin yang sedang gugup saat ditanya oleh Jodi.

"Rumah Dicky." Jodi menjawab dengan kedua matanya yang tetap terus menatap Alin.

Sampai Alin harus pinta-pintar mengalihkan pandangannya ke tempat lain agar Jodi tidak tahu kalau sebenarnya Alin sedang nerveous keras.

"Gue kan udah telfonin lu berkali-kali, tapi nomernya gapernah aktif. Makanya tadi pagi-pagi gue langsung telfon Kak Alin minta dibantuin masak buat ngerayain ulangtahun Ibu." Kata Dinda melanjutkan yang sedang menyisir rambutnya yang tadi sudah ia keringkan.

Seakan ucapan Dinda tadi mewakilkan jawaban Alin yang tadi.

Dan jantung Alin langsung berdegup saat ia hendak menatap Jodi dan mantan kekasihnya itu masih terus menatapnya tanpa henti.

"Lagi sih, elu kaya bang toyib gak pulang-pulang. Gue kan mau minta dibantuin masak buat Ibu." Dinda lagi-lagi megoceh.

"Kak Odi kan udah pulang, Din. Kalo gitu, aku pamit pulang aja ya." Kata Alin pelan. Ada rasa gugup yang tercampur dengan rasa nervous juga yang sekarang Alin rasakan.

Rasanya sangat canggung, karena status mereka yang sudah berbeda.

"Jangan Kak! Nanggung, kan." Tolak Dinda cepat. "Kak Odi, temenin gue ambil kue yuk buat Ibu. Gue udah pesen, tinggal diambil doang."

Break! (Terimakasih Tuhan, dia begitu indah) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang