04

139 24 3
                                    


Karena chapter ini banyak Alfa-nya. Aku kasih foto Alfa dulu.

(Serius amat muka mas nya :)), sibuk nih ye anak osis)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Serius amat muka mas nya :)), sibuk nih ye anak osis)

Happy Reading :))

***

"Gimana nih, Shaula mau dibangunin aja? Kasian"

"Bangunin aja, udah bel pulang kok"

"Pelor banget, dari jam nya Bu Diana sampe jam terakhir tidurnya"

Hani dan Jane bertatapan, lalu mengangguk singkat.

Hani menggoyangkan badan Shaula yang masih tertidur "Shau, bangun yuk! Udah bel pulang"

Shaula mengulat sembari merenggangkan otot ototnya. Tidur di meja membuat tangan dan kakinya kesemutan. Perlahan, Shaula bangun dan menyenderkan bahunya di sandaran kursi.

"Ayo pulang. Udah bel" ajak Jane.

"Pelor banget lo. Lanjut tidur aja dirumah" tambah Hani.

Shaula menggeleng sembari tersenyum "Duluan aja. Gue masih mau beresin barang barang"

Jane dan Hani saling melirik, lalu menatap Shaula lagi "Yaudah kalau gitu, kita duluan ya Shau. Dah!"

Sepeninggalan Jane dan Hani, Shaula melirik ke sekitar. Kelasnya sudah kosong, namun Shaula cuek saja. Ia sudah sering dalam keadaan seperti ini, di kelas sendirian lalu mengurus beberapa hal yang harus dikerjakan disekolah sendirian.

Saat Shaula kira ia sendirian, ia melirik satu tas dibelakang yang ia kenali.

Shaula menyerngitkan keningnya. Alfa masih disini?

"Udahan sedihnya?"

Suara di pintu membuatnya menoleh. Benar saja, ada Alfa di ambang pintu yang memegang setumpuk kertas. Ia berjalan menghampiri mejanya lalu merapihkan setumpuk kertasnya.

Sedangkan Shaula, masih melongo sembari melihat Alfa.

"Woy! Gue nanya kali! Diem aja" ujar Alfa masih berkutat dengan kertasnya.

Shaula menunduk "Udahan. Udah ngga papa"

Alfa menghampirinya dan duduk didepannya "Jangan bohong, lo kayak nggak pernah cerita aja sama gue. Santai aja kayak biasa"

Shaula menumpu kepalanya dengan tangan. Menunduk. Rambut panjangnya turun kebawah menutupi wajahnya "Gue pusing"

"Kenapa?" tanya Alfa pada gadis didepannya.

"Gue suka banget baris, Fa. Suka Paskibra. Suka jadi panitia. Suka jadi sekretaris. Tapi rasanya sulit banget. Gue merasa, terlalu banyak. Apa gue terlalu lebay atau gimana, tapi gue lelah banget" jelas Shaula.

Alfa masih diam, menunggu perkataan Shaula selanjutnya.

"Gue sekretaris proker ini. Buat surat udah banyak, udah gue planning mau gimana. Bahkan gue juga ngebantu seksi seksi lain. Proposal bahkan udah masuk. Tapi Bu Andera.." perkataan Shaula terpotong. Ia berusaha keras menahan tangis. Tapi tidak, ia tidak boleh menangis didepan Alfa.

Flower For Who?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang