Part 12

94 5 0
                                    

"Whattt??????!!!! Nathan nganterin lo? Menang banyak lo Rein, cobaa aja gue jadi lo ya. Jangan-jangan Nathan suka sama lo? Terus dia ngajak lo pacaran, terus dia ngajak lo nikah, terus abis nikah kalian ngejalanin malam per-" Reina yang kesal pun langsung menutup mulut tita yang tidak berhenti.

"Iisshhh lo tuh kalo ngomong pelan-pelan kek. Kalo kedengaran gimana nasib gue? Bisa-bisa abis gue di tangan fans Nathan. Lagian lo tadi pasti mau bilang malam pertama kan? Aduhhh titaa nanti kalo orang denger kan dikiranya ada apa-apa gitu" omel reina. Sedangkan yang sedang diomeli hanya menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya 'piece'.

--

Kringg...

Bel pulang berbunyi. Hari ini hujan turun dengan sangat deras. Banyak siswa-siswi yang menunggu di depan kelas yang ada di dekat gerbang sekolah.

Tapi seorang perempuan kini tengah duduk di kelasnya yang sudah kosong. Ia merasa tidak enak hati dari tadi dan itu mengarah kepada orang tuanya. Ia tak tahu apa yang akan terjadi.

Nathan berjalan melewati koridor yang sudah mulai sepi. Ketika ia melewati kelas Reina ia melihat Reina sedang duduk sendiri di kelasnya sambil menopang dagu.

Nathan melihat sorot mata perempuan itu. Ia terlihat sedang melamun. Entah ada dorongan dari mana, Nathan berjalan memasuki kelas reina. Nathan duduk di kursi sebelah Reina. Ia menatap lekat ke arah Reina.

"Nathan???? Sejak kapan lo disini?" Tanya Reina yang mendapati Nathan duduk disampingnya sambil menatapnya lekat.

"Tadi" ucap Nathan datar.

"Ngapain lo kesini?"

"Lo ga balik?" Tanya Nathan

"Kok malah balik nanya sih?"

"Jawab."

"Gue... Gue lagi nunggu hujan reda, iyaa, gue lagu nunggu hujan reda" ucap Reina.

Nathan langsung menarik tangan Reina keluar kelas. Reina yang mendapati perlakuan itu terkejut. Ia berusaha melepaskan tangannya. Tapi usahanya sia-sia karena tenaga Nathan lebih kuat darinya.

"Iihhh Nathan lepasin, lo mau ngapain sihh?? Mau bawa gue kemana???"

Nathan mengabaikan Reina yang berontak. Reina pun akhirnya pasrah. Ia hanya mengikuti kemana Nathan berjalan.

Ternyata Nathan membawanya ke parkiran. Dan kebetulan saat itu hujan reda.

"Gue anter" ucap Nathan sambil memberi helm kepada Reina.

"Anter kemana?" Tanya Reina polos.

"Rumah"

"Rumah siapa?"

"Gue"

"Lo mau ngapain bawa gue ke rumah Lo? Oohh Lo mau macem-macem ya? Jangan harap" Reina hendak berlari pergi dari parkiran, namun usahanya gagal.

Nathan segera mencekal tangan Reina yang hendak pergi. Ia menarik tangan Reina hingga Reina menabrak dada Nathan. Reina tersentak. Ia mengangkat wajahnya.

Wajah Nathan dengan Reina sangat dekat. Nathan menatap Reina lekat.

Kok gue deg-degan? -Nathan

Mimpi apa gue semalem ya Allah
-Reina

Reina segera tersadar. Ia menjauhkan tubuhnya dari Nathan.

"Naik"

"Gak ah ntar Lo ngapa-ngapain gue lagi di rumah Lo. Bisa aja nyampe rumah udah ternodai gue"

"Cepet naik"

"Enggak. Gue masih suci"

"Gue ga nafsu. Jadi cepetan naik. Gue anterin lo pulang"

"Apa Lo bilang?!"

"Ya udah kalo ga mau" Nathan segera menarik gas.

"Eehhhh iya iya. Jangan ngambek napa" ucap Reina dengan cengirannya.

--

"Kamu adalah seseorang yang aku inginkan.
Kamu adalah seseorang yang aku harapkan.
Tapi kamu selalu berlari.
Berlari disaat aku mengejarmu.
Rasanya ingin ku menyerah.
Tapi tak bisa.
Aku terlanjur sayang kepadamu."
Ucap Reina.

"Makasih puisinya" ucap Nathan dibalik helm full face nya yang masih terdengar Reina.

"Hah? Gue baca itu" ucap Reina sambil menunjuk tulisan baliho yang ada di dekat lampu merah.

"Oh"

"Pffttt hahahahahaa aduhh sakit bet perut gue" Reina tertawa puas. Karena menurutnya Nathan pasti mengira kalau puisi itu untuknya.

Disepanjang perjalanan Reina masih tertawa sambil mengejek Nathan yang kegeeran.

"Turun"

"Ihh Lo mau ninggalin gue?"

"Udah nyampe"

"Eh" Reina pun turun dari motor nathan.

"Nih. Makasih ya nath" ucap Reina sambil menyodorkan helm yang tadi ia pakai.

"Hmm"

"Oiya, puisi yang tadi gue baca itu...em...an..anu...puisi tadi itu sebenernya...gue baca buat..lo" ucap Reina sambil menundukkan wajahnya.

Nathan menatap Reina sangat dalam.

"Kalo lo capek, Lo nyerah aja" balas Nathan.

Kemudian ia pergi meninggalkan rumah Reina.

Reina mencoba mencerna kata-kata Nathan tadi. Kemudian ia kembali tersadar. Menurutnya, sepertinya Nathan menyuruh Reina untuk berhenti mendekati Nathan.

"Ok. Gapapa kalo lo mau gue ngejauh dari lo" kata Reina sambil tersenyum getir.

--

"Nathan.... Ayo turun dulu. Kita makan malam" teriak Nadia dari lantai bawah.

Kedua prang tua Nathan memang sudah pulang dari luar negeri. Nathan pun segera turun ke bawah.

Sepanjang makan malam, ia masih memikirkan puisi yang dimaksud Reina. Ia bingung. Nathan menyangkalnya jika mengira suka kepada Reina. Tapi di satu sisi, ia bingung. Pasalnya, setiap Reina dalam kesusahan, ia selalu khawatir akan itu.

Suara Eddy membuyarkan pikiran Nathan yang berkecamuk.

"Nathan gimana sekolah kamu?" Tanya Eddy.

"Baik pa"

Kemudian pikirannya kembali kepada nama Reina. Tapi itu tidak berlangsung lama saat Nadia memanggil namanya.

"Oiya mama denger di sekolah kamu ada murid baru ya? Mama denger dari mama nya Aldi" ucap Nadia. Orang tua Nathan, Aldi, dan Vito memang sudah mengenal satu sama lain.

"Iya"

"Katanya murid barunya itu cewek. Cantik lagi. Kamu kenal gak? Kalo ga salah namanya... Ren...renia...-"

"Reina ma"

"Ahhh yaa itu. Kamu kenal kan?"

"Hmm. Nathan udah selesai. Nathan ke kamar dulu ma pa"

"Iya" jawab Nadia dan Eddy serentak.






Haaiii😆😆😆 aim hiirrr
Yeeyy akhirnya bisa lanjutin cerita ini
Maaf yaa update nya kelamaan hehe😂
Happy reading 😘
Jangan lupa voment yaa

She's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang