4. Rasa Miera

3.3K 118 24
                                    

Almiera Shofia Prameswary

Gadis cantik yang berprofesi sebagai tenaga medis pada salah satu rumah sakit daerah, usianya baru 27 tahun dan belum menikah.

Aku lelah, hari ini begitu banyak orang yang mengalami sakit sehingga dengan terpaksa aku pulang hingga melebihi jam kerja yang hanya sampai pukul empat sore. Sebelum pulang aku teringat dengan kejadian kemarin ketika aku berlibur bersama Syafina, anak kecil yang belum lama ini menjadi tetanggaku. Gadis kecil yang baik, cerdas dan cantik, mungkin paras cantik itu ia warisi dari ibunya yang telah tiada karena wajahnya tak terlalu mirip dengan ayahnya, hanya beberapa bagian saja yang kurasa mirip dengan ayahnya, tapi tak dapat ku pungkiri bahwa ayah Syafina pun cukup tampan, namun yang paling penting sepertinya dia Ayah yang baik. Tak terasa aku jadi tersenyum sendiri membayangkan mereka berdua.

Hari sudah sangat sore, aku bergegas pulang tapi sebelum itu ada hal yang harus aku lakukan lebih dulu. Sepulang bekerja aku berencana membelikan Syafina kue, jadi sebelum pulang aku akan mampir ketempat kue yang beberapa kali pernah ku kunjungi. Tak sabar rasanya melihat ekspresi bahagianya ketika menerima kue itu dariku.

Waktu telah menunjukan pukul lima sore, aku khawatir kalau toko kue yang aku tuju akan segera tutup, namun beruntung aku masih sempat sampai di sana tepat beberapa menit sebelum toko kue itu tutup.

"Mba, maaf apa tokonya masih buka?"

Aku bertanya pada pegawai toko yang sedang membereskan barang-barang dan kue yang akan disimpan pada tempat penyimpanan kue khusus.

"Oh iya mba, kebetulan kami baru mau tutup sebentar lagi, mau beli kue apa?"

Aku memilih-milih kue yang kemungkinan akan Syafina sukai, dan tak butuh waktu lama aku menemukannya.

"Mba, tolong bungkus yang itu ya, tiga."

Setelah membeli beberapa macam kue, aku kembali melanjutkan perjalanan pulang, dengan percaya diri aku tersenyum membayangkan kalau Syafina akan senang menerima kue pemberianku.

Sesampainya di rumah dan setelah memarkirkan mobil di garasi, tanpa mandi atau berganti pakaian terlebih dulu, aku lamgsung mengantarkan kue yang ku beli ke rumahnya. Setelah sampai di depan rumahnya, kulihat rumahnya tak seperti biasanya, rumah itu sepi seperti tak berpenghuni, Namun itu tak menyurutkan niatku untuk segera memberikan kue itu pada mereka seraya berharap perkiraanku salah.

Tok tok tok.

Kucoba beberapa kali mengetuk pintu depan rumahnya, namun hasilnya nihil, sepertinya mereka memang sedang tak berada di rumah. Aku kembali pulang ke rumah untuk menyimpan kue itu pada lemari pendingin dan berharap mereka pulang sebentar lagi, dan harapan itu akhirnya terwujud. Samar ku dengar suara motor yang baru saja mematikan mesinnya tepat didepan rumah Angga. Aku segera berjalan dengan senyum yang terhias jelas diwajah, menuju ke ruang tamu rumah dan membuka tirai jendela untuk memastikan kalau yang datang memang orang yang sedang ku tunggu. Senyumku semakin mengembang ketika yang ku lihat memang benar-benar dia. Segera ku ambil kue yang baru saja kusimpan dilemari pendingin itu, masih tak ku hiraukan pakaian kerja yang masih menempel ditubuh, tak mau kehilangan kesempatan lagi untuk menemuinya.

"Mas, Syafina mana?"

"Syafina belum pulang Ra, bentar lagi kayanya."

"Loh, emang gak pergi sama kamu? Soalnya tadi aku kesini, kamu gak ada."

Angga tak menjawab pertanyaanku, ia tersenyum melihat sebuah mobil yang datang lalu berhenti tepat di depan rumahnya. Pintu mobil pun terbuka, kemudian seorang anak kecil berteriak girang lalu berlari memelukku.

"Tante."

Aku tersenyum senang melihatnya begitu bahagia, tanpa kusadari orang lain yang juga turun dari mobil itu bersama anak kecil lainnya yang kutaksir usianya tak jauh berbeda di atas Syafina.

DUDA? Hot Daddy (Eps.1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang