16. Kembali

2K 92 12
                                    

Angga Abimana

Berada pada salah satu kamar sebuah rumah megah untuk menghadiri undangan yang tentu saja masih dalam kontrak pekerjaan. Kalau ku ingat, lucu memang apa yang pekerjaan ku terima saat ini yang bisa dibilang sama sekali tak ada hubungannya dengan profesi yang ku jalani. Aku mereka persiapkan di tempat ini sebagai hadiah kejutan untuk seseorang yang tengah berulang tahun, yang menurut mereka ceritakan, putri mereka yang sedang berulang tahun hari ini menyukai karya yang telah ku ciptakan dan menginginkan untuk bertemu denganku, untuk itu mereka mengundangku ke sini hanya untuk bisa bertemu dengan putri mereka.

Suasana di bawah sana sepertinya sudah mulai ramai, dari tempatku disembunyikan samar terdengar suara dari pembawa acara yang baru saja memberikan kata sambutan sebagai pertanda bahwa acara pesta ulang tahun itu akan segera dimulai, artinya hanya tinggal menunggu kode dari pembawa acara itu untukku keluar dan menemui putri mereka sebagai hadiah.

Sebuket bunga telah mereka persiapkan untuk ku bawa pada saat turun nanti, bunga itu akan ku bawa untuk menutupi wajah lalu setelah berada tepat di hadapannya langsung ku berikan, mereka berharap dengan cara seperti itu akan memberikan kejutan yang bisa membuat putri mereka bahagia.

Akhirnya, sesuatu yang ku tunggu pun tiba, aku bersiap sedikit merapikan pakaian lalu berjalan menuruni tangga dengan bunga tepat berada di depan wajah, memang bukan sesuatu yang mudah namun tetap harus dilakukan sebagai tuntutan prkerjaan. Suasana mendadak berubah menjadi hening, mungkin saat ini semua mata tengah menatapku dengan satu pertanyaan di benak mereka, siapa orang yang membawa bunga itu?

Setelah sampai di lantai dasar, aku berusaha berjalan dengan penuh percaya diri demi suksesnya rencana mereka memberi hadiah kejutan untuk putrinya yang sedang berulang tahun. Aku berhenti tepat di depan wanita yang sedang berulang tahun itu, dari celah buket bunga, aku berusaha melihatnya, wajahnya seperti tak asing bagiku, tapi aku tak ingat pernah bertemu atau melihatnya. Ku buka perlahan buket bunga yang menutupi wajah, lalu ku berikan padanya sebagai hadiah, dan setelah ia tau siapa orang di balik buket bunga, dengan sangat terkejut namun merasa sangat senang dia memeluk hingga pipi kami saling bertemu. Aku hanya bisa tersenyum namun bingung dengan apa yang ku rasa, karena sejujurnya aku tak menikmati apa yang ku lakukan saat ini.

Seorang laki-laki yang tak lain adalah kakak dari Fransisca menghampiri.

"Loh, Andrew?"

Aku terkejut melihat orang yang belum lama ku kenal sebagai teman dekat Mira berada di sini. Andrew menjabat erat tanganku.

"Gak nyangak, ternyata orang yang di kagumi adikku itu kamu, pantes waktu aku denger nama kamu kayak yang pernah tahu di mana gitu, ternyata bukan orang sembarangan."

"Aku juga gak nyangka, pantes tadi ngelihat Sisca kayak yang pernah lihat, kalian emang mirip."

Setelah mengobrol sesaat, Andrew mengajak seseorang untuk bertemu denganku. Senyumku yang sebelumnya bisa keluar cukup lepas kini sirna begitu saja. ia begitu cantik, aku baru pertama kali melihatnya berpakaian seperti itu, mereka begitu terlihat serasi.

"Gak nyangka bisa ketemu di sini?"

Tak ku sangka, reaksi Mira membalas sapaan ku dengan begitu dingin.

"Sebenernya berapa banyak wanita yang deket sama kamu?"

Dengan terpaksa, semua yang ku tutupi darinya ku ceritakan. Mulai dari aku yang hanya seorang penulis dan juga alasan kenapa aku berada di sini saat ini.

Namun belum sempat kami mengobrol lebih lama, Andrew datang kembali setelah sebelumnya pergi meninggalkan kami berdua. Perlahan aku menjauh darinya dan kembali menghampiri Sisca.

DUDA? Hot Daddy (Eps.1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang