8. Menanti Rindu

2.4K 89 2
                                    

Hari ini jadwal keberangkatan ku tiba, sudah sejak satu bulan yang lalu buku yang ku tulis dan selesai direvisi masuk ke salah satu penerbit besar dan tak butuh waktu lama bagi mereka menerbitkannya karena mereka melihat peluang pasar yang bagus pada buku ke lima yang telah aku tulis. Satu minggu ke depan pihak penerbit akan mempersiapkan acara launching buku yang akan di adakan pada salah satu pusat perbelanjaan besar di ibukota.

"Udah siap?"

"Siap, Yah."

Syafina dengan terpaksa aku titipkan pada ibu mertuaku, ibu dari mendiang istriku Viona yang berarti nenek dari Syafina. Mendengar Syafina akan datang berkunjung dan bahkan menginap ibu begitu senang dan sama sekali tak keberatan.

"Nanti selama kamu di sana jangan ngerepotin Oma, ya!"

"Iya, Yah."

Dan kami pun berangkat tanpa memberitahu siapapun kecuali Ibu.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di sana, jarak dari rumah ke rumah ibu mertuaku hanya sekitar setengah jam perjalanan saja, dan ketika kami sampai di sana, ibu sudah terlihat menunggu Syafina di depan rumahnya.

Setelah turun dari motor, Syafina langsung berlari menghampiri neneknya yang sudah cukup lama tak ditemuinya.

"Eh cucu kesayangan Oma udah dateng."

Ibu langsung mencium Syafina lalu menggendongnya.

"Ternyata cucu Oma udah nambah berat aja."

Ibu langsung menyuruhku ke dalam untuk beristirahat sebelum kembali melanjutkan perjalanan. Jadwal selama beberapa hari ke depan sudah jelas, termasuk untuk menghadiri beberapa acara yang berhubungan dengan buku yang ku buat.

Setelah satu jam beristirahat di rumah Ibu, aku bersiap kembali melanjutkan perjalanan panjang yang sudah terbayang sangat melelahkan. Aku melanjutkan perjalanan hanya menggunakan sepeda motor saja karena hanya itu yang ku miliki saat ini, namun selain itu motor juga akan memudahkanku beraktifitas ketika di sana.

"Sayang, kamu jangan nakal yah, jangan ngerepotin Oma."

"Bu, aku pamit dulu."

"Ya sudah, kamu hati-hati, nanti kalau kamu sudah sampai hubungi Ibu, ya."

Aku memacu kuda besi milikku dengan kecepatan tinggi agar lebih cepat sampai ke tempat tujuan, yaitu sebuah kostan kecil yang tak jauh dari tempat acara yang akan berlangsung sore ini. Aku lebih memilih untuk tinggal di kostan selama di sana agar bisa menghemat semua pengeluaran, setidaknya uang tabungan dan hasil dari royalty akan semakin menambah saldo tabungan untuk masa depan putri kecilku.

Setelah beberapa jam perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya aku tiba pada tempat yang menjadi tujuan, tak begitu sulit menemukannya mengingat aku pernah beberapa kali ketempat ini. Langsung ku rebahkan diri pada ranjang empuk yang sudah tersedia serta tertata rapi dan bersih hingga aku terlelap.

Almiera Shofia Prameswary

Setelah seharian menjalani kewajiban yang menjadi rutinitas, tak sabar rasanya ingin segera melihat mereka hanya untuk sekadar menyapa. Namun setelah sampai di rumah, tampak rumahnya begitu sepi seperti tak berpenghuni.

"Ko sepi ya? Gak kayak biasanya."

Ucapku dalam hati, namun aku berpikir positif bahwa mungkin saja mereka sedang berada di dalam dan tak ingin diganggu siapapun. Sambil merebahkan diri, ku buka akun media sosial untuk sekadar mencari tahu, mungkin saja ia telah mengunggah status atau foto terbaru yang belum ku lihat, tapi ternyata tak ada, semua akun media sosial yang ia gunakan sama sekali tak ada aktifitas apapun sejak dari beberapa hari yang lalu.

DUDA? Hot Daddy (Eps.1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang