Problem

17 6 0
                                    

mending makan aja dah, sebelum orangtua gue pulang. Bersantai diluar,menghilangkan beban yang ada dengan kebebasan, angin malam yang sejuk,membuat gue ingin mengeluh betapa susahnya hidup didunia ini yang banyak rintangan.


***

"Den, bangun. mandi, terus pakai seragam dan langsung kebawah ya, bibi mau siapin makanan dulu."

"Eh iya bi, makasih udah dibangunin."

"Iya den."

Hmm apakah mama sama papa masih dirumah? Atau udah jalan? Tadi kenapa gue ngga tanya langsung ke bibi aja ya. Ucap dalam hati indra.

Setelah selesai mandi, indra pun langsung bergegas kemeja makan. Sebelum indra sampai dimeja makan. Dia bertanya ke bibi sambil berjalan turun.

"Bi, sarapannya udah jadi belum?"

"Eh iya den, ini udah siap. Nyonya dan tuan belum berangkat kerja."

Hah belum berangkat kerja? Tumben biasanya pagi pagi juga udah pada berangkat. Ucap batin indra dengan bingung.

Akhirnya indra makan bersama orangtuanya yang super sibuk itu. Disituasi seperti itu, hanya ada keheningan tanpa adanya pembicaraan satu kalimat pun. Mama dan papanya hanya fokus dengan hp sambil makan sarapan mereka. Indra seperti tidak terlihat dimata mereka.

"Permisi, indra? Indra?" terdengar suara galih dibalik pintu. Saat indra membukanya, dan benar itu galih.

"Ayo berangkat," ucap galih.

"Bentar gue lagi sarapan. Masuk aja dulu, lu juga sarapan bareng aja, ada orangtua gue. Mereka belum pada berangkat."

"Hah serius? Ngga ada masalahkan?" Ucap galih dengan kagetnya.

"Hahah ngga ada ko gal, santai aja," ucap indra dengan ketawa garingnya itu.

Galih dan indra pun masuk. Pliss semoga indra ngga ada masalah lagi dengan orangtuanya. Ucap galih dalam hati.

"Hai tante...hai om," sapa galih kepada orangtuanya indra.

"Hmm," orangtuanya indra menjawab.

Indra pun menunduk karna malu atas sikap orangtuanya tersebut. Orangtuanya tidak pernah mengenal teman temannya indra.

"Ma? pa? ini temen indra. Namanya galih," indra memperkenalkan galih kepada orangtuanya.

"Ohh," ucap mamanya dengan cuek.

mereka sama sekali tidak mengenali teman-teman gue disekolah. Dengan gampangnya dia menjawab ohh? Hidup gue sangat buruk sekali didunia ini. Ucap indra dalam hati.

"Galih, sini sarapan bareng," ucap indra dengan senyum agar seolah dianggap tidak sakit hati atas sikap orangtuanya itu.

"Iya makasih dra," galih pun duduk.

Aduhh seharusnya gua ngga samper indra. Kalau begini kan gua juga yang salah. Mungkin ada yang ingin mereka omongin ke indra. Batin galih.

"Indra, tolong jangan berteman dengan anak ini," mamanya bicara dan meminum secangkir teh.

"Emangnya kenapa ma? Dia ngga memberikan indra yang negatif ko," ucap indra dengan sabarnya.

"Mama bilang jangan ya jangan!!" balas mamanya dengan nada tinggi dan memukul meja tersebut.

"Udah cukup ma! udah cukup aku diginiin terus! udah cukup aku dicuekin dengan sikap kalian! udah cukup aku disia siain sama kalian! Udah cukup semuanya ma!! mama cuma mau aku berteman sama orang kaya kan?!" jawab indra dengan nada tinggi sambil berdiri. Indra menunduk menahan air matanya. Karna poninya yang menutupi matanya, matanya tidak terlihat yang sedang ingin meneteskan air mata tersebut.

"Sejak kapan kamu berani sama mama hah?!! Untuk apa kamu sekolah kalau ujung ujungnya melawan orangtua!! Mending kamu ngga usah sekolah sekalian!! Dasar anak ngga berguna! Nyesel mama membesarkanmu! Hanya buang buang waktu saja!! iya, memang mama maunya kamu berteman dengan yang sederajat dengan kita!!" ucap mamanya marah.

Indra pun mengambil tas yang berada dibelakangnya dan berjalan menuju pintu untuk segera pergi dari meja makan tersebut.

"Dra?!" ucap galih bingung harus berbuat apa. "Maaf tante, saya pamit dulu," galih pun langsung menyusul indra dari belakang.

"Indra? are you okay?" galih bertanya saat sudah berada dimobil.

"Im fine."

"Kalau mau nangis, nangis aja. Gua ngga akan menertawakan lu. Gua bisa ngertiin lu ko dra."

Saat galih berbicara seperti itu, indra langsung meneteskan air matanya dan sambil mengendarai mobilnya.

Sangat terlihat lu menanggung beban yang berat dra. Sekuat apapun diri lu, lu juga pasti punya sisi kelemahan. Walau mata lu ketutupan poni lu yang panjang, tapi masihh terlihat jelas air mata yang mengalir dipipi lu itu dra. Ucap galih dalam hati.

Indra menyingkirkan mobilnya ditepi jalan dan dia pun tertunduk menutupi mukanya yang sedang nangis dengan tangan yang masih memegang alat mengemudi mobil tersebut.

"Sini biar gue yang ngendarain, lu nangis aja," galih terlihat sedih melihat indra seperti itu.

"Makasih gal dan maaf dengan perkataan mama gue tadi," indra bicara sambil menata rambutnya yang berantakan dengan menutupi matanya yang sembap itu.

"Iya, gua ngga kesinggung ko. Mungkin emang bener omongan mama lu dra. Gua bukan anak yang baik-baik. Gua manfaatin lu buat lolosin masalah gua dari guru dan selalu numpang sama lu melulu," jawab galih merasa bersalah.

"Jangan merasa bersalah, itu udah kewajiban gue sebagai sahabat lu gal."

***

Mereka pun sampai disekolah. Galih langsung kekelas sedangkan indra ketoilet untuk mencuci wajahnya yang terlihat sembap karena menangis.

"Indra," sapa seorang cewe yaitu seli, seli bertemu indra yang sedang menuju kelasnya.

"Eh...Hai seli," jawab indra dengan mata yang masih tertutupi poni dan dengan senyum yang terpaksa.

"Kamu kenapa?" tanya seli sambil mengangkat poninya dan melihat matanya indra yang sembap.

"Gapapa. Gue cuma lemes doang ko. Gue kekelas dulu ya sel," jawab indra sambil senyum, lalu membalikkan badan untuk meninggalkan seli.

"Kamu kalau ada masalah cerita aja ke aku. Aku pasti dengerin ko," ucap seli sambil menarik tangan indra agar tidak pergi, kemudian seli memeluk indra.

Entah kenapa gue merasa selemes ini, ngga biasanya gue nangis dengan kata kata biasa seperti itu. Biasanya semua omongan mama itu udah hal biasa, tapi kenapa sekarang rasanya sakit sekali. Mungkin semua beban gue baru keluar dengan adanya air mata ini sekaligus gue sarapan sedikit. Ucap galih dalam hati.

Indra pun membalas pelukan seli dengan erat sambil menahan air matanya yang ingin jatuh.

Kenapa badan dia terlihat selemas ini? Baru kali ini gue ngeliat indra sesedih ini. Tapi gue ngga akan goyah. Tujuan gue cuma harta lu dan numpang nama agar gue terkenal sesekolah. Gue akan buat lu senyaman mungkin. Ucap seli dalam hati.

Sekuat apapun kalian menahan beban, pada akhirnya kalian akan mengeluarkan beban itu dengan air mata.


Love changes everythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang