15. Dream? (2)

918 85 60
                                    

"Mom, tadi Dad terlihat tampan pakai tuxedo buatan mom" celoteh bocah berpipi gembul yang kini duduk disamping Chindy. Tubuhnya yang kecil terlindung oleh tingginya meja.

"Dad yang mana? Dad mu yang ini juga pake tuxedo" Mingyu menimpali.

"Tentu saja Daddy Jaehyun" sahut bocah tadi.

Chindy tersedak, padahal ia sedang tidak menyantap apa-apa. Sontak Mingyu mengulurkan gelas padanya dengan tatapan khawatir.

"Kau tidak apa-apa? Kau mau pulang sekarang?" Mingyu beralih menepuk-nepuk punggungnya pelan setelah Chindy meneguk minumannya.

"Acara nya belum dimulai, Gyu" Jeonghan memberitahu.

"Jika Chindy tidak nyaman berada disini, lebih baik kami sekeluarga pulang" nada bicara Mingyu terdengar tegas. Membuat Chindy menoleh padanya dengan ekspresi tidak dapat diartikan.

Hubungannya rumit.

Ia bercerai dengan Jaehyun. Hak asuh kedua putranya bersama Jaehyun jatuh kepada Chindy. Setahun pasca bercerai, ia menikah dengan Mingyu dan di karuniai anak perempuan bernama Kim Sua. Lalu, baru-baru ini sebuah undangan tiba dirumahnya. Itu adalah undangan pernikahan Jaehyun dan Chaeyeon yang hari ini akan dilakanakan. Itulah yang didapati Chindy sejauh ini.

Mengenai penyebab berakhir nya rumah tangga yang di jalaninya sebelumnya tidak di ketahuinya sama sekali. Ketika ia bertanya tadi, Mingyu malah menjawab ogah-ogahan. "Kenapa hari ini kau selalu bertanya tentang masa lalu sih? Jangan membuka luka lamamu"

"Aku tidak apa-apa, Gyu. Terima kasih sudah peduli" cicit Chindy pelan.

"Tentu saja aku peduli karena kau adalah istriku. Kau yakin baik-baik saja?"

Mendengar kata 'istriku' keluar dari mulut Mingyu rasanya agak aneh di pendengaran Chindy. "Tentu saja. Aku baik-baik saja" ucap Chindy disertai senyum.

Mingyu menghela nafas lalu mengangguk.

"Aigoo, lihat pasangan ini. Sindi jadi lebih kalem ya semenjak nikah sama Mingyu?" ujar Eva yang agak tidak mempercayai perubahan Chindy yang sekarang.

"Iyalah. Chindy bukan kau yang tidak bisa berubah sejak dulu. Meledak-ledak terus seperti petasan yang tidak ada habisnya. Jeonghan hyung rupanya sangat sabar hidup bersamamu" ledek Mingyu.

"Kurang ajar" umpat Eva pelan, takut didengar oleh anak-anak mereka yang asyik berceloteh satu sama lain. Jeonghan tertawa saja mendengar debat singkat istri dan sahabatnya itu.

"Kamu nih, bukannya belain aku malah ketawa" protes Eva pada Jeonghan yang tercengir lebar.

"Sudah-sudah. Nanti di contoh anak-anak" lerai Jeonghan yang mengelus rambut Eva pelan.

Tingkah keduanya tak lepas dari mata Chindy. Sahabatnya itu ternyata memang sudah bercerai dengan Yutaㅡsuami Eva sebelumnya. Lalu bagaimana kabar Elsa sekarang ya? batin Chindy.

"Elsa tidak datang ya?" Chindy mengutarakan rasa penasarannya.

"Ah, dia gak bisa hadir, dia cuman nitip ucapan selamat sama mempelai" jawab Eva.

Kata 'mempelai' itu menohok Chindy.

Hari ini seseorang yang ia cintai akan menjalani hidup baru dengan pendamping yang baru pula.

"Gimana di Itali? Kalian tidak betah ya sampai balik ke korea?" pertanyaan Mingyu barusan sukses membuat Chindy mengernyit tidak paham.

"Benar, aku tidak betah. Setiap pagi ibu-ibu yang satu komplek dengan kami selalu mendatangi rumah kami hanya untuk melihat Jeonghan dan memberikannya pujian atau bekal untuk makan siangnya dikantor. Mereka bahkan berebut minta dinikahi oleh Jeonghan padahal aku jelas-jelas ada disana" keluh Eva dengan emosi membara.

Mingyu tergelak mendengar itu, sedangkan Chindy mengulum senyum menahan tawa.

"Kita sudah jauh dari mereka, jangan marah-marah terus. Dan jangan khawatir akan tergantikan karena perasaanku hanya untukmu" ucap Jeonghan tulus.

"Astaga, ayo kita pindah meja" kata Mingyu lelah melihat kedua insan itu.

.

.

.

Akhirnya acara dimulai.

Jaehyun terlihat gagah memasuki venue dengan tuxedo yang melekat ditubuhnya.

Chindy mendapati adanya perubahan dalam diri Jaehyun yang sekarang. Suaminya, ehㅡatau bisa kita katakan mantan suaminya itu terlihat lebih kurus, matanya agak sayu, raut wajahnya bahkan terkesan datar dihari bahagianya ini. Meskipun begitu, hal barusan tidak mengurangi pesona seorang Jung Jaehyun.

Tak lama kemudian, Chaeyeon memasuki acara dengan ditemani sang ayah. Wajahnya terlihat sangat bahagia. Samar-samar Chindy bisa mendengar Eva mengatai wanita itu dengan sebutan 'ular'.

Suara Jaehyun terdengar tidak semangat saat mengucap janji suci. Lelaki itu bahkan sempat merotasikan bola matanya sebelum mencium kening Chaeyeon secepat kilat.

Suasana tiba-tiba saja berubah aneh. Jaehyun sepertinya tidak menginginkan pernikahannya ini. Lantas kenapa mereka menikah? Chindy menggeleng samar. Ia rasanya ingin berteriak, meminta penjelasan.

Saat salam-salaman dengan para tamu, mata Jaehyun melebar melihat Chindy. Sorot mata Jaehyun berubah sendu sambil tersenyum penuh kepedihan. Chindy cepat-cepat meraih tangannya dan menyalaminya dengan senyum paksa. "Selamat atas pernikahanmu Tuan Jung" ucapnya.

"Chindy" lirih Jaehyun. Dada Chindy terasa sesak, tidak ada lagi-kah panggilan 'by' khas Jaehyun padanya? Ck, harusnya Chindy sadar, Jaehyun telah menjadi milik orang lain mulai hari ini. "Apa kabarmu? Mm, aku rasa sehat-sehat saja. Mingyu menjaga mu dengan baik ya ternyata, lihat kau agak berisi" Jaehyun tertawa miris tanpa melepas genggaman tangan mereka. Mereka berdua tidak sadar kalau Mingyu dan Chaeyeon yang ada didekat mereka sedang terbakar api cemburu.

"Maaf atas segala kesalahan ku padamu selama ini. Maaf karena tidak bisa menjaga mu dengan benar" ujar Jaehyun pelan. Mendadak kepala Chindy terasa sangat pusing sekarang, entah kenapa.

"Maaf atas keegoisanku saat masih bersamamu. Aku tahu ribuan maaf pun takkan bisa menghapus semua rasa sakit muㅡCHINDY!"

Chindy mendadak pingsan, yang didengar dan dilihatnya terakhir kali adalah teriakan Jaehyun serta tatapan panik dari Jaehyun dan Mingyu.

***

"JAEHYUN!" jerit Chindy. Matanya terbuka lebar, langsung terjaga.

"Astaga. By, kamu kenapa?" Jaehyun terlonjak kaget, hampir saja ia jatuh dari ranjang. Ia lalu memeluk istrinya yang sedang gemetaran. "Kamu kenapa, hm?" tanya Jaehyun lembut kali ini. Salah satu tangannya yang bebas menyingkirkan rambut yang menutupi area wajah Chindy, kemudian mengelus-elus puncak rambut istrinya, mencoba menenangkan.

Chindy mengerjap-ngerjap, matanya mulai mengenali tempat ini adalah kamarnya.

Jadi yang tadi itu mimpi?

Benar-benar mimpi kah?

Wanita itu lalu membalas pelukan Jaehyun. Ia menggeleng-geleng mengenyahkan mimpi yang didapatnya barusan.

"Kamu bermimpi buruk?" pertanyaan Jaehyun barusan hanya dijawab anggukan lemah oleh Chindy. "Jangan takut. Itu cuma mimpi, kamu aman sekarang" Jaehyun meletakan dagunya diatas puncak kepala Chindy sambil mengeratkan pelukannya.

Chindy diam-diam berterima-kasih karena itu cuma sekedar mimpi.

Mimpi yang terasa nyata, bahkan sampai ke hari-hari berikutnya.

Oh, ayolah. Itu tidak akan benar-benar terjadi. Ujar Chindy dalam hati.

Life After Married [NCT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang