KUKUK... KUKUKKK... KUKUKKK...
Suara gaduh dari ayam jago gagap alarm ponsel yang ada di meja ruang tengah membuatku terpanjat bangun.
Aku duduk bersandar pada sandaran sofa lalu diam sebentar menatap ke sekeliling dengan ling lung. Berfikir bagaimana bisa aku tidur di sofa seperti ini?
Oh ya, Tuan Muda Rian mengusir si Tuan tanah dan membiarkan Tuan Tanah tidur di luar seperti seorang suami yang kepergok sexting dengan wanita lain.
Aku mendengus singkat.
Bagaimana bisa ada manuia sebegitu tidak tahu dirinya seperti tetangga baru yang baru satu malam semeja denganku di kafetaria itu? Dia seenaknya. Semaunya sendiri. Aku harus mencari cara agar dia tidak bisa menginap disini lagi. Mungkin sebaiknya nanti malam aku tidak pulang dengan begitu dia tidak akan menumpang, oh tidak, bukan menumpang lebih tepatnya menggusur wilayahku.
Aku beranjak berdiri untuk segera pergi mandi atau Koh Marcus memarahi ku untuk ke 5kali nya dalam minggu ini.
Ckk sial. Tulang-tulangku terasa sakit semua.
Tiba di kamar aku hanya bisa menggeleng pasrah melihat sprei tempat tidur di kamarku berubah warna biru donker kombinasi motif bulat polkadot. Tetangga aneh itu memiliki selera yang luar biasa dalam hal memilih barang-barangnya.
Pagi ini aku memutuskan langsung mandi tanpa memanggang roti lebih dulu. Sebaiknya aku makan di jam istirahat nanti. Cukup untuk hari ini aku mendapatkan masalah di apartmen ini saja, tidak untuk di kantor.
***
Yeah. Berhasil tiba di kantor lebih awal untuk pagi ini. Dan beruntungnya aku, pagi ini Ibu-ibu tambun yang biasanya nerdesakan denganku tidak mendapatkan bangku di dekatku karena aku sengaja menaruh kranjang bahan makanan bekalku hari ini.
Koko Marcus yang berdiri di dekat meja kubikel milik Kevin hanya melihat padaku sekilas lalu mengalihkan pandangannya pada arloji di tangan kirinya.
"Kamu salah makan apa Jar?" Koko bertanya sarkas.
Tidak adakah hal benar yang bisa aku lakukan? Berangkat terlambat salah, berangkat lebih awal juga salah. Ckk.
"Whoa! Nggak telat nih!" si pipi Bakpau menimpaliku. Mata Kevin terlihat berbinar melihatku datang menenteng kranjang belanjaan milik supermarket apartemen yang sengaja aku pinjam. Bocil itu beranjak dengan semangat lalu menghampiri meja ku dimana kranjang belanjaku ada di atasnya.
"Yah, kok sayuran," raut berbinarnya berubah muram saat melihat isi kranjang.
"Gue mau masak disini," jawabku.
"Jajanannya nggak ada? Kripik kentang? Chococips? atau wafer gitu..." Kevin masih berupaya dengan mengobok-obok isi keranjangku.
"Gak ada Vin gak ada!" jawabku kesal.
"Nyk, sini deh!" panggil Kevin pada salah satu member geng cabe nya.
Anthony yang tadinya sibuk mantengin games di layar komputer miliknya menoleh sebentar lalu membiarkan gamesnya pada mode pause dan beranjak menghampiri.
"Fajar nggak bawain kita jajanan masa!" ujar Kevin pada Anthony yang sekarang ikut nimbrung.
"Ya ngapain gue bawain kalian jajan terus-terusan! Anak gue juga bukan!" Sumpah, kenapa aku dikelilingi orang-orang tidak tahu diri sih?!
"Kevin, Anthony sudah jam 8. Pegang kerjaan kalian masing-masing!" tegur Koko Marcus.
Kevin dan Anthony menyingkir sambil mempoutkan bibirnya dan itu membuat pipi mereka seperti perut ikan koki.
![](https://img.wattpad.com/cover/181385899-288-k506733.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boy Next Door | FajRi ✔
FanfictionKetika orang asing tinggal di samping rumahmu Ketika orang asing memasuki harimu. Ketika orang asing menjadi bagian dari harimu. Ketika orang asing itu menjengkelkan karena sangat berbeda denganmu Ketika orang asing diam-diam peduli padamu Dan ketik...