Berhenti

749 148 18
                                    





Terhitung sudah sepekan berlalu sejak aku dan Kevin sepakat melakukan drama yang membuatku tidak ubahnya seperti seorang Om-Om yang diperbudak adek gemes. Tapi selama itu tidak ada yang berubah sedikitpun. Sebanyak apapun aku bersama Kevin bersinggungan dengan Rian pada timing yang sudah ditentukan tidak berpengaruh apapun pada hubunganku dan Rian. Kami masih tetap tetangga yang saling menyapa sewajarnya dan sesekali saling membantu seperlunya. Tidak bisa lebih dari itu, tidak bisa seperti ekspetasiku yang akan berbuntut romansa seperti drama korea.

Bagaimana kalau menyerah saja?
Lagipula ini hanya akal-akalan Kevin untuk membuat kenyang perutnya. Rian lurus, mustahil dia akan berbelok padaku. Lihat saja pacarnya perawat yang cantik itu, Rian tidak mungkin melepaskan pacarnya. Untuk hubungan yang seharmonis itu tidak seharunya aku memiliki fikiran untuk bertandang dalam lingkaran cerita mereka sebagai tamu.

Sudah 3kali berturut-turut aku berjumpa dengan Rian saat dia menggandeng pacarnya, maksudku aku dan Kevin sengaja mengikutinya, bukan benar-benar berjumpa secara kebetulan.

"Mas, sudah move on ya dari Bapaknya yang meninggal kemarin? Syukurlah." Dia hanya berkata demikian.

"Itu tadi dia sebenernya cemburu Jar, dia sok sok an aja ngomong gitu, percaya sama gue," Kevin kemudian berbisik di telingaku. Bocah ini masih saja memprovokasi membuatku mau tidak mau terus lanjut dengan ide-ide gilanya.

Ckk, mengingat kegagalan-kegagalan dalam setiap misi yang aku dan Kevin lakukan hanya membuatku semakin capek saja.

Malam ini hening menyelimuti kamarku. Kevin tengkurap di atas kasur dengan earphone di sepasang telinganya dan fokus menyaksikan youtube drakor yang terpampang di layar ponselnya. Sementara aku hanya berbaring di atas karpet lantai sambil menilik laman beranda instagramku.

"Wha, Kokoh udah jemput. Jar, gue balik ya?" ujar Kevin seraya melepas earphone dan memasuk kan gadget miliknya ke dalam tas kerja.

"Hm," sahutku yang masih enggan beranjak.

Kevin melompat di atas tubuhku lalu melesat pergi seenaknya sambil membawa kantong plastik besar berisikan jajanan yang tadi dia beli di warung Pak Haji Mali.

"AKU PULANG DULU YA CIN, KAMU JANGAN BOBO MALEM-MALEM... ew!" Dasar bocah sableng itu. Kevin berteriak di depan ubitku dan dia beranggapan dengan cara itu dia bisa membuat Rian merasa cemburu. "WOI CINN!! ANTERIN TURUN CIN! GAK MAU SENDIRIAN! NANTI KALO GUE DICULIK OM OM GIMANA?! CEEENNN!!!"

Astaghfirullah.
Bukan kah aku pura-pura pacaran dengan Kevin? Bukan dengan toak penjaja getuk keliling.

Aku hanya menggeleng tidak habis fikir dengan kelakuan penyu antariksa itu. Dengan malas aku beranjak untuk menyusul Kevin keluar dari unit.

dan BINGOO rupanya Rian dan pacarnya juga sedang ada di luar.

Jadi Kevin sengaja melakukan itu karena ada Rian dan pacarnya juga di luar. Keduanya berdiri di pagar balkon depan unit dan mungkin sedang membicarakan sesuatu sambil menikmati minuman di tangan mereka masing-masing.

"Kopi Mas," pacar Rian basa basi dengan ramah sambil mengangkat cangkir miliknya.

"Ya Mbak," jawabku.

"Cin Cin, matane lho!" Kevin berdesis padaku sambil menarik lenganku agar segera ikut pergi dengannya dan aku sempat melihat Rian menahan tawa.

Iya iya aku tahu ini terlihat sangat lucu, saat aku seperti bocah SD yang dibawa Ibunya pulang ke rumah untuk dimandikan.

.

.

Setelah mengantar Kevin mendatangi Ko Marcus yang sudah menunggunya di parkiran depan apartemen aku memutuskan untuk mendatangi warung Haji Mali menemui Sutra. Tapi sayangnya warung Pak Haji tutup, terdpat tulisan pemberitahuan kepada pelanggan di daun pintu warung jika Pak Haji sedang kondangan dengan istri barunya. Dan mungkin saja Pak Haji membawa Sutra kondangan juga. Ngawur.

The Boy Next Door | FajRi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang