Welcome to the Jungle!

972 161 67
                                    



Rumahku-istanaku.

Suara decit pintu terdengar saat aku mendorong daun pintu coklat tua bernomor 725 yang merupakan hunian idaman setiap insan. Selamat datang di hunian Fajar Alfian.

"YA GUSTI!"

Mas-Mas di sampingku memekik nyaring membuatku terlonjak kaget dan reflek melihat ke arahnya dengan bingung.

"Apa Mas?" tanyaku pada Rian yang masih melongo.

"Ini kamar Mas Fajar?" Rian melihat ke arah ku dan isi ruanganku dengan bergantian.

"Iya."

Apa yang salas sih?

Tempat sampah yang terbalik dan isinya berceran di lantai? Hei, ini pasti ulah si Mickey dan Minnie. Iya, tikus-tikus sialan penghuni plafon rumah.

Poster-poster biduan dangdut yang menghiasi daun pintu kamarku? Tidak ada yang salah kan? Setiap manusia pasti memiliki artis idola.

Jok sofa yang koyak? Aku beri tahu satu hal. Dulu aku memiliki kucing persia peaknose putih yang aku beri nama sutra karena bulunya sangat lembut. Aku fikir demgan kucing itu bersamaku aku tidak akan kesepian. Tapi kenyataan yang aku dapatkan kucing itu selalu mencakar jok sofa membuat sofaku rusak dan akhirnya tanpa fikir panjang aku menukar sutra dengan panggangan roti di kios Pak Mali.

Lalu apalagi? Kulit jeruk sunkist yang menggantung di bawah AC. Aku sudah katakan bukan? Aku adalah manusia yang efisien. Jika bahan-bahan alami saja bisa dimanfaatkan kenapa harus membeli pengharum ruangan kemasan? Tidak efisien. Memperbanyak limbah plastik. Save earth. Stop global warming.

"Sok, Mas masuk," ajak ku sambil memberi aksen mempersilahkan Rian masuk.

Rian menggeleng tidak yakin.

"Apa Mas mau cari hotel? Saya nggak pemaksa kok," ujarku.

Rian tidak menjawab dan hanya mendengus kemudian berlalu memasuki unit milik ku tanpa permisi.

Yailah. Jual mahal.

Aku berjalan di belakang Rian yang melangkah ragu-ragu sambil menoleh ke kanan dan ke kiri tidak ubahnya kipas angin.

"YAIIKKKK!!" Rian memekik sambil sembarang menghempaskan tas pakaian yang dibawanya dan sekarang kedua tangannya menutup wajahnya dengan sempurna.

"Mas, Mas nggak ada hantu disini Mas."

"YA SIAPA JUGA YANG LIHAT HANTU! ITU APA YANG DIGATUNG DISANA?!" Suara Rian marah-marah tenggelam dibalik kedua tangan yang masih menutup wajahnya. Rian menunjuk arah yang dia maksud dengan dagunya.

Oh? Apa yang dia maksud tali jemuran yang melintang dari rak piring ke almari dapur? Apa salahnya membuat jemuran di dekat dapur? Panas yang dihasilkan oleh kompor akan membuat cangcutku yang dijemur disana cepat kering. Sekarang sedang musim penghujan. Ini namanya efisien.

"Lagian Mas kenapa takut sama sempak? Mas juga pasti pake sempak kan?" Aneh gak sih laki-laki takut sempak. Anjir. -___-

Rian diam lalu menyingkirkan sepasang tangan itu dari wajahnya. Dia menatapku dengan kesal.

"Ini bukan masalah saya pake sempak atau enggak! Mana ada orang naruh sempak di atas ricecooker! Apa itu bagus dilihat?!"

"Baru ini juga saya jemur disana. Baru musim hujan Mas kalo mau saya jemur di balkon."

"Apa Mas nggak kenal dry cleaning?!"

"Pacar saya cemburuan jadi saya nggak mau kenalan sama siapa-siapa." Kaya punya pacar aja gue. Aish.

Rian menarik nafasnya panjang lalu dia memejamkan matanya sebentar.

"Okay. Terimakasih banyak untuk tawaran tumpangannya Mas."

Nah gitu dong, tahu terimakasih.

Rian sekarang sibuk sendiri dengan ponselnya sementara aku masih memasang senyum terbaik ku sebagai tetangga baik hati dan ramah tamah untuk Mas Rian yang merepotkan ini.

"Kamu dimana? Bisa aku nginep di tempat kamu? Apartemen ku banjir."

Oh, dia cari tumpangan. Baguslah itu artinya dia sadar diri.

"..."

"Ohh..." wajahnya berubah kecewa.

"..."

"Ya udah. Hati-hati nyetirnya. Kabarin kalo udah sampe." Sok manis banget suaranya. Pasti dia telfon ceweknya. Dikira gue pengen gitu? Ya... iya sih. Aish. emosi gue.

Rian mengakhiri panggilannya lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Dia kembali melihat padaku, sekali lagi dengam raut tidak bersahabatnya. Stok tampang dia memang songong aku rasa.

"Jadi dimana saya tidur Mas? Saya besok harus bangun jam 6 karena jam 7 saya ada meeting."

"Itu kamar saya. Tapi karena saya takut gelap Mas tidur di sofa aja ya. Saya biasanya matiin lampu ruang ini, jadi kalo Mas pengen tidur di ruang gelap mas bisa disini" jawabku hati-hati. Intinya tadi gue nawarin Rian tidur di kamar gue dan gue mengalah di depan Pak Engineering biar Pak Engineering tahu seberapa berkharisma nya gue terus Pak Engineering menyebarkan berita baik ini sampai ke pelosok negri sampai membuat para perawan ngantri minta hamil online sama gue. Yakali gue mau tidur di sofa. Sayang badan woy!

Rian memutar bola matanya, dia nampak tidak terima dengan penjelasanku. Rian mencondongakan tubuhnya lalu mengambil tas pakaian miliknya yang tadi dia lempar ke lanatai. Tanpa berkata apapun Rian berjalan ke arah kamar, membuka pintu kamarku tanpa permisi dan masuk begitu saja. Tas dan selimut di atas tempat tidur diambilnya lalu diletakkan di atas meja buku. Dibukanya tas yang dia bawa lalu melepas sprei tempat tidur dan mengganti dengan sprei hitam polkadot merah muda yang dia ambil dari tasnya.

Wah tamu yang sangat pengertian ya orang ini. Aku tersenyum meluhat Rian kesusahan mengganti sprei.

"Makasih ya Mas," ucapku haru.

Rian turun dari tempat tidur setelah selesai dengan aktifitasnya mengganti sprei. Dia mengangguk untuk menjawab ucapan terimakasihku lalu menyeret bangku ke tengah ruangan kamar milik ku. Rian lalu berdiri di atas bangku kayu itu.

Apalagi yang dilakukan anak ini, ya ampun!

KLAAPPPP

SIANJIRRRRR!!! LAMPU KAMAR GUE DICOPOT DONG!!

"Mas, lebih terang di luar kan? Di kamar ini nggak ada lampu lhoh sekarang."

Seketika hening.

Serius? Tamu ini bermain dengan sangat cantik pemirsa!

Aku tiba-tiba merasa ingin mencakar-cakar jok sofa seperti yang Sutra lakukan saat marah karena aku belum memberinya catfood.

Ya Gusti. Seandainya doraemon benar-benar ada ingin rasanya Fajar yang terdzolimi ini mengirim sms ke Doraemon dan minta kepada kucing sakti itu meminjamkan pintu kemana saja miliknya dan jika saat itu tiba aku akan mengirim tetangga baru ini ke Kutub Utara. Tidak tidak. Ke luar angkasa aku rasa lebih baik.

***

bentar ada yg ketinggalan wkw 😂😂

masjom harus bgt ngetag nya disitu *ya piyee yaa kan jadinya nganu ini* 😂😂😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

masjom harus bgt ngetag nya disitu *ya piyee yaa kan jadinya nganu ini* 😂😂😂

The Boy Next Door | FajRi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang