Aku dan tetangga baru ini akhrinya memutuskan untuk minum bersama di balkon kamar miliknya. Memang unitku belum memungkinkan untuk dihuni, pipa air belum selesai perbaikan. Ckk Pak Engineering itu entah bagaimana kerjanya, dia sangat lama sekedar memperbaiki pipa yang bocor.
Untuk pertama kalinya laki-laki berkulit lebih gelap dariku itu bersikap baik setelah kami melewati pertemuan-pertemuan yang hanya selalu berakhir tidak menyenangkan.
Fajar menggeser kursi rotan miliknya agar jarak kami duduk tidak berjauhan seperti 2 musuh yang duduk bersama. Aku mengeluarkan isi kantong belanjaku kemudian menaruh beberapa beer dan makanan ringan di atas meja.
"Mas yakin mau minum?" Aku mengangkat kepalaku, melihat pada orang yang mengajak ku bicara.
Aku menjawab dengan anggukan.
"Ooh. Saya fikir Mas ini alim, anak baik-baik."
"Saya anak bapak sama Ibu!"
"Maksud saya bukan itu, wei!"
Sudah. Cukup. Jangan mudah emosi meskipun orang ini cukup membuatku emosi.
Aku membuka salah satu beer dan meneguknya ragu. Apakah saat ini ada kamera tersembunyi yang mungkin saja menyorotku? Aku masih mencoba untuk positive thinking. Mungkin saja Gita hanya melakukan prank memutuskan hubungan kami tadi. Iya, cuma prank, semoga. Anak jaman kini kan gitu.
Tapi sampai pada detik beer yang aku minum hampir habis, Gita belum juga muncul sambil berseru 'PRANK!'
Mungkin hanya belum saja. Mari kita coba di kaleng yang kedua.
Kaleng kedua sudah habis. Aku melihat sekitar sekali lagi. Gita belum tiba. Tetap saja hanya ada Fajar yang duduk tidak jauh dariku, meminum beer di tangannya sambil menerawang lurus ke depan dimana gedung-gedung tinggi menjadi satu-satunya objek yang bisa netranya tangkap.
Bagaimana dengan kaleng ketiga?
Keempat??
Ketujuh??
GREPPP
Tangan besar Fajar mencekal pergelangan tanganku. Aku melihat dia berdiri dari duduknya dan mendekat .
"Mas mau bunuh diri apa gimana?" kurang lebih seperti itu yang dia tanyakan. Ah atau aku hanya salah dengar? Telingaku tiba-tiba tidak bisa menangkap suaranya dengan baik. Mataku juga. Semuanya seperti kabur.
Rasa panas seperti terbakar di dalam perut dan rasa seperti isi perutku diaduk-aduk membuatku tidak bisa menahan untuk tidak....
HUWEEKKK
"YAIIIKKKK!!! MAS!!!"
"Ew. Kena ya Mas? Maaf."
***
Seperti ini kah cara laki-laki bernama Fajar ini memperlakukan tamunya? Dia menyeretku secara paksa seperti menyeret kucing untuk dimandikan. Aku tetap berusaha melawan, mencengkram setiap benda yang bisa aku jadikan objek bertahan dari upayanya menyeretku ke kamar mandi.
"Mas saya cuma mau bersihin Mas! Gimana Mas bisa istirahat kalo badan Mas kotor?!" Apa hak nya marah-marah padaku?
"Iya iya. Bersih-bersih sendiri," jawabku.
"Nggak! Ayo!"
Sial, untuk kali ini aku kalah tenaga dengan Fajar. Dia berhasil memboyongku masuk ke kamar mandi lalu memaksaku duduk di atas pinggiran bath up.
"Mas jangan mesum ya. Cukup kemarin malm aja." Aku memperingatkan Fajar.
"Hm!" dia menjawab semaunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Boy Next Door | FajRi ✔
FanfictionKetika orang asing tinggal di samping rumahmu Ketika orang asing memasuki harimu. Ketika orang asing menjadi bagian dari harimu. Ketika orang asing itu menjengkelkan karena sangat berbeda denganmu Ketika orang asing diam-diam peduli padamu Dan ketik...