1. Kebohongan. Part 1

10.6K 486 113
                                    

Satu kebohongan saja, dia akan terus beranak-pinak jika kamu tidak mencoba menghentikannya dengan kejujuran.
...

Terlahir sebagai anak tunggal dari keluarga sederhana membuat Zaskiya Khoirunnisa mengerti arti beratnya kehidupan. Menggunakan wajah tenang andalannya yang selalu ia perlihatkan agar tak membuat orang tuanya khawatir meski ia diterpa masalah. Diharuskan berpikir dewasa saat usianya masih belia tak membuatnya mengeluh dan putus asa sebab ia tau, kebahagiaan akan ia dapat setelah badai menerjang.

Yang ia percaya, selama ujian masih kamu dapatkan, di situ berarti Tuhan masih memiliki rasa sayang untukmu. Dan ia yakin, ujiannya adalah bentuk sayang yang Allah beri dan Allah jauh lebih tau seberapa besar batas kemampuannya untuk bertahan.

Wanita yang baru saja menyelesaikan studi S1-nya itu kembali dihadapkan pada masalah kehidupan yang tak kunjung usai. Beberapa bulan lalu ayahnya mendapat serangan jantung hingga harus bolak-balik rumah sakit dan tentu itu membutuhkan biaya yang sangat besar. Menjadi pegawai di salah satu tempat fotocopy dengan gaji yang hanya mampu untuk kebutuhan sehari-hari membuatnya harus mencari pekerjaan lain yang setidaknya cukup untuk membeli obat dan check up ayahnya setiap minggu.

Dan sekarang semua harus diperumit dengan persetujuannya menerima lamaran dadakan dari seorang pria yang bahkan tak ia tau asal usulnya.

Apakah aku salah mengambil langkah?

Apa keputusanku sudah benar?

Dua kalimat itu memenuhi otaknya yang sedang melamun menatap gedung pencakar langit dari balik kaca mobil.

Dan semua itu tak luput dari lirikan pria di sampingnya. Putra sulung dari Andreas Saddam, siapa lagi kalau bukan Kaizo Fathur Saddam. Matanya yang sesekali melirik sosok yang duduk di sampingnya itu mampu melihat begitu banyak beban yang dihadapi wanita di sampingnya meski wajahnya nampak tenang sekali pun.

"Jadi, kita akan ke mana?" Suara bass milik Fathur mengudara dan untuk pertama kalinya Fathur diabaikan membuatnya berdehem cukup keras.

Deheman Fathur cukup menarik Kiya ke dalam dunia nyata yang sebelumnya hanyut dengan pikirannya sendiri.

"Maaf, kenapa?"

Sudah Fathur duga jika wanita ini tak mendengar apa yang ia ucapkan, berdecak pelan sebelum mengulang lagi pertanyaannya. "Kita ke mana?"

"Jal--Rumah Sakit Permata Bunda," jawab Kiya yang sebelumnya hendak mengatakan alamat rumahnya. Bodoh, memang siapa yang ada di rumah jika ibunya saja menunggui ayahnya di rumah sakit.

Fathur tak menjawab lagi, dia fokus menatap jalanan mengabaikan Kiya yang sibuk memainkan jarinya kendati dirinya melakukan hal sama, fokus menatap depan dengan wajah tenang.

.

.

.

"Bunda," panggil Kiya dan berhambur ke pelukan sang ibu setelah tiba. "Ayah ... bagaimana kondisinya?"

Melihat keterdiaman sang ibu cukup membuat Kiya tau apa jawaban yang ia harusnya dapatkan. Melepas pelukan dan mencium punggung tangan ibunya dengan memberi senyum penenang. "Bunda tenang aja, ayah itu kuat. Kiya yakin itu."

Pact Of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang