12. Pertama Kali.

6.5K 284 24
                                    

Kiya kira dirinya salah mendengar saat Fathur mengajaknya makan malam di luar. Namun, sekarang keduanya sudah berada di salah satu restoran yang tidak jauh dari rumah mereka.

"Mas Fathur seriusan ngajak aku?" tanya Kiya lirih memastikan sekali lagi walaupun mereka sudah sampai di tempat tujuan.

Fathur hanya melirik sekilas tanpa menjawab, dirinya terlalu malas jika harus menjawab pertanyaan yang sama secara berulang. Meninggalkan Kiya yang masih cengo, pria itu melenggang berjalan lebih dulu.

"Eh?" Kiya terkesiap kemudian berlari kecil untuk menyusul. Dalam hati dia berdecak kagum melihat interior restoran yang mewah dan berkelas sejak pertama kali melewati pintu masuk.

Seorang waiters menghampiri mereka dan menunduk sopan. "Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?"

"Meja reservasi atas nama Kaizo Fathur Saddam," jawab Fathur dengan intonasi datar khas dirinya.

"Aa, baik. Mari ikuti saya."

Mereka dituntun hingga lantai teratas restoran yang merupakan ruang VIP yang biasa digunakan orang-orang berkantong tebal untuk sebuah pertemuan penting atau sekedar makan sendiri tanpa ingin diganggu.

"Silakan, Pak, Bu di dalam sudah ada pak Aryana yang menunggu. Saya permisi."

Kiya mengucapkan terima kasih sedangkan Fathur hanya mengangguk sebagai jawaban. Kiya sedikit terkejut mendengar waiters tadi yang mengatakan bahwa ada seseorang yang menunggu mereka, dirinya kira mereka hanya akan malam biasa ternyata Fathur sedang ada pertemuan dengan koleganya.

"Selamat malam, Pak Fathur."

Kehadiran keduanya disambut oleh sepasang suami istri yang langsung berdiri saat melihat kedatangan Fathur.

"Malam, maaf atas keterlambatan saya." Fathur menerima uluran tangan dari Baskara Aryana sebagai sapaan formal.

"Ah, tidak apa. Kami juga baru datang lima menit yang lalu." Baskara mengulum senyum tipis kemudian beralih menatap Kiya yang sejak tadi berdiri canggung.

"Dia–"

Fathur turut melirik Kiya melalui sudut matanya. "Dia Zaskiya, istri saya."

Kiya termangu mendengar jawaban Fathur. Dia kira pria itu tidak akan mengakuinya sebagai istri atau paling tidak akan memperkenalkannya sebagai sekretaris pada koleganya mengingat pernikahan mereka yang hanya sebatas di atas kertas.

Sedangkan itu Baskara manggut-manggut mengerti kemudian obrolan dilanjut sampai seorang waiters datang membawakan makanan.

Ketika para pria sibuk berbicara mengenai bisnis, Kiya dan Aneth yang merupakan istri Baskara memilih melipir ke meja sebelah untuk membahas hal lain.

"Ya gitu deh, Ki kalau mereka udah ngumpul yang dibahas bisniiiis terus, mau ada gempa gonjang-ganjing juga mereka gak peduli," gerutu Aneth melirik sebal suaminya yang masih asik bercengkrama dengan Fathur.

Kiya mengulum senyum tipis, meskipun baru bertemu dia tampak nyaman mengobrol dengan Aneth karena kepribadian wanita itu yang cukup seru dan tak jaim.

"Ya, kan Pak Baskara kerja juga biar mbak Aneth bisa belanja," jawab Kiya dengan sedikit gurauan.

"Ya bener, sih hehe. Oh, iya Ki ngomongin soal belanja kalau kapan-kapan aku ajak belanja mau nggak?"

Kiya tidak langsung menjawab. Dirinya merasa kurang pantas ada di lingkungan sosialita yang bukan tempat seharusnya. "Insyaallah, ya mbak soalnya saya juga, kan kerja jadi kurang ada waktu banyak buat bepergian."

Pact Of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang