Seperti alarm yang akan berbunyi sesuai dengan waktu yang disetel, mata Kiya selalu terbuka di jam setengah 2 pagi pukul berapa pun dia tertidur. Mungkin sudah menjadi kebiasaannya saat remaja dulu. Mengerjap pelan untuk mengumpulkan nyawa yang masih tertinggal di alam mimpi dengan mulut mengucap doa tanpa suara sembari mengingat-ingat hal sebelum dia tertidur.
Dengan spontan Kiya terduduk setelah ingat kejadian tepat sebelum dia tidur. Dia menoleh ke samping kiri dan menemukan Fathur yang masih terlelap membelakanginya.
"Lho? Beneran seranjang, ya?" tanyanya linglung. Kalian pasti bingung, bukankah sebelumnya mereka sepakat untuk tidur bergantian di sofa? Lantas ini apa? Sudah terhitung 2x 'kan mereka seranjang?
Flasback on.
Tepat setelah Kiya memposisikan bantal di sofa dan hendak berbaring, Fathur masuk ke dalam kamar dan mencegahnya.
"Pindah," perintah Fathur dengan nada datarnya seperti biasa.
"Ke mana?" tanya Kiya ragu. Mungkinkah Fathur ingin dirinya pindah ke kamar sebelah?
"Kasur," balas Fathur sedikit memberi kode dari matanya.
"Hah? Eh, nggak usah, malam ini biar aku dulu yang tidur di sofa sampai 4 malam berikutnya. M-mas Fathur tidur di kasur aja." Kiya memelankan suaranya di akhir kalimat. Sebenarnya dia masih sedikit ragu untuk memanggil Fathur dengan embel-embel Mas, tapi sebagai istri dia harus melakukannya, kan? Aku-kamu rasanya tidak pantas
Kiya menunggu respon Fathur yang masih terdiam dengan satu alisnya sedikit terangkat. Sepertinya dia juga nampak terkejut. Bukan seperti pikiran Kiya yang mengira Fathur akan marah, justru pria itu tak memberi respon lebih selain dengusan kecil, sepertinya tak masalah.
"Saya gak suka dibantah."
"Terus Mas Fathur mau tidur di sini?"
"Kita seranjang."
"Haaah?!"
Fathur berdecak melihat respon Kiya yang sedari tadi seperti orang dongo diajak bicara.
"Bukannya kemarin malam kita--?"
"Kesepakatan batal, saya berubah pikiran."
"Kenapa?"
Fathur tak menjawab dan justru membaringkan badannya di kasur.
Flashback off.
Setelah memastikan semua aman terkendali, Kiya bangkit dan berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Perempuan itu memandang ragu Fathur yang tertidur pulas. Antara ingin membangunkan atau tidak.
"Coba aja deh," putusnya. Dia duduk di tepi ranjang dan menggoyangkan pelan bahu Fathur yang tertutup selimut.
"Mas? Mas Fathur, bangun. Mau salat tahajud nggak?"
Fathur hanya menjawab dengan gumaman tak berarti.
"Mas Fathur, bangun, mau salat tahajud apa nggak?" ulangnya yang sedikit membuahkan hasil karena Fathur menggeliat dan mengerjapkan setengah matanya menatap Kiya sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pact Of Fate
RomanceCinta dalam Luka new version! "Dari pada karyawan saya lebih butuh seseorang untuk menjadi istri saya." Pertemuan singkat dan tawaran menikah. Terdengar konyol memang, tapi itulah yang ia rasakan. Hidupnya yang sudah dekat dengan kata rumit semakin...