Chapter 7: The Truth

14.5K 1.3K 22
                                    

(Song by Urban Zakapa - I Don't Love You)

Beberapa jam kemudian Lisa terbangun, dia merasa tangan sebelah kanannya sangat berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa jam kemudian Lisa terbangun, dia merasa tangan sebelah kanannya sangat berat. Ketika Lisa membuka matanya dia melihat seseorang tertidur dengan posisi duduk dengan memegang tangan nya dengan erat, tentu saja Lisa tahu siapa sosok itu, yaitu Jennie. Lisa tidak ingin membangunkan Jennie, tetapi dia tidak ingin membuat Jennie badan nya sakit dengan tidur posisi seperti itu. Lisa lalu mencoba melepaskan genggamnya, dengan sedikit gerakan. Jennie merasakan gerakan kecil itu dan Jennie akhirnya terbangun.

"Hey, Lisa kamu sudah bangun" Jennie menggosok matanya.

"Hi, Jennie unnie, kau bisa tidur disofa itu" Lisa sambil menunjuk sofa dengan matanya.

"Tidak apa, Lisa aku sudah tidak mengantuk lagi" jawab Jennie.

Lisa hanya diam, dan begitu pun Jennie

"Hey Lisa-"

"Jennie unnie-"

Mereka menyebutkan secara bersama-sama. Lalu mereka tertawa kecil. Lisa merasa senang bisa melihat Jennie tertawa lagi. Sudah lama rasanya tidak seperti ini, pikir Lisa.

"Jennie unnie dulu saja"

"Kamu saja yang duluan, Lisa"

"Baiklah..." Lisa mengambil napas dalam. "Jennie unnie, aku... aku minta maaf atas apa yang aku lakukan belakangan ini padamu, aku tahu tindakan itu sangat bodoh sekali. Aku sangat kasar, sebenarnya aku juga tak mengerti namun mungkin aku merindukan keluarga dan kampung halamanku sehingga aku menjadi sedikit stress dan melampiaskan nya padamu-" Jennie langsung memotong perkataan Lisa.

"Tapi kenapa aku, Lisa?" Jennie menatap Lisa begitu dalam.

Lisa tidak bisa berpikir alasan lain tanpa mengungkapkan hal sebenarnya "Mengatakan apa? Berkata bahwa kamu, Jennie telah bersama seseorang dan aku marah karena kamu tidak memberi tahuku? Atau karena aku hanya tak ingin melihatmu dengan orang lain, karena aku menyukai mu?" ucap Lisa dalam hati.

"Maafkan aku, aku tahu kedengaran nya kurang masuk akal, mungkin aku merasa kesepian dan kamu selalu sibuk, kita jadi jarang menghabiskan waktu bersama. Let's just say I was mad at you, Jennie" ucap Lisa sambil memainkan jari-jemarinya.

Jennie terdiam sejenak. Maafkan aku, Lisa. aku pun tidak bisa memberi tahumu... ucap Jennie dalam hati.

"Maafkan aku Lisa, aku tidak ada berada disampingmu disaat kamu membutuhkan seseorang. And I'm so sorry about your dad, but your mother called me, she said your dad is getting better"

"It's alright, Jennie unnie. There is nothing I can do about it, with our tight schedule. I can't go to see him, wait a sec, how did you know about this?" Lisa yang terlihat bingung.

"Hm? Ah... tentu saja ibumu menelponku" lame excuse, Jennie! Kata Jennie dalam hatinya. Jennie hanya tidak ingin mengatakan nya bahwa dia mendengar kabar itu pada saat Lisa mabuk.

"Benarkah? Hm, tapi-" Jennie langsung memotong nya.

"Oh iya, waktunya minum obat Lisa, tapi sebelumnya kamu makan dulu"

...

"You should go home, Jennie unnie. You look tired" Lisa yang tengah beristirahat hanya memandangan Jennie yang duduk disampingnya. Terkadang Lisa berpikir, bagaimana Jennie terlihat tetap cantik walaupun dia nampak kelelahan.

"I'm fine, Lisa. Lagi pula Jisoo unnie dan Chaeng belum pulang dari syuting iklan. Dan nanti siapa yang akan merawatmu?"

"Tentu saja perawat, Jennie unnie itulah tugas mereka. Kamu tidak bisa disini selama dua puluh empat jam karena kamu juga butuh istirahat. Bagaimana jika kamu nanti yang akan terbaring disini karena kelelahan? Kamu tipe orang yang mudah lelah. Aku tidak ingin kamu sakit, Jennie unnie. Pulanglah, aku akan baik-baik saja"

Jennie nampak ragu-ragu tidak ingin pulang, dia hanya ingin disamping Lisa. Dan dihati kecil Jennie terasa bergetar karena Lisa begitu perhatian.

"Aish... aku tidak selemah itu, Lisa" Jennie dengan nada bercanda nya dan tertawa memperlihatkan gummy smilenya.

Lisa sangat senang mendengar tawa itu, dia mau mendengar tawa itu setiap hari dan pastinya dia ingin menjadi alasan dibaliknya. Namun, kenyataan menabrak Lisa lagi. Jennie sudah bahagia dengan seseorang ucap Lisa dalam hati. Jennie menyadari perubahan ekspresi Lisa langsung menanyakan keadaan nya.

"Lisa, ada apa? apa kepalamu sakit? Apa aku perlu memanggil perawat?" Jennie khawatir dan ingin keluar untuk memanggil perawat, lantas langsung ditarik tangan nya oleh Lisa. "Aku tidak apa-apa, Jennie unnie" kata Lisa.

"Kalau begitu aku tidak akan pulang" kata Jennie dengan tegas.

"Tidak, Jennie unnie. Ku mohon pulanglah, aku baik-baik saja"

"Apakah segitunya kamu ingin aku pergi, Lisa?" Jennie dengan nada seriusnya.

Oh no. kata Lisa dalam hati dan dia panik karena tidak ingin ada kesalahpahaman lagi.

"Tidak, tidak Unnie! Bukan itu maksudku... aish, maksudnya lihatlah dirimu, terlihat lelah, dan kau bahkan punya kantung mata dibawah matamu. Dan dimana pipi mandu yang menggemaskan itu? Kau belakangan ini tidak makan ya?" Lisa yang bercanda, sambil menyentuh pipi Jennie membuat Jennie tetawa lagi.

"Apakah ini caramu mengatakan aku terlihat jelek?" Jennie yang masih sambil tertawa.

"Jelek? Kurasa itu tidak ada dikamusmu, Jennie unnie. Kamu selalu terlihat cantik dimataku..." apa yang barusan aku katakan? Ucap Lisa dalam hati.

"Jadi menurutmu aku cantik, Lisa?" Jennie yang sambil senyum nakalnya.

"Ah... ya... tentu saja. Ah... Kau tanya saja anak kecil pasti mereka menjawab hal yang sama atau bahkan tanyakan saja pada semua warga Negara korea jawaban juga pasti begitu" Lisa menjawabnya dengan gugup. Hentikan Lisa, sebelum kau kejauhan berbicara. Ucap Lisa dalam hati.

Tanpa Jennie sadari dia tersenyum lebar dan pipinya mulai memanas.

Lalu dering handphone Jennie berbunyi. "Lisa, aku harus angkat ini dulu" Kata Jennie sambil pergi keluar pintu tanpa menunggu respon Lisa.

Awalnya Lisa tidak ingin mendengar apa-apa tetapi pintu yang sedikit terbuka memaksanya mendengar suara Jennie, karena rumah sakit kelas VIP ini sangatlah sepi tentu saja hanya suara Jennie yang terdengar.

"Jongin, ada apa?" dada Lisa rasanya seperti tertindih benda berat, kenapa dia merasakan hal ini ketika mendengar nama itu. Tentu saja dia tahu jawaban nya. Jennie's boyfriend.

"Baiklah, iya... aku akan kesana" ucap jennie.

Lisa berharap ada lubang ditengah ruang ini yang bisa langsung menelan nya hidup-hidup. Katakan lah hal ini yang berlebihan, tetapi hal itu yang dirasakan Lisa sekarang.

"Hey, Lisa. Apa kau akan baik-baik saja jika aku tinggal?" Jennie masuk kembali keruangan Lisa. Lisa yang tadinya murung harus terpaksa menampakan senyuman nya.

"Iya, Jennie unnie. Aku akan baik-baik saja. Tak usah khawatir. Pulanglah." Apakah kau bahkan akan khawatir ketika kau bersamanya? Kata Lisa dalam hati.

"Kalau begitu aku pulang ya" Jennie yang langsung mengemas barangnya dan berdiri dihadapan Lisa. "Sampai jumpa besok, Lisa" Jennie mencium pipi Lisa dan langsung pergi.

Setelah itu Lisa hanya menatap pintu keluar itu. Pintu dimana Jennie pergi menemui dia. Lisa tidak bisa memejamkan matanya. Dia lelah dengan semua ini. Is this even love? Why is being in love hurts me so much? Why did you do this to me, Jennie?Telling the truth and making someone cry is better than telling a lie and making someone smile. I just want the truth, Jennie. So I can let you go, without your knowledge. Bodoh Lisa, kau bahkan tidak bisa merelakan nya karena dari awal dia bukan milikmu. Lisa perlahan berusaha untuk tidur, dengan air matanya yang mengalir.

Someone You Can't Have (JENLISA) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang