BAB 4 - HUH?

1.6K 160 5
                                    

Semenjak kejadian di Mall Konoha tempo hari yang lalu, Hinata sama sekali berusaha untuk tidak bertemu dengan Sang kakak kelas. Gadis itu selalu menghindari tempat-tempat dimana persentase keberadaan sang putra mahkota Uzumaki itu besar.

Sakura, Tenten, dan yang lain benar-benar dibuat tak habis pikir. Mereka semua sudah tahu apa yang terjadi dengan Hinata karena cerita dari Sakura. Awalnya mereka dibuat kagum, yaiyalah secara gitu ada yang berani buat adu bacot sama Naruto Uzumaki terlebih lagi ini Hinata loh! Yang pernah nangis-nangis bombay karena ancaman Naruto dulu.

Lalu setelah melihat gimana besarnya usaha Hinata untuk tidak bertemu Naruto lagi, mereka semua menghela nafas. Hinata tetaplah Hinata, gadis cantik yang tak mau berurusan dengan lelaki macam Naruto.

"Lo sampai kapan sembunyi sih, Ta?" tanya Ino malas. Hinata mengendikkan bahunya lalu mendengus sebal. "Ya aku juga enggak mau sembunyi, No. Tapi aku takut sama kak Naruto. Nanti kalau aku diapa-apain gimana?"

"Yaelah Ta, kalau lo diapa-apain kan tinggal teriak aja. Gue yakin teriakan lo bisa didengar di beberapa kelas." Hinata memberengut. Dikira teriakannya senyaring itu apa? Tega banget sih omongan Temari, nancep tepat di hati Hinata. "Kok kalian malah nyudutin aku, sih?"

Tenten menepuk dahinya. "Bukan nyudutin, Ta. Coba deh ya, lo bayangin mau sampai kapan lo sembunyi terus? Lo mau hari-hari lo di sekolah ini diliputi bayang-bayang teror?" Hinata terdiam, benar juga sih apa yang dikatakan Tenten. Mau sampai kapan ia bersembunyi terus?

"Lagian belum tentu juga kak Naruto kenal lo lagi. Wajah lo kan pasaran." Anjir, memang ya perkataan si Tenten ini enggak bisa difilter dulu. Asal jeplak kalo bahasa kekiniannya.

"Jadi aku harus gimana dong?" tanya Hinata yang sedang mengalami perang batin. "Ya dihadapin lah, Ta." jawab mereka kompak. Astaga...

*
*
*

Hinata itu memang pada dasarnya memiliki wajah yang khas, chubby dan manis. Belum lagi bentuk tubuhnya, mungil sekaligus berisi bray. Intinya, good looking deh. Terlebih lagi pembawaannya sekarang lebih friendly daripada dulu sebelum ia menduduki bangku SMA.

Jadi, banyak murid di sekolah ini tentunya mengenal Hinata apalagi di angkatannya. Hinata juga punya sahabat-sahabat yang tidak kalah oke darinya. Pamor mereka juga bagus, meskipun dengan kelebihan berbeda-beda.

Lah terus?

Otomatis keberadaan Hinata itu terlihat jelas. Dia tentu tidak bisa menyembunyikan dirinya dari jangkauan Naruto, si badboy ulung super kaya. Kaya harta dan kaya ilmu, ilmunya macam-macam dari ilmu pengetahuan alam, umum, sampai tentang para cewek. Bujugile.

Hinata mau tidak mau hanya berpasrah pada Tuhan tentang apa yang terjadi ke depannya. Kalau kata Tenten, wajah Hinata yang pasaran suka bikin orang lupa. Apanya yang lupa?

Melihat Naruto yang memelototinya dari jauh jelas saja membuat Hinata panik sendiri di tempatnya. Ia berada di kantin sekarang karena bujuk rayu para sahabatnya. Nasib ya nasib...

Hinata ingin sekali berbalik arah lalu lari kembali ke kelasnya yang damai, tapi genggaman Sakura di tangannya membuat ia meringis. Belum lagi rangkulan Temari yang mengatakan seolah-olah Hinata harus tetap berada disini.

"Aku makan di kelas aja, ya?"
"Big no! Lo makan disini bareng kita-kita."
"Tapi, No..."
"Sekali enggak ya enggak, Hinata hime."

GEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang