Sakura mulai menatap jengah ke arah sahabatnya yang tak kunjung selesai memoles paras ayunya dengan sesuatu dengan entahlah apa itu namanya. Gadis musim semi itu menghela nafas panjang.
Seakan paham, Hinata menoleh ke arah Sakura lalu tersenyum lebar. "Sebentar ya, kurang sedikit lagi. Habis itu selesai. Hehehe," katanya kikuk.
Sebenarnya Hinata juga merasa bersalah pada Sakura karena sudah membuatnya menunggu agak lama. Tapi ya mau gimana lagi? Hinata kan sudah bertekad bahwa dia akan merubah penampilannya saat menginjak SMA.
"Kemana yang lain?"
"Sudah sampai duluan di Mall."
"Oh~"Lagi-lagi Sakura mendengus sebal. Bibirnya mengerucut dan kedua tangannya bersedekap di dada. Menandakan bahwa ia mulai jengah menunggu Hinata berdandan ria.
"Nah, sudah! Kuy pergi!" seru Hinata yang mampu membuat binar kehidupan bersinar lagi di mata Sakura. Berlebihan, ah!
Hari ini adalah weekend, waktunya untuk istirahat atau jalan-jalan dengan orang kesayangan melepaskan penat yang ada. Begitupun juga dengan apa yang dilakukan Hinata saat ini.
Gadis itu mengajak teman-temannya untuk melakukan 'girls time' di sebuah Mall Konoha. Jadwal sekolah yang semakin padat tentu membuat mereka penat. Meskipun dengan hanya jalan-jalan syantik tapi itu tak masalah asalkan hati mereka riang gembira melakukannya.
Bukankah berjalan-jalan dengan sahabat adalah hal yang menyenangkan?
Bruuk
Hinata terhuyung ke belakang setelah tubuhnya tak sengaja menabrak seseorang. Gadis itu mendongak menatap siapa yang ia tabrak barusan, ingin meminta maaf adalah niat awalnya."Wah, ternyata lo lagi, Si dempul tebal!" seru lelaki itu tak elitnya. Hinata melotot, tak terima dengan sebutan yang menginjak harga dirinya. Sembarangan kalau ngomong!
"Maaf, anda bicara apa tadi?"
"Dempul tebal, cocok buat lo yang make bedak sekilo noh."Sat! Hinata benar-benar ingin melakukan baku hantam dengan lelaki ini. Eh, tunggu. Ini kakak kelasnya yang pernah mengancamnya itu kan?
"Oh, anda Si bule dekil itu kan?" tanya Hinata memastikan. Tentu disematkan ejekan di dalam intonasi bicaranya.
Anjay! Naruto yang sekarang melotot tak terima. Apa katanya tadi? Bule dekil? Dimana-mana juga Naruto tuh terlihat kayak Bule yang hobinya berjemur. Eksotis gitu.
Badan oke gila kayak gini dikatain dekil? Fix, ngajak berantem dia.
"Lo enggak pernah lihat bule eropa yang menawan, ya?"
"Sering, kok. Cuman anda bukan salah satunya."
Naruto jelas melotot, apa-apaan gadis pendek di depannya ini? Belum tahu siapa dia?Tunggu, tunggu, dari jauh Sakura yang sebelumnya pamit ke kamar mandi dan sekarang justru berdiri dengan mulut menganga lebar. Itu yang lagi adu mulut disana Hinata, kan? Saingannya itu kak Naruto, kan? Wanjay, enggak bisa dibiarin nih.
Sakura perlahan mendekati mereka dengan ekspresi takut-takut kena sembur juga. Pasalnya, ia tak habis pikir dari mana datangnya keberanian seorang Hinata Hyuuga beradu mulut dengan Naruto Uzumaki.
Ebuset, perlu diabadikan nih yang kayak gini! Biar jadi kenangan tersendiri buat Hinata nantinya. Jarang-jarang loh ada yang berani adu mulut sama Naruto apalagi pakai acara saling pelototan segala.
"Lo lupa sama ancaman gue waktu itu?" Hinata terdiam beberapa saat, jelas enggak lupa lah! Kan setelahnya dia langsung nangis-nangis bombay.
"Maaf, anda pikir ancaman anda menakutkan bagi saya?" Ya, takut lah anjir gue nya! Dalam hati, Hinata bersungut-sungut dengan mulutnya yang lancar mengatakan kalimat itu.
Semua orang mungkin banyak yang sudah tahu bagaimana tabiat buruk si putra tunggal Uzumaki ini. Terutama di kalangan remaja. Pamornya sebagai ketua genk Taka begitu terkenal dan mungkin terdengar sedikit mengerikan.
Naruto ini tipikal orang yang mudah marah dibalik wajah dingin nan angkuhnya. Meskipun dibekali dengan otak cerdas, namun yang ia pikirkan hanyalah bersenang-senang tak tentu arah. Miris, bukan?
Hinata sendiri sudah banyak mendengar tentang lelaki di depannya ini. Inginnya sih, dia berbalik badan langsung lari kabur dari tatapan mengintimidasi kakak kelasnya ini. Namun apalah dikata jika kakinya ini masih senantiasa berdiri dengan kokohnya di depan Naruto.
Kak Neji tolong aku!
"Permisi kak, maaf mengganggu. Saya ada perlu dengan Hinata. Sampai jumpa!" Sakura yang tiba-tiba hadir dan menarik lengan Hinata untuk menjauhi radar lelaki itu adalah suatu hal yang mulia untuk Hinata. "Kau penyelamatku!" seru Hinata dengan mata berkaca-kaca. Kan, kumat.
Sakura menghela nafas panjang. "Kalau takut itu jangan cari masalah. Kalau ketemu di jalan kayak tadi langsung kabur saja." ceramahnya pada sahabat dari jaman oroknya ini. Bukannya apa-apa, Sakura itu jelas paham bagaimana repotnya saat mengatasi Hinata yang sedang menangis.
Dia juga bertanggung jawab pada Neji jika Hinata terjadi sesuatu. Ibaratkan tuh Hinata udah kayak adik kecilnya, padahal umur mereka tak jauh beda. Hanya berjarak beberapa bulan saja.
"Udah ah, ini kita udah ditungguin sama yang lainnya." Hinata mengangguk lalu mengikuti langkah Sakura menuju tempat perjanjian ia dan teman-temannya kumpul bersama.
Sementara di lain tempat, Naruto tak henti-hentinya mengumpat kesal. Kejadian barusan sungguh membuatnya tak tenang. Pasalnya baru kali ini ia dihina bule dekil oleh orang pendek seperti gadis itu. Berani-beraninya dia!
Sasuke menghela nafas panjang melihat sang sahabat berekspresi memuakkan seperti itu. Perasaan tadi saat meninggalkan Naruto karena ia harus ke toilet sebentar, raut wajahnya oke-oke saja tuh. Lah, pas dia balik kok sudah kayak gini?
"Lo kenapa sih?"
"Kagak ada apa-apa."
"Lo yakin?"
"Hn."Dan Sasuke memilih tak peduli. Ia menyeruput kopinya penuh penghayatan. Menikmati dengan baik bagaimana rasa dan aromanya. Sampai pertanyaan yang dilontarkan Naruto membuatnya tersedak.
"Emang bener ya gue udah kayak bule dekil?"
Bruush~
Naruto sialan!_TBC_
Yuhuuu :) apa kabar? Gimana? Masih belum terbawa imajinasi yah? Wah, maaf ya bcs aku enggak handal dalam merangkai kata :(
Ah ya, semua foto aku ambil dari pinterest,
And the last, hope you like it 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
GEE
أدب الهواةHinata, putri pertama papi Hiashi yang punya hobi menyanyi sambil menari-nari dan memiliki sejuta imajinasi dalam dirinya sendiri. Jangan dikira Hinata yang ini adalah tipikal gadis remaja malu-malu dengan pipi merona setiap saat tanda ia sedang ter...