Aku mencintaimu, menjatuhkan hatiku pada sosokmu.
Awalnya aku berpikir, mencinta adalah sebuah pilihan yang juga memiliki risiko. Aku menyanggupinya.
Namun seseorang tak menjelaskan bagaimana sakitnya dari risiko itu.***
"Hinata!" teriakan Sakura membuat gadis bersurai indigo yang tengah mengipasi dirinya sendiri itu menoleh. Hinata menyengir lebar. "Lo kemana aja sih? Gue cariin kemana-mana enggak ada. Tau-taunya ada di atap. Ngapain lo disini?"
Sakura mendudukan tubuhnya di sebelah sang sahabat. Perlahan, senyuman Hinata memudar digantikan dengan wajah tanpa ekspresinya. Tatapannya tak lagi mengarah pada gadis musim semi yang senantiasa menatapi raut wajahnya.
"Disini aku memiliki sebuah kenangan yang konyol."
"Ha?"
Hinata diam sejenak, membiarkan Sakura bertanya-tanya.
"Kak Naruto." Ah, rupanya tentang lelaki itu. Sakura mengangguk memahaminya. Semuanya juga tahu, beberapa hari ini hubungan Hinata dan Naruto berangsur membaik.Bahkan, sudah mulai terdengar gossip bahwa keduanya tengah menjalin hubungan spesial. Pacaran kalau bahasa kekiniannya. Saat ditanyai untuk kepastiannya, baik Hinata maupun Naruto tak ingin menjawab. Mereka berdua hanya tersenyum, seolah-olah menyembunyikan sesuatu.
"Kalian pacaran?"
"Enggak tau."
Lah? Ini kenapa dah jadi gini. Jangan bilang kalau Hinata sedang digantung sama lelaki keren itu? Rasanya Sakura ingin sekali menghajar lelaki itu. Hinata itu manusia! Bukan jemuran yang digantung seenak jidatnya!"Lo digantung, Hin? Kurang ajar banget! Mentang-mentang ganteng, kelakuannya jadi sok sendiri. Gue enggak terima, Hin!"
"Ya, terus bagaimana lagi? Dibilang pacaran sih enggak ada deklarasi tembak-menembak, kok."Sakura memijat keningnya. Sumpek juga, ya? Kalau sudah menyangkut hubungan seperti ini sih Sakura angkat tangan. Dikira mengatasi masalah perasaan enggak menguras tenaga, apa?
"Terus hubungan kalian apa, Hin?"
"Enggak tau."
"Lah, lo gimana sih Hin? Minta kepastian dong."
"Entar aku dikira ke-GR an lagi."Hinata dan tingkat ke-gengsian nya adalah hal yang mampu membuat jidat lebar Sakura semakin berdenyut nyeri. "Lo terlalu gengsi sih, Hin." sungut Sakura kesal. "Ya, gimana dong? Aku kan cewek. Masa cewek yang maju duluan sih."
Tuhkan! "Terus lo sekarang mau gimana?" tanya Sakura frustasi. Hinata diam, menutup kedua bibirnya rapat-rapat. Sakura yang tahu bahwa sahabatnya enggan menjawab pertanyaannya mulai mendesah pelan.
"Gengsi boleh. Tapi hati-hati, jangan sampai gengsi yang lo punya bikin hubungan asmara lo kandas."
Hinata menganga. Apa tadi? Kandas? Sudah kayak judul lagu aja deh. "Kita sering pulang bareng. Kita juga terkadang makan bareng. Guyonan bareng. Bareng-bareng deh." kata Hinata lirih.
Sakura yang sebelumnya mau menceramahi sang sahabat dibuat bungkam. Apa Sakura adalah satu-satunya pihak yang tak tau apa-apa mengenai hubungan Hinata dan Naruto disini? Atau memang keduanya lah yang pandai menutupi segalanya?
![](https://img.wattpad.com/cover/174826453-288-k70628.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GEE
Fiksi PenggemarHinata, putri pertama papi Hiashi yang punya hobi menyanyi sambil menari-nari dan memiliki sejuta imajinasi dalam dirinya sendiri. Jangan dikira Hinata yang ini adalah tipikal gadis remaja malu-malu dengan pipi merona setiap saat tanda ia sedang ter...