Hinata melangkah dengan kepala menunduk. Di pojok sana sudah ada seseorang yang menunggunya dengan ekspresi kesal yang sangat kentara. Setelah sampai pada meja dimana lelaki itu menungguinya, Hinata duduk dengan perasaan yang campur aduk.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya sendiri, bentuk lampiasan emosi yang bergemuruh di dadanya saat ini. Ia masih menunduk, enggan untuk menatap wajah tampan sang lelaki yang mengerutkan dahinya.
"Lantai itu lebih baik ya daripada wajah tampanku ini?" Anjir, sejak kapan lelaki pirang dengan sifat barbarnya ini pakai kosakata aku-kamu segala? Apa waktu 5 tahun ini sudah merubah sosok Uzumaki Naruto sepenuhnya?
Hinata mendongak lalu menganga, benar-benar pemandangan yang tidak elit sama sekali. Tapi itulah reaksinya setelah mendengar perkataan Naruto yang menurutnya aneh.
"Kenapa?"
"Kok kakak sekarang pakai kata aku-kamu?"
"Hah? Maksudnya?"
"Kan biasanya pakai gue-lo kayak anak gaul ibu kota."Naruto menepuk jidatnya. "Please, deh Hinata. Sekarang ini aku umur berapa? Jelas sudah beda denganku yang dulu." kata lelaki itu menjelaskan. Hinata masih menatapnya dengan pandangan takjub. Hell! Apa harus segitunya ya respon yang diberikan gadis itu untuknya?
"Kakak banyak berubah, ya?"
"Iya."
Kali ini Hinata membiarkan matanya jelalatan untuk sejenak, mengamati lekat-lekat lelaki itu dari ujung rambut hingga ujung sepatunya yang mengkilap membuat mata silau.Rambutnya dipotong cepak, garis rahangnya terlihat lebih tegas, wajahnya lebih bersih, bau parfumnya lebih menguar kemana-mana dan harum tentunya, pakaian yang super duper keren, uhh~ waktu telah mengubah segalanya.
"Hinata?"
"Hm?"
Gadis itu menatap iris safir Naruto, entah mengapa ada sesuatu yang membuatnya berdesir. Namun Hinata segera menampik segalanya, enggan untuk terjatuh pada lubang yang sama."Kau apa kabar?"
"Baik, kau sendiri?"
"Seperti yang kau lihat sekarang."Hinata tersenyum tipis, namun di dalam hati ia ingin menjerit. Tentu saja, Naruto sangat terlihat baik sekarang. Mungkin karena lelaki itu sudah memiliki hubungan yang pasti dengan seorang gadis yang ia cintai. Shion barangkali.
Ah, mungkin dalam selang waktu 5 tahun ini lelaki di depannya ini sudah berpasrah dengan Hinata yang sok jual mahal. Hinata paham akan itu. Mungkin Naruto datang menemuinya untuk memberikan sebuah kabar baik, ya misalkan saja 'Shion hamil anak pertama kami, kau mau berkunjung?'
Hinata menipiskan bibirnya lalu memalingkan wajahnya ke arah jendela di samping kanannya. Pikirannta berkecamuk saat ini. Apa cinta pertamanya harus seperti ini?
Tuhan, mengapa cinta pertama susah untuk dilupakan?
"Hinata,"
Hinata menatap kembali ke arah Naruto yang tersenyum tipis padanya.
"Aku bahagia saat ini,"
Tentu, itu sangat jelas terlihat dari mata indahmu.
"Rasanya sampai aku ingin berteriak sekeras-kerasnya."
Jangan, nanti kau dianggap gila. Tapi, mungkin Shion adalah gadis yang tepat untuk membahagiakanmu seperti itu.
"Karena aku sedang bahagia, kau bisa memesan apapun sekarang. Aku akan mentratirmu."
Terima kasih, kau baik. Sama seperti dulu meskipun sikapmu dulu barbar. Lelaki baik sepertimu memang cocok untuk gadis cantik seperti Shion.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEE
FanfictionHinata, putri pertama papi Hiashi yang punya hobi menyanyi sambil menari-nari dan memiliki sejuta imajinasi dalam dirinya sendiri. Jangan dikira Hinata yang ini adalah tipikal gadis remaja malu-malu dengan pipi merona setiap saat tanda ia sedang ter...