BAB 10 - GIRL LIKE YOU

1.4K 152 5
                                    

Naruto melangkahkan kakinya santai di sepanjang perjalanan ia menuju ruang kelasnya. Jarum jam di arlojinya sudah menunjukkan pukul 7 pagi lebih, namun ia masih bisa berjalan dengan sesantai ini. Ah, tolong ingat kembali bahwa Naruto adalah pribadi yang tak suka dikekang, termasuk dengan peraturan sekolah.

Naruto dengan semua sikap seenaknya saja adalah hal yang paling menyebalkan bagi sebagian orang. Bahkan Kushina, sang ibunda tercinta, menyetujui hal itu. Namun sekali lagi, Naruto sama sekali tak merubah sikapnya yang satu itu.

Beberapa mantan pacarnya yang pernah mencoba merubah dirinya berakhir dengan bentakan manis dari lidah tajam Naruto. Lelaki itu memang melindungi dan mengayomi kekasihnya, namun jika sudah menyangkut mengenai kebebasannya, Naruto tak segan akan berbalik menyerang sang kekasih.

Sekali lagi, ia tak suka dikekang.

"Kak Naruto terlambat?" suara lembut seseorang membuatnya menoleh ke belakang. Hinata berdiri disana dengan sebuah buku yang ia peluk di dadanya. Gadis itu menatapnya miris, dan Naruto merasa terhina akan hal itu.

"Lo enggak usah lihatin gue kek gitu." katanya sinis. Hinata menghela nafas panjang lalu berjalan mendekat. "Kalau sering terlambat nanti bisa dikeluarkan dari sekolah." Naruto benar-benar ingin tertawa lebar sekarang. Ia dikeluarkan dari sekolah? Jangan ngelantur! Orang tuanya adalah donatur terbesar disini.

"Terserah lo. Pergi sana."
"Jangan makan sambil jalan, itu enggak beretika, kak."
Naruto memicingkan matanya kesal, namun Hinata sama sekali tak gentar. "Permen cuman bikin gigi sakit."

Naruto mendengus. "Gue rajin sikat gigi." katanya sewot. Hinata menggelengkan kepalanya. "Makanan manis itu memang menakutkan. Sama seperti janji cowok." lah, lah. Ini kenapa Hinata jadi ngelantur kemana-mana dah.

"Lo curhat?" Hinata terkekeh geli. "Jangan suka memakan makanan manis kak, nanti janji kakak cuman manis di mulut saja. Hihihi~"

Aslian, Hinata yang kayak gini justru bikin Naruto merinding disko di tempat. Percayalah, Hinata dengan sikapnya seperti itu lebih horor daripada film hantu manapun.

"Ah, iya. Hari ini kak Neji dan Hanabi akan mengadakan pesta kecil-kecilan di rumah. Mereka menyuruhku untuk mengundang kakak." Hinata diam beberapa saat, menatap raut wajah Naruto yang masih datar seperti biasanya.

"Kalau tidak sempat datang juga tak apa. Aku permisi," lanjutnya lalu melangkah pergi. Meninggalkan Naruto yang senantiasa menatap punggungnya. Perlahan, senyuman miring terulas di bibir coklatnya. "Boleh juga."

*
*
*

Beberapa teman Hanabi sedang memenuhi daerah sekitar kolam renang. Mereka saling melemparkan guyonan khas bocah-bocah SMP. Sementara teman-teman Neji berada di teras yang tak jauh dari area kolam renang.

Acara kecil-kecilan ini diadakan Hanabi karena berhasil meraih peringkat teratas di angkatannya. Ah, Hanabi memang seperti Neji. Pandai dan perfeksionis. Dan untungnya gadis kecil itu tak sepelit sang kakak pertama.

Hinata bergabung dengan mereka diiringi teriakan antusiasnya. "Siapa yang mau daging panggang?" Gadis itu mengangkat nampan berisikan daging yang sudah dibumbui sebelumnya.

Teman-teman Hanabi mendekatinya dengan antusias dan binar mata kelaparan. Ah, Hinata memang pandai merebut perhatian orang-orang.

"Hinata cocok sekali dengan anak-anak." kata Sai dengan senyuman palsunya, memang seperti itu kok senyumannya. "Temannya Hanabi bukan anak-anak. Tapi remaja." ralat Neji. Sai hanya mengendikkan bahunya acuh, tak mau meladeni perkataan Neji yang hanya membuatnya capek sendiri.

"Temannya Hinata enggak diundang?" kali ini suara Sasuke terdengar. Neji menggeleng. "Dia enggak mau. Katanya sih kapan-kapan aja." mereka ber-oh ria.

GEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang