BAB 6 - BINGUNG

1.5K 139 3
                                    

"SERIUSAN KAK NARUTO MAIN KE RUMAH LO?" Hinata mengangguk lemah.
"APA? KAK NEJI NGADAIN TARUHAN TRAKTIRAN?" Hinata mengangguk antusias.
"ANJAY, ADA KAK SASUKE KAGAK DISANA?" Hinata menghela nafas, lalu mengangguk.
"MEREKA TARUHAN PAKAI APA?" Hinata menjawab dengan tak minat, "Playstation."
"HARGA GAMENYA BERAPAAN?"
"KAK NEJI TRAKTIR MAKAN YANG HARGANYA BERAPAAN?"
"KAK SASUKE PAKAI KEMEJA WARNA APA? GANTENG GAK?"

Braaak~
"BISA DIAM ENGGAK WOY!" teriak Hinata sembari bersungut-sungut. Gimana enggak emosi? Tadinya kan dia bercerita mengenai Naruto yang menjadi tamu di kediaman Hyuuga dan melakukan hal yang iya-iya kepadanya, lah kok ini jadi pada ngeributin hal-hal yang keluar dari jalurnya. Eh?

Hinata masih berdiri di tempat, berkacak pinggang dan mendelik horor tak karuan. Semua sahabatnya pun demikian, masih menahan napas karena terkejut. "Kalian kok enggak nanyain keadaanku, sih?" Fyuuh~ mereka kompak menghela nafas panjang.

"Baru aja mau ditanyain, lo udah keburu emosi." kata Sakura dengan seenak jidatnya. Emang ya? Sahabat tuh orang yang paling bisa mancing emosi disaat tertentu.

Hinata megap-megap di tempat. Kedua tangannya bergerak aktif mengipasi dirinya sendiri, menenangkan segala amarah maksudnya. "Gue rasa kak Naruto cuma jahilin lo, Hin. Enggak ada maksud lain." suara Tenten membuat Hinata terdiam.

"Maksudnya?"
"Ya kan lo kemarin lalu baru aja adu bacot sama dia dengan enggak elitnya. Mungkin secara kebetulan dia lihat lo dan akhirnya ada inisiatif ngerjain lo saat itu juga."
"Bisa juga sih yang diomongin sama Tenten. Lo enggak usah berpikiran kalau kak Naruto bakal ganggu hidup lo terus-terusan."

Hinata melongo bingung. Jadi intinya apa?

Ino menghela nafas seolah mengetahui apa yang tengah Hinata rasakan saat ini. Gadis cantik itu berdiri lalu merangkul pundak sahabatnya itu. "Udah, jalanin aja semuanya kayak dulu. Kak Naruto enggak usah terlalu dipikirin. Kalau dia macam-macam ya tinggal aduin ke kak Neji. Have fun aja."

Hinata menghela nafas panjang sebelum mengangguk mengiyakan. Kayaknya benar kata sahabat-sahabatnya ini. Ia terlalu memikirkan hal-hal buruk yang berkaitan dengan lelaki Uzumaki itu. Padahal mungkin saja itu semua hanya sebuah kebetulan yang memang tak direncanakan oleh Naruto.

Mulai sekarang ia harus berpikiran positif! Ya, harus.

*
*
*

Braak~
Sasuke melirik sekilas ke arah sampingnya, dimana Naruto baru saja duduk di bangkunya dengan cara yang mengganggu. Lelaki itu diam saja saat melihat sang sahabat pirangnya berdecak kesal entah karena apa.

"Lo enggak mau tanyain gue kenapa, gitu?"
"Ogah."
Naruto sontak mengumpat dengan indahnya. "Lo jadi sohib enggak perhatian banget, njir." katanya bersungut-sungut.

Sasuke kini menutup buku yang memang sedari tadi ia baca. Atensinya beralih pada lelaki Uzumaki di sebelahnya sekarang. "Oke, jadi lo kenapa?" tanyanya masih dengan nada datarnya.

3 menit berjalan dan Naruto cuman diam dengan pandangan menerawang jauh ke depan. Tidak menjawab pertanyaan Sasuke sama sekali. Gimana Sasuke enggak emosi coba?

"Lo putus sama cewek lo lagi?" akhirnya Sasuke menarik kesimpulan sendiri. "Kadang gue bosan gonta-ganti cewek." widiih! Sasuke melongo di tempat setelah mendengar perkataan sohibnya itu. Ini aslian Naruto, kan?

"Ya udah, stay di satu cewek aja."
"Enggak bisa."
"Lah, kenapa coba?"
"Mereka berisik. Suka ngatur hidup gue ini itu. Dikira gue anaknya apa?"

GEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang